Pandangan seluruh siswa di kelas semakin menyipit, menunggu reaksi kemarahan Jimin yang sebentar lagi -menurut mereka- akan segera meledak. Tapi...WHAT THE HELL?! Apa-apaan ini ! kenapa Jimin tidak membentak Jungkook dan dengan pasrahnya duduk di samping namja jangkung itu? Apa yang terjadi?. Seluruh siswa di kelas saling berpandangan bingung.

"Kau menang kali ini, Jeon"

.

.

Jam pelajaran telah berakhir, sebagian siswa sudah mulai beranjak dari kelasnya. Di kelas hanya tertinggal Jimin yang sedang membereskan barang-barangnya, Jungkook yang duduk di tempatnya tepat di samping Jimin sambil memainkan PSP nya dan Jin yang sedang menunggu Jimin di depan kelas.

'Aku harus cepat keluar dari neraka ini' Jimin membatin, ekor matanya sedikit melirik Jungkook dengan waspada.

Jimin tersenyum samar saat semua barangnya sudah tersusun rapi di dalam tas, dengan cepat gadis itu beranjak keluar kelas. Tapi, baru satu langkah ia berjalan...

"Kau mau kemana?" Suara datar itu menghentikan langkahnya.

Jimin membalikkan badan dan memutar bola mata malas saat melihat Jungkook masih duduk di tempat nya dengan kedua tangan yang bermain lincah di atas layar datar PSP bewarna hitam itu.

"Tentu saja pulang" Ujar Jimin dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Kau pulang bersamaku" Jungkook berdiri dari duduknya dan memasukkan PSP nya di dalam kantong celana. Dengan santainya namja jangkung itu menarik tangan Jimin keluar kelas, tanpa mempedulikan gadis itu yang sekarang sedang mendumel tidak jelas.

"Jin, hari ini aku pulang dengan Jimin" Jungkook berucap pada Jin yang mematung di ambang pintu. Setelah itu namja tersebut kembali menarik tangan Jimin lebih kencang dari yang sebelumnya.

Jimin mengikuti langkah Jungkook dengan terpaksa, sesekali ia menolehkan kepalanya ke belakang berharap Jin akan menyelematkannya dari kelinci buas ini. Tapi sia-sia, Jin tampak menggeleng takut.

Tiba-tiba langkah Jungkook terhenti, membuat Jimin sedikit menghembuskan nafas lega. Mungkin saja Jungkook akan melepaskan nya kali ini dan melupakan permainan sialan itu untuk sementara waktu.

"Oh ya, Jin, mulai besok aku akan terus pulang dengan Jimin dan duduk di samping Jimin saat di kelas, jadi jangan coba-coba untuk membantu Jimin kabur dari ku" Suara datar Jungkook menggema di koridor sekolah yang sudah lengang. Jimin menelan saliva nya dengan berat, ternyata Jungkook benar-benar serius dalam melakukan permainan itu dan hidupnya akan seperti di neraka mulai besok.

Jin melebarkan matanya tidak percaya atas perkataan Jungkook. Apa yang terjadi pada 2 orang musuh besar itu? Kenapa mereka seperti sepasang kekasih saja?. Berbagai pertanyaan berputar di otak Jin, membuatnya tidak bisa mencerna dengan benar, Ia hanya terdiam. Dan Jungkook kembali menarik tangan Jimin ke arah parkiran.

.

Jimin hanya memandang keluar jendela mobil dengan malas, lebih tepatnya ia sekarang sedang melamunkan nasibnya besok.

"Chagiya, kau kenapa eoh?" Jimin tersentak dari lamunannya saat mendengar kalimat menjijikkan itu. Sebenarnya bukan kalimatnya, tapi salah satu kata dalam kalimat tersebut. 'Chagiya'? benar-benar menggelikan !.

"Jangan pernah memanggilku seperti itu, Jeon" Jimin masih fokus menatap keluar jendela, ia malas jika harus berhadapan dengan namja jangkung itu.

Terdengar kekehan berlebihan Jungkook.

"Kenapa, eoh? Kau takut kalah dalam bermain karna langsung jatuh cinta padaku saat aku memanggil mu seperti itu?"

Jimin mendelik. "Tidak" Jawab Jimin singkat. Jujur, ia sedang malas beradu mulut dengan Jungkook sekarang. Mood nya benar-benar buruk.

Play Game With My Enemy (KookMin/ Jikook)On viuen les histories. Descobreix ara