🌸Patah perlahan

41.1K 1.6K 18
                                    

"Ada kalanya Allah mematahkan hati seorang hamba bukan untuk menghukumnya, tetapi untuk mengajarkan agar tak mencintainya terlalu dalam."

~~🍃~~

Rasulullah tidak suka orang yang suka mendebat. Untuk beberapa jam yang lalu, aku hampir lupa sabda Rasul ku.

"Apa kamu hobi nyusahin orang?" Katanya telak.

"Saya sebenarnya nggak mau mencampuri urusanmu, tapi saran saya mending kamu turun lagi. Pulang lebih baik daripada kambuh disini, nyusahin temen kamu nanti." Katanya. Pria itu terus memberondongku dengan mulut petasannya. Kalau Niar tidak mengingatkanku, mungkin sudah kubungkam mulutnya dengan sekali tinjuan mautku.

Tersebab ulah pria bermulut petasan itu, aku langsung memutuskan untuk pulang. Bisa darah tinggi aku berlama-lama mendengarkan ocehannya. Dia benar-benar memengaruhi mood ku, sampai rumah aku tidak berminat untuk sekadar bergurau ringan dengan Ummi seperti biasanya.

Berbeda denganku, Niar justru terpesona dengan si mulut petasan itu. Usut punya usut, Niar dan beberapa teman perempuanku di kelas tahu banyak tentang dia.

"Tapi keren dia, udah agamis, sikapnya bikin penasaran, jiwa sosialnya tinggi, suaranya bagus, suka ngisi ceramah juga lagi. Kemarin waktu hari santri nasional, dia dapet penghargaan santri teladan di boarding school, lho." Kata Niar. Dia sengaja meneleponku hanya untuk membicarakan si mulut petasan itu.

"Kamu kok paham banget sama itu anak? Maaf ya, kalau kamu cuma mau bahas kayak gini, aku tutup. Assalamu'alaikum." Aku memutuskan panggilan sepihak, Niar yang memulai dan aku yang mengakhiri. Tidak sopan memang, tapi percayalah mood ku sedang ambruk saat ini.

Drrrttt

"Kenapa lagi sih dia!" Batinku. Kukira Niar si sender pesan whatsapp itu. Bukan. Bukan Niar, tapi...

My Little Prince

"Assalamu'alaikum... alhamdulillah hari ini aku pulang, besok Insyaa Allah aku main ke rumah."

Irama jantungku berfungsi abnormal ketika berurusan dengan pria ini. Pria yang ikut andil mewarnai masa kecilku hingga sekarang. Mungkin jika aku baru mengenalnya beberapa minggu yang lalu, aku akan euforia karena pesannya barusan.

Bukan, dia datang ke rumahku bukan untuk mengkhitbahku seperti yang kuharapkan. Berkunjung ke rumahku setiap liburan memang sudah menjadi rutinitasnya. Tetapi, aku bersyukur, setidaknya selama ini dia tidak pernah menceritakan gadis lain kepadaku.

Kubiarkan pesan darinya, lagi-lagi karena mood ku yang sangat buruk hari ini tidak membuatku tergerak membalas pesan yang sudah lama kutunggu datangnya.

🌸🌸🌸

Selepas sholat maghrib, saat aku sedang muroja'ah, Ummi memanggilku untuk turun ke ruang tamu. Tak terpikirkan sebelumnya, Zidan datang secepat ini. Dia bilang besok baru akan datang, tapi pada akhirnya dia datang lebih awal.

"Hallo! Apa kabar kamu, fa?" Tanyanya seperti biasa.

"Hay, dan! Alhamdulillah baik, kamu baik juga kan? Kok kesini sekarang bukannya tadi bilangnya nanti besok ya?"

Menjagamu Dalam Do'akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang