The Wind Flow

20.2K 2.1K 98
                                    


Ben berdiri di depan jendela kamarnya. Kamar yang begitu bersih, bahkan Celina telah menganti tirai dan merubah beberapa tatanan perabot yang ada di kamarnya.

 Kamar yang begitu bersih, bahkan Celina telah menganti tirai dan merubah beberapa tatanan perabot yang ada di kamarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari kelima setelah kepulangan Ben. Dan ini adalah tepat seminggu setelah penangkapan Christian Campbell. Tepat seminggu pula kebisuan Chris tentang apa motif di balik tindakan biadabnya.

Ben menggeleng. Tak habis pikir apa yang ada di otak Chris sementara dia begitu mempercayainya?

Ben tahu Chris adalah seorang gay. Dan Chris mempunyai seorang kekasih yang kadang menyambangi Chris di galeri. Bagi Ben dia sama sekali tidak mempermasalahkan itu semua. Dia menghargai Chris dengan pilihan hidupnya.

Chris tidak mungkin menaruh hati padanya bukan? Setahu Ben, ikatan para gay bahkan lebih kuat dari apapun.

Ben menoleh. Celina yang cantik masuk dengan baju hitamnya. Ben sedikit risih namun Celina akhir - akhir ini sangat menyukai memakai baju hitam. Seperti membuang kesialan...dan Ben perlahan mulai terbiasa dan lambat laun dalam hitungan jam, Ben menyukai warna hitam lebih dari biasanya.

"Waktunya minum obat, Ben", ujar Celina sambil meletakkan nampan berisi air putih dan secawan obat yang harus di minum oleh Ben tepat di jam sekarang ini selama masa pemulihan.

Ben menghampiri Celina. Meraih gelas dan obat dari tangan Celina dan meminumnya dalam sekali tenggak.

"Anak pintar...", bisik Celina menggoda sambil mengacak kepala Ben lembut.

Ben menangkap tangan Celina dan membawa ke dadanya. Celina tinggi untuk ukuran wanita, tapi berdiri di depan Ben terasa begitu tepat karena puncak kepala Celina tepat berada di dagu Ben.

"Baiklah...aku memang menyedihkan", ujar Ben sambil meraih pinggang Celina dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tetap mengunci tangan Celina di dadanya.

"Kau seksi. Bukan menyedihkan", goda Celina lagi.

Ben mengeratkan pelukannya.

"Apakah putriku sudah tidur, sayang?", tanya Ben penuh arti.

"Hmm...dia agak rewel belakangan ini dan terakhir aku meninggalkannya...dia sedang merajuk pada neneknya", ujar Celina sambil memainkan kancing baju Ben.

"Well...aku harus bersabar kalau begitu", bisik Ben di telinga Celina.

Celina mengangguk. Mengabaikan tatapan Ben yang menatapnya lembut.

"Benar...harus lebih bersabar", bisik Celina.

"Tapi tidak untuk sebuah ciuman bukan?", tanya Ben sambil memagut bibir Celina lembut. Menggigit bergantian bibir atas dan bawah Celina. Memabukkan...cara Ben menciumnya adalah ciuman terbaik yang tak kan terganti.

Ben membawa Celina berputar. Dulu sekali saat masih menjadi sepasang sahabat, Ben pernah mengajak Celina berdansa. Beberapa kali dan Ben sangat tahu, Celina payah untuk urusan satu itu. Dansa mereka selalu berakhir menyedihkan dengan kaki Ben yang selalu terinjak oleh kaki Celina.

CELINA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now