22. Meledak

4.1K 696 1.4K
                                    

Diantara lima orang yang duduk mengelilingi meja kantin paling sudut, cuma ada dua orang yang enggak berhenti mengeluh. Pertama, Michael, karena dia enggak sekelas Cessa tapi malah sekelas lagi sama Yuna. Dan yang kedua, gue, karena gue enggak sekelas Michael tapi malah satu kelas sama Velda (plus Ashton).

Ini yang namanya lolos dari kandang buaya dan masuk ke kandang ular. Angan-angan gue buat menjalani kelas tiga dengan lancar dan penuh kedamaian sirna sudah. Gue lebih memilih satu kelas lagi aja sama geng Yuna komplit, daripada harus sekelas sama Velda. Man, her presence annoys the ever living shit out of me.

"Gue udahan aja deh sekolah kalo kayak gini caranya," gue merengut sambil memainkan bubur ayam di hadapan gue pake sendok tanpa berniat memakannya, "Kalian bayangin deh, ketemu dia semenit aja gue udah keki parah, gimana gue harus satu tahun bareng dia? Gila anjir gue."

"Tapi kan masih ada gue, Nat," ucap Cessa, satu-satunya orang yang masih betah buat mencoba menghibur gue dan Michael.

Stephanie mengangguk mengiyakan sedangkan Gacy emang enggak pernah lepas dari ponselnya dari awal dia gabung di meja kami. Gue sekarang sekelas Cessa, Stephanie sekelas Gacy, kelas Michael juga udah beda lagi. Bener-bener ini yang namanya shuffle kelas.

"Tapi kan lo enggak pernah lihat langsung gimana sikap Velda ke gue Cess," gue mendorong mangkok gue menjauh karena udah enggak napsu. Michael menarik mangkok itu ke arah dia, melihat tampilannya yang enggak banget, lalu mendorongnya lagi, "Bikin enggak semangat sekolah tau enggak."

"Udahlah, Nat. Masa gara-gara dia lo jadi-," ucapan Cessa terpotong karena sesuatu yang lagi dia pandangi.

Gue menoleh mengikuti arah pandangannya dan menemukan Calum yang berjalan memasuki kantin dengan langkah cepat dan lebar. Kepalanya menunduk memandangi kakinya dan kedua tangannya dimasukkan ke kantong celana. Kegiatan semua orang yang ada di kantin seolah terhenti karena kedatangannya yang enggak terduga.

Kegagalan Calum buat naik ke kelas 12 seketika menjadi topik terhangat di SMA Tunas Karya. Banyak yang penasaran buat lebih memerhatikan dia semenjak pembagian rapot. Antara heran sama enggak percaya, orang yang mereka agung-agungkan, mereka kagumi, ternyata punya cacat record di bidang akademik.

Sekarang, setelah enggak naik kelas, orang-orang bakal berpikir dua kali buat jadi pacarnya. Enggak tau deh Velda.

Calum masih setia menggunakan hoodie-nya kemana-mana, wajahnya udah enggak seceria dulu, dia selalu berjalan cepat dan menunduk, seolah enggak mau bertemu tatap sama orang-orang.

Langkah kaki Calum berhenti di meja kantin yang agak jauh dari kami, meja yang ditempati sama Velda, Ashton, Luke, Ester dan Yuna. Dia menarik kursi tepat di samping Luke dan mendudukkan dirinya di sana. Calum mendongak ke arah meja kami sekilas sebelum menyibukkan diri dengan ponselnya.

"Masih punya muka dia ternyata," komentar Gacy, "Kirain bakal pindah sekolah gitu."

Entah ini perasaan gue doang atau kantin emang tiba-tiba jadi sepi. Gue mengedarkan pandangan dan mendapati kalo setiap pasang mata sedang diam-diam mencuri pandang ke arah Calum. Memerhatikan gerak-geriknya yang emang terlihat jauh lebih kalem dan pendiem.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ayaflu | 5SOSWhere stories live. Discover now