Softly

21.3K 2.1K 91
                                    

Celina terlihat menuruni tangga dan masuk ke ruang makan. Sejenak langkahnya terhenti di pintu penghubung ruang makan dan ruang keluarga.

Semua orang menoleh pada Celina. Tatapan Celina terpaku pada Ben yang duduk bersebelahan dengan Jamie dan Daniel.

Celina melangkah dan duduk di samping Stephanie yang tersenyum menggoda.

Bukankah Ben pulang semalam? Kenapa pagi - pagi dia sudah berada di sini? Kapan dia datang?

" Selamat pagi, sayang. Apa tidurmu nyenyak?", tanya grandpa Edward menyapa Celina.

"Selamat pagi grandpa. Kemana semua orang?", tanya Celina yang menyadari tidak ada kedua orangtuanya dan kedua paman bibinya, juga Zach, Alex, Skyla dan Mika. Bahkan William juga tak terlihat.

Demi apapun, ini hari libur!

"Mereka sedang pergi menghadiri peluncuran produk bayi. Kebetulan Declan menjadi salah satu modelnya. Dan Liam sedang menemui Autumn, kau tahu...anak muda...", ujar sang kakek berkelakar.

Celina tertawa pelan dan mengangguk. Tatapan matanya bertaut dengan mata Ben. Ben tersenyum simpul.

"Makanlah Celina. Kau harus makan banyak", ujar sang kakek.

Stephanie membantu Celina mengambil makanan, dan Celina menyantapnya dengan canggung.

Setengah jam yang akhirnya hening.

"Ben, grandpa tunggu di ruang kerja ", ujar Edward pada Ben.

Ben mengangguk dan menyelesaikan sarapannya cepat.

"Aku duluan", ujar Ben sambil beranjak.

Sebuah tepukan di bahu di sematkan Daniel dan Jamie bergantian.

"Makanlah. Ben sudah mengurus Louisa. Keponakanku itu sudah cantik. Kau harus memuji pilihan baju yang di pilih Ben. Dia luwes sekali", ujar Stephanie.

Celina mengernyit.

"Baiklah Jamie. Kita bermain catur sekarang", ujar Daniel sambil menepuk bahu Jamie.

"Okay", jawab Jamie sambil tertawa lebar.

Mereka berdua, melangkah keluar dari ruang makan di iringi tatapan heran Celina.

"Jamie...dia penasaran karena belum pernah sekalipun mengalahkan Daniel", ujar Stephanie sambil mengangkat tangan dan mengendikkan bahu.

"Huffft...", ujar Celina.

"Habiskan makanmu. Aku akan membawa Louisa ke ruang tengah, okay. Sebentar lagi waktunya dia menyusu bukan?", ujar Stephanie sambil berdiri.

Celina mengangguk. Stephanie berjalan keluar ruang makan. Celina menghabiskan sarapannya cepat.

"Sejak kapan Ben di sini?", bisik Celina lirih.

"Ben tidak pulang Celina, dia tidur di kamar Louisa semalam. Dua kali dia terbangun dan membuat susu untuk Louisa", ujar James yang berdiri di samping Celina dan mulai membereskan meja makan.

"Ooh, Uncle James. Aku bingung", ujar Celina sambil berdiri.

"Kalian saling mencintai. Jangan menyangkalnya karena itu akan membuat hatimu sakit", ujar James.

Celina terpaku. Semalam, Celina tertidur karena lelah memikirkan segalanya. Dan Celina tahu, mengingkari perasaannya pada Ben jauh lebih menyakitkan di banding saat Ben meninggalkannya untuk menikah.

CELINA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now