"Kalian langsung ke kelas abis ini?" Tanya gue. Mata keempat orang di hadapan gue ini langsung beralih dari Calum ke gue, seolah baru dari pengaruh hipnotis.

"Eh, iya," sahut Stephanie, "Katanya tadi kelas kami mau buat struktur kepengurusan kelas gitu deh."

"Gue juga langsung cabut nih, mau ke wc dulu," ucap Michael yang langsung bangkit dari duduknya seraya menepuk-nepuk perut, "Cessa, aku duluan," pamitnya ke Cessa sebelum dia berjalan cepat keluar kantin sambil terus memegangi perut.

"Eh kalian ke kelas duluan aja juga, gue mau ke kantor guru," ucap gue saat iseng-iseng membuka ponsel dan menemukan chat dari Bu Lena-pengurus kesiswaan yang menyuruh gue mendatanginya.

"Oke," sahut Cessa dan Stephanie bersamaan, sedangkan Gacy cuma mengangkat kedua alisnya tanda mengiyakan. Gue tersenyum kecil sebelum bangkit dari duduk, berbalik arah dan melangkah cepat keluar kantin.

Dari ujung mata gue, gue bisa merasakan kalo Calum sama teman-teman semejanya memerhatikan kepergian gue dalam diam.

Gue membolak-balik lembaran kertas yang lagi gue pegangi, berusaha menemukan kesalahan dari tulisan yang tertera di atasnya. Dari empat murid yang harus gue ajarin, nama Calum Hood terletak di urutan paling akhir.

Gue menatap Bu Lena dengan tatapan enggak terima, "Bu, ini bener daftar murid punya saya? Enggak ketuker sama tutor yang lain?"

"Enggak lah, orang itu ada nama kamu kok," jawab Bu Lena sambil menunjuk nama gue di pojok kiri atas kertas, "Kenapa memangnya? Kamu ada masalah?"

Gue menahan diri buat enggak meremas kertas itu lalu menginjak-injaknya, "Kok Calum bisa ikut tutor, Bu? Bukannya ini khusus buat bantu kelas sepuluh belajar ya?"

"Oh itu, guru-guru udah rapat membahas masalah Calum ini. Semuanya setuju kalo selain belajar di kelas, Calum juga perlu belajar di luar jam sekolah. Supaya nilai dia di tahun ini enggak jeblok lagi. Lagipula Bu Winona bilang kalian berdua sangat dekat dan kamu juga tutor terbaik di sekolah. Kan cocok."

Cocok kepalamu!

Setelah berdebat selama beberapa saat dengan gue yang berakhir kalah telak, dengan sangat terpaksa gue menyetujui Calum sebagai murid gue. Tapi gue udah bilang ke Bu Lena supaya beliau aja yang menghubungi Calum tiap ada pertemuan. Bu Lena jadi semacam jembatan informasi di antara kami berdua.

Rasanya gue beneran mau udahan aja sekolah di sini. Kenapa sih, gue enggak pernah bisa jauh dari segala hal yang berhubungan dengan cowok itu? Astaga, gue enggak ngebayangin gimana jadinya gue sama dia dalam satu ruangan yang sama dengan jarak yang enggak lebih dari satu meter. Fuck my life.

Setelah dua minggu lebih berada dalam satu kelas yang sama dengan Velda, dia enggak pernah mencari masalah sama gue, atau belum. Sebenernya, gue enggak keberatan sekelas sama dia, selama dia enggak ngajak gue ngomong, ngeliat ke arah gue atau berada disekitar gue.

Semenjak satu kelas ini, gue bisa merasakan kedekatan antara Velda dan Ashton, yang bisa dibilang jauh dari sekedar temen main.

Kedekatan yang gue maksud itu, dari sering berangkat dan pulang bareng, duduk sebelahan dengan tangan Ashton yang melingkari pinggang Velda, dan Ashton yang dengan santainya merebahkan kepalanya ke paha cewek itu kalo lagi ada jam kosong.

Ayaflu | 5SOSDove le storie prendono vita. Scoprilo ora