Grey

20.9K 2.1K 137
                                    

"Kau mau Mom menghitung berapa kesalahanmu, Celina Heavenly Leandro?!", pekik Lucy, Ibu Celina dengan suara tertahan.

"Sayang...", ujar Dean menenangkan.

"Diam, Dean!", ujar Lucy keras sambil menoleh ke arah Dean. Dean menyerah dan akhirnya duduk di sofa ruang kerja Ayahnya.

Sementara itu Celina tengah berdiri di belakang sang kakek, Edward Leandro. Tangannya memegang pinggang kemeja kakeknya.

"Jangan menggunakan kakekmu sebagai tameng, Celina", ujar Lucy masih dengan suara keras.

Celina menunduk. Bergeser semakin tenggelam di balik punggung sang Kakek yang masih terdiam.

Ini kali pertama sang Ibu begitu kalap dan marah. Murka lebih tepatnya. Sudah setengah jam Ibunya berbicara tanpa bisa di sela lagi. Semua mendengarkan, tanpa ada yang berniat menyela. Lucy berteriak hingga menangis dan semua maklum padanya.

"Kau benar-benar tidak bertanggung jawab. Demi apapun di dunia, Mom dan Dad tidak pernah mengajarimu hal seperti itu Celina", ujar Lucy sambil menatap tajam Celina yang sesekali menengok dari balik punggung kakeknya.

"Lucia...", bisik Edward menenangkan.

"Tidak Dad. Jangan membela apalagi melindunginya. Aku harus memukulnya", ujar Lucy.

"Lucia..dengarkan Dad...please", ujar Edward lagi.

Lucy menghela napasnya pelan. Mencoba menata lagi hatinya yang di selimuti amarah.

"Kau sudah mengetahui semuanya sekarang. Tidak ada gunanya kau marah-marah sayang. Yang terpenting sekarang adalah mengurus mereka, menjaga kandungan Celina dengan baik", ujar Edward.

Lucy terduduk di samping Dean yang langsung merengkuhnya.

"Dia menderita, dan aku tidak tahu. Bertahun-tahun Dad. Aku ini ibunya...kenapa dia tidak menceritakan semua padaku? Dia hamil dan dia menanggungnya sendiri. Lalu...apa artinya aku untuknya? Aku ini Ibunya. Dia...sama sekali menganggapku tidak ada", ujar Lucy sambil menangis dalam pelukan Dean.

"Aku mengenal karakter masing-masing cucuku, Lucia. Anak gadismu ini adalah penyimpan sedih yang handal. Aku mengetahui semua dari dokter Adven sebelum menanyakan semua pada Celina. Satu-satunya alasan yang dia punya kenapa dia sampai merahasiakan semua dari kalian adalah dia tidak ingin kalian bersedih. Pun dengan kehamilannya sekarang. Dia hanya ingin menjaga perasaan kalian. Katakan pada Dad, di mana letak kesalahannya?", tanya Edward sambil menarik Celina ke dalam pelukannya.

"Dad selalu membelanya", ujar Lucy sambil menatap Celina.

"Aku akan membela setiap keluargaku. Apalagi cucu-cucuku, Lucia", ujar Edward lembut.

Lucy menghela napas panjang. Matanya menatap ke arah perut Celina. Pandangannya meredup.

"Apakah dia perempuan? Apa dia sehat?", tanya Lucy.

Edward dan Dean tertawa. Mereka selalu tahu, Lucy harus meluapkan semuanya. Namun di balik semua itu, Lucy tidak akan pernah bisa benar-benar marah pada Celina.

"Dia perempuan Mom, dan dia sehat", ujar Celina lirih sambil mengusap perutnya.

"Bicaralah pada Benjamin, Dean. Aku ingin tahu bagaimana sikapnya setelah ini", ujar Edward.

Dean mengangguk.

"Dan Lucia...lebih baik kau menggunakan energimu untuk berbelanja kebutuhan Celina dan calon cucumu, daripada harus marah-marah tak menentu", ujar Edward.

"Oh Celina, kau membuat Mom sangat khawatir ", ujar Lucy sambil merentangkan tangannya.

Celina berjalan dan menghambur dalam pelukan Mom dan Daddynya.

CELINA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now