Part 24 - Love is Pain

3.8K 312 25
                                    

Irene baru saja menyelesaikan kegiatan mencuci piring setelah sarapan saat ahjuma mengetuk pintu kamar dan memberitahu kalau ada seseorang yang mencarinya. Wanita itu sempat menatap heran pada wanita paruh baya yang sudah setia melayani keluarga Bae selama 20 tahun. Tamu? Sepagi ini? Demi menghilangkan rasa penasarannya Irene segera turun untuk menemui seseorang yang ahjuma maksud. Irene sempat mematung di anak tangga terkahir begitu melihat lelaki dengan tatapan datar sedang menatap dirinya sudah berdiri tegap dengan kedua tangan di dalam saku celana. Dengan sangat hati-hati Irene berjalan mendekat ke arah laki-laki yang sangat ia rindukan sekaligus menyebalkan karena tidak memberi kabar beberapa minggu ini.

"Hai." Sapa Irene canggung. Ia mencoba bersikap senormal mungkin pada suaminya. Takut-takut sang Ibu sedang memperhatikan mereka dari jarak jauh.

"Ada apa?"

Bodoh! Dari sekian banyak kalimat dan pertanyaan, kenapa harus pertanyaan itu yang keluar dari mulutmu Bae Irene?!

Irene merutuki diri sendiri sambil menatap takut pada Sehun yang sedang mengerutkan dahinya. Bingung dengan pertanyaan yang baru saja diucapkan oleh istrinya.

"Ada apa? Kau tanya ada apa? Harusnya aku yang menanyakan pertanyaan itu padamu Bae Irene." Ada sedikit nada marah dan kesal pada kalimat yang dilontarkan Sehun.

"Kita ke kamarku saja. Aku tidak mau Eomma melihat dan mengira kita sedang bertengkar."

Sehun menarik pergelangan tangan Irene dan berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Irene. Lelaki itu sempat mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar istrinya. Tidak ada yang berubah. Masih sama seperti tiga bulan yang lalu.

"Sehun lepas!" Irene menghempaskan tangannya dari cengkraman Sehun yang sedikit kencang hingga meninggalkan bercak merah di sekitar pergelangan tangannya. Sehun menatap garang pada Irene.

"Tiga hari. Tiga hari kau pergi dan tidak memberitahuku." Geram Sehun. Irene mengalihkan pandangannya. Ada sedikit rasa enggan untuk menatap manik mata suaminya saat ini. Dia menggigit bibir bagian dalam agar rasa kesal yang sedang membuncah di dadanya tidak keluar begitu saja sehingga Ibunya bisa mendengar dan mengetahui pertengkaran mereka.

Saat sedang membantu membuat sarapan pagi tadi Ibunya memberitahu kalau semalam Sehun menghubungi dan akan menjemputnya hari ini, Irene tidak terlalu menanggapi. Lagi, dia harus berpura-pura senang karena suaminya akan menjemputnya seolah-olah dia sangat merindukan Sehun karena sudah beberapa hari tidak bertemu. Dibalik rasa senangnya itu ia juga memikirkan bagaimana mengontrol rasa kesalnya pada Sehun di depan Ibunya agar Ibunya itu tidak menaruh curiga pada anak dan menantunya.

"Cih, baru tiga hari aku pergi tapi kau sudah semarah ini padaku? APA KABAR AKU YANG TIDAK KAU BERI KABAR BERHARI-HARI OH SEHUN?!" Nada Irene sedikit meninggi dan diberi penekanan saat mengucapkan kalimat terakhirnya tapi masih dengan volume suara yang kecil. Irene menarik napas dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Aku tidak mau Eomma mendengar pertengkaran kita. Kita pulang sekarang dan bersikaplah biasa saja saat berpamitan dengannya nanti." Irene berjalan melewati Sehun dan mengambil tas tangan serta tas berisi pakaian yang sudah ia siapkan pagi tadi.

***

Keheningan menjadi suasana dominan di dalam mobil yang sedang dikendarai Sehun. Tidak ada percakapan antara dirinya dan Irene selama 2 jam perjalanan. Sesekali Sehun menyalip beberapa mobil didepan karena jalanan sedang lengang. Mengendarai dengan kecepatan yang cukup tinggi dan menyalip membuat kekesalan Irene meningkat.

"Kalau kau mau mati, mati sendiri! Turunkan aku!" Geram Irene. Sehun menepikan mobil kemudian keluar dan membanting pintu mobil dengan keras, membuat Irene terlonjak kaget.

[✔] Married an IdolWhere stories live. Discover now