00.02

6K 561 3
                                    

Namja berkulit tan yang dipanggil Mingyu itu berjalan menuruni tangga.

Kakinya melangkah menuju ke arah meja makan di dapur. Disana sudah ada seorang wanita paruh baya yang biasa dipanggilnya dengan sebutan 'eomma'.

Wanita itu tersenyum hangat ke arah putranya lalu menyuruhnya duduk.

Mingyu pun segera mendudukan dirinya berhadapan dengan wanita itu.

"Makanlah yang banyak, butuh beberapa jam sebelum kau sampai di Changwon," ucap Ny.Kim sambil mengambil beberapa nasi dan lauk pauk lalu menyerahkannya pada Mingyu.

Mingyu tersenyum tipis kemudian menerima itu.

Yang terpikir dalam kepala Mingyu sekarang hanyalah bagaimana caranya membahagiakan eommanya. Tak banyak yang bisa ia lakukan selain berdoa dan menuruti keinginan eommanya itu.

Meskipun terkadang keinginan-keinginan itu menyulitkannya, tapi ia berusaha untuk tidak memperlihatkannya pada eommanya yang sudah berumur.

Ia tak ingin mengecewakan harta berharganya yang terakhir itu.

"Jadi kau akan berangkat jam berapa?"

"Kurasa Paman Kwon akan menjemputku sekitar satu jam lagi," jelas Mingyu.

Ny.Kim diam-diam tersenyum mengamati putra semata wayangnya yang sudah dewasa.

Dalam senyumnya, terselip beribu penyesalan yang menyesakkannya.

Penyesalan karena Mingyu tak bisa tumbuh seperti teman sebayanya yang memiliki dua orangtua. Sedangkan Mingyu?

Mungkin ia sudah lupa jika ia masih memiliki ayah.

"Eomma?" Mingyu membuka suara setelah hening untuk beberapa saat.

Matanya tak sengaja mendapati kilauan bening di pelupuk mata eommanya.

Sontak Mingyu mengusapnya sebelum air mata itu jatuh dan membasahi pipi malaikat pelindungnya.

"Eomma jangan menangis, aku tadi tidak ingin pergi jika seperti ini,"

Ny.Kim tersenyum. Digenggamnya kedua tangan yang lebih besar dari miliknya.

"Kau jangan khawatir, eomma akan baik-baik saja disini. Kau hanya harus menikmati kehidupanmu di Changwon tanpa ada rasa cemas karena memikirkan eomma. Disini eomma tidak sendiri, ada Ny. Hong di sebelah rumah kita, dan juga Ny.Lee yang akan mengunjungi eomma. Kau tak perlu khawatir lagi, arra?"

Mingyu terenyuh. Hatinya semakin berat untuk meninggalkan eommanya sendirian di Seoul.

"Ne, aku tidak akan mencemaskan eomma karena eomma akan baik-baik saja, bukankah begitu?" Tanya Mingyu meyakinkan.

"Tentu," Ny.Kim mengangguk lemah.

Tak lama setelah itu, terdengarlah suara klakson dari arah luar.

"Apakah itu Paman Kwon? Bukankah seharusnya ia datang satu jam lagi?" Gumam Mingyu.

"Bersiaplah, eomma akan menemui pamanmu dulu,"

Mingyu pun beranjak dari posisinya kemudian berjalan menuju kamarnya di lantai 2.

Ia memandangi ruangan yang telah ditempatinya sejak 10 tahun silam.

Berat baginya untuk pergi meninggalkan kenyamanan dan kesayangannya di rumah ini.

Ia tak ingin meninggalkan ibunya, meskipun itu hanya untuk saat musim dingin sekalipun.

Ia tak ingin ibunya merasa kehilangan untuk sekali lagi.

Tapi, apa yang bisa dilakukannya, jika itu yang diinginkan eommanya.

Mingyu membuang nafasnya kasar. Diambilnya koper yang sudah ia siapkan malam tadi lalu berjalan menjauhi ruangan itu.

Dengan langkah berat Mingyu menuruni tangga.

"Ah, kau sudah siap," celetuk Ny.Kim ketika melihat Mingyu sudah berdiri di ambang pintu.

Mingyu pun berjalan mendekati kedua orang yang sedang berbincang itu.

Tangannya bergerak untuk membuka bagasi mobil lalu memasukkan kopernya.

Setelah menutup pintu bagasi, Mingyu mendekati eommanya.

Meraih tangan yang sudah berkeriput lalu menciumnya. Entah mengapa ada beban yang mengganjal di hatinya.

Seolah beban itu menahannya, memintanya untuk tetap tinggal.

Sekalipun ia hanya akan berada di Changwon untuk beberapa bulan, namun tetap saja itu terasa berat.

Untuk membuat eommanya kembali merasa ditinggalkan setelah 5 tahun lamanya. 

"Mingyu, kau harus patuh pada pamanmu ketika di Changwon nanti, dan jangan khawatirkan eomma disini, mengerti?"

Suara lembut itu melemahkan Mingyu, memaksanya untuk tetap mengangguk patuh.

"Ne, jaga diri eomma selama Mingyu di Changwon, aku tak ingin satupun kabar buruk ketika di Changwon nanti,"

Ny.Kim tersenyum, ia terharu oleh sikap Mingyu yang perhatian.

"Hmm, cepat berangkat, paman Kwon sudah menunggu,"












Bug.








Mingyu memeluk erat tubuh ringkih eommanya. Padahal ia hanya akan tinggal di Changwon selama beberapa bulan, namun seakan ia mengucap salam perpisahan untuk yang terakhir kalinya.

Setidaknya Mingyu bisa mengambil keuntungan dari kepergiannya ke Changwon untuk beberapa bulan ke depan.

Ia bisa menemui seseorang yang sudah mengisi hatinya selama 10 tahun terakhir.

Perlahan Mingyu melepas pelukan itu, berjalan ke arah mobil. Memasuki mobil itu lalu menurunkan kaca jendela ketika paman Kwon menyalakan mesin mobil.

Ia memandangi bayangan eommanya yang memudar seiring dengan menjauhnya mobil yang ditumpanginya.

Dari bayangan itu Mingyu bisa melihat senyum hangat eommanya, ia pun membalas senyuman itu tak kalah hangat sembari melambaikan tangannya.









Tbc.

Published on Aug 16th 2017




Hwhw kobam teaser Love Yourself nya BTS :"))

[✔] A Piece of You ☆ MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang