Harry

1.1K 125 4
                                    

Harry terkejut bukan main hari ini.

Tadi pagi, ia, Ron, Hermione, dan keluarga Weasley pergi ke Diagon Alley untuk membeli perlengkapan sekolah. Saat di Madam Malkin's, Ron bertemu seseorang berlogat Amerika. Apa tepatnya yang dilakukan orang itu di London, Harry sam sekali tidak punya ide. Yang jelas, aura mencekam terpancar darinya. Dan matanya. Terlihat seolah ia sudah mengarungi neraka dan kembali.

Kemudian Harry, Ron, dan Hermione mengunjungi toko lelucon milik Fred dan George. Karena sangat ramai di dalam, mereka memutuskan untuk keluar lebih dulu.

Pemandangan selanjutnya mencengangkan Harry.

Mereka keluar lewat pintu samping, dan mendadak saja dihadang oleh seorang wanita yang tampaknya mendesis-desis. Harry mengernyit. Wanita tersebut tampak seperti ular.

"Tidakkah ia mirip kau-tahu-siapa? Dalam versi cewek, tentu saja," bisik Ron.

Hermione mengeluarkan pekikan pelan. "Ia menuju ke arah kita! Dan apa itu di tangannya? Sebuah sabit?!"

Hary membelalak melihatnya. Benar saja. Wanita ular tersebut membawa sabit besar. Lidahnya terus berdesis.

"Aku bissa membauinya.. ssss.." desisnya.

Harry mengeluarkan tongkatnya. "Stupefy!" serunya.

Cahaya hijau memancar dan menyambar badan wanita (atau harus disebut monster?) tersebut. Tapi tampaknya tidak berpengaruh sama sekali.

Mendadak sekali, sebuah bayangan memadat di depannya, dan empat orang muncul begitu saja. Salah satunya, Harry kenali sebagai orang Amerika yang ditemui Ron tadi.

"Kau!" geram salah satu Amerika, yang berambut hitam acak-acakan. Ia memegang sebuah pedang perunggu sepanjang satu meter. "Tidakkah kau puas setelah kalah di pertempuran Manhattan?! Mau apa lagi kau?!"

"Kau.." desis si wanita ular. "Tuanku sssudah menawarkan imbalan besar untuk kepalamu. Terimalah kemurkaan Ratu Sess.. Ssang ratu dracaena!"

Jadi itu namanya. Dracaena. Harry menatap dengan ngeri saat dracaena tersebut menerjang maju. Dengan gerakan cepat dan dengan sekali tebasan, si cowok yang tadi berseru menebaskan pedangnya ke kepala dracaena. Dracaena tersebut hilang, digantikan oleh setumpuk debu kuning.

"Wow, kelp head," kata si cewek berambut hitam, "sudah berapa kali kau membunuhnya?"

Harry mengernyit. Berapa kali? Memangnya berapa kali makhluk itu dapat dibunuh? Aneh sekali. Kemudian mereka berempat mulai bicara dengan bahasa yang sangat aneh. Harry tidak tahu bahasa apapun itu. Bahkan Hermione sekalipun tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mengerti.

Kemudian si cewek pirang menoleh ke arah Harry, begitu pula yang lain. Wajah mereka tampak tegang. Harry jadi semakin curiga.

"Maafkan kami. Apakah kalian terluka?"

Harry mengerjap. "Oh, tidak. Tapi siapa sebenarnya kalian? Dan, oh.. Aku bahkan tidak tahu harus bertanya apa,"

Cowok yang berambut hitam maju. Di mata Harry, ia tampak persis seperti dirinya. Rambut hitam berantakan yang sama, check. Mata hijau yang mirip, check. Dan entah apa alasannya, ekspresi pedih yang sama di mata, check.

"Kami adalah orang asing yang kebetulan saja nyasar ke London," kata si cowok sarkastis.

Cewek berambut pirang menyikutnya. "Seaweed brain, don't be so sass," kemudian ia menoleh ke arah cewek yang lain. "Thalia, lakukan tugasmu."

Perempuan yang dipanggil Thalia mendengus. Ia menjentikkan jari-jarinya, membentuk pola rumit. Harry merasa ada sesuatu yang salah di kepalanya. Dan mendadak ia jadi bingung.

"Kalian tidak melihat apapun," Harry mendengar suara perempuan, seperti lonceng yang ditodongkan ke dalam kepalanya dari jauh.

Sensasi tersebut hilang. Harry mengerjap, dan menatap dengan bingung keempat orang di hadapannya. Ia jadi bingung. Sebenarnya apa yang tengah ia lakukan di sini?

Harry menoleh pada Ron dan Hermione, yang juga tampak kebingungan. "Ayo kita kembali. Mrs. Weasley pasti mencari kita."

Sepanjang jalan kembali ke toko lelucon Fred dan George, Hermione terus bersikeras kalau tadi ada wanita  yang menyerang mereka. Kendati kelihatan agak bingung, Hermione terus membantah perkataan Harry maupun Ron.

"Aku tidak ingat pasti! Tapi salah satu cowok itu memegang pedang, lalu--lalu-- argh! Kenapa ingatanku kabur-kaburan?!"

Harry memutuskan untuk tidak mendebatnya. Hanya saja Ron tidak sependapat. Jadilah mereka berdua bertengkar hebat, dan Harry hanya mendengarkan dari belakang.

Di luar toko lelucon, Mrs. Weasley sudah menunggu dengan cemas. "Ke mana saja kalian?! Kupikir kalian diculik atau semacamnya!"

Hermione mendengus. "Yeah. Kami hampir dibunuh wanita ular tadi,"

Ron membelalak lagi. "Hermione! Sudah berapa kali kukatakan?! Tidak ada wanita ular ataupun cowok memegang pedang! Kau pasti berkhayal!"

Mrs. Weasley menatap Hermione dengan bingung, kemudian membelalak galak pada Ron, yang masih bersungut-sungut kesal. "Apa yang Hermione katakan benar?"

Ron menggeleng kuat. "Tidak, mum! Hermione pasti sedang stress memikirkan OWL PTIHnya yang tidak Outstanding! Benar, kan, Harry?"

Harry tersentak, tidak menyangka akan mendapat pertanyaan. "Aku, eh, agak pusing. Bagaimana kalau kita kembali saja ke The Burrow? Kita masih harus berkemas,"

Mereka kembali ke The Burrow, dengan Ron dan Hermione yang masih berdebat. Harry jadi bertanya-tanya. Kenapa mendadak ia linglung begini? Semoga tidak ada yang meng-Confundus nya.

Semoga saja.[]

Colision CourseWhere stories live. Discover now