Desa Sumur Jerami

100 5 9
                                    

Berpuluh tahun yang lalu, terdapat sebuah desa terpencil yang hanya dihuni oleh para manula. Orang-orang muda pergi merantau, ada yang ikut berperang, berdagang, ataupun sekedar mencari tempat yang lebih baik di luar desa. Kondisi desa tersebut sebenarnya masih sangat baik, mereka dapat mencukupi hampir semua kebutuhan mereka sendiri. Hal ini dapat terjadi karena desa tersebut dikelilingi oleh sumber daya alam yang kaya. Di sebelah utara, sekitar 2 km dari desa, terdapat pantai - tempat mereka dapat mencari ikan. Di sebelah timur terdapat area sawah dan ladang untuk kebutuhan pangan mereka. Di sebelah selatan dan barat dipenuhi oleh hutan rimba yang lebat, yang masih menjanjikan buah dan daging rusa yang lezat. Sementara itu di tengah desa, terdapat sebuah sumur yang merupakan sumber air minum penduduk desa. Dibangun bersamaan dengan desa tersebut, sumur tersebut memiliki kedalaman lebih dari 10 meter. Berdiameter sekitar 2 meter, terdapat dinding sumur, yang mencegah orang agar tidak terpeleset jatuh setinggi 1 meter. Juga terdapat tiang di kanan kirinya terbuat dari batang pohon kelapa setinggi 3 meter, dengan atap datar yang terbuat dari jerami diatasnya. Sumur tersebut menjadi simbol Desa Sumur Jerami.

Setiap harinya, mereka bekerja sesuai dengan keahlian mereka. Mulai pagi, hingga petang. Kemudian mereka beristirahat ketika malam datang. Ketiadaan listrik pada masa itu menambah kesunyian desa tersebut bila malam sudah turun. Kehidupan yang membosankan seperti itu, membuat semua pemuda tidak sabar ingin segera pergi keluar dari desa tersebut.

Pada suatu hari, seorang pemuda datang kembali ke desa. Dia tidak sendiri, melainkan ditemani seorang anak perempuan berumur sekitar 5 tahun. Anak kecil yang cantik, dengan rambut lurus, dan mata yang lebar. Dia tidak henti-hentinya menanyakan setiap hal yang dia lihat kepada pemuda yang membawanya itu. Penduduk desa yang sedang bekerja, menghentikan pekerjaan mereka untuk melihat anak perempuan tersebut. Dia bernama, Shana.

Kehidupan desa berangsur berubah setelah Shana tiba dan menetap disana. Sebagai anak kecil yang memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, Shana juga anak pandai yang dapat menyerap berbagai hal yang diajarkan oleh para manula yang ada disana. Para manula dengan senang hati menyambut rasa ingin tahu Shana, dan menganggapnya sebagai cucu mereka sendiri. Tumbuh besar di lingkungan orang-orang yang menyayanginya, Shana tumbuh menjadi gadis periang yang cerdas.

Tiga tahun berlalu. Shana telah menyatu dengan penduduk desa. Memancing, menanam, memberi makan ayam, memanjat pohon, dan sebagainya, semua dipelajari oleh Shana dengan cepat. Hanya satu kebiasaan Shana yang membuat para penduduk sering khawatir. Shana selalu bersembunyi di suatu tempat di desa setiap paginya. Satu pagi, Shana bersembunyi di dalam tong yang mestinya berisi sayuran. Pagi yang lain, Shana bersembunyi di belakang gudang peralatan persawahan. Di pagi yang lain lagi, Shana bersembunyi di bawah dermaga. Satu hal yang sama, senyumnya mengembang lebar saat ada yang menemukannya. Hingga akhirnya kegiatan tersebut menjadi bagian dari rutinitas penduduk desa dan menambah warna dalam kehidupan desa tersebut.

Namun semua hal tersebut berakhir pada satu hari, tepat empat tahun semenjak kedatangan Shana di desa. Pada pagi itu, matahari bersinar cerah. Penduduk desa tengah bersuka hati menyambut panen yang hanya tinggal hitungan hari. Seperti biasa, penduduk berusaha mencari Shana, setiap pelosok desa diteliti. Mereka ingin menemukan Shana secepat mungkin untuk memberikan hadiah kejutan yang mereka rahasiakan dari Shana, sebuah boneka kelinci lucu dengan lonceng di lehernya. Mereka dapat membayangkan mata Shana yang berbinar bila melihat hadiah yang mereka siapkan.

Tiap tong kayu dibuka, tiap gudang perkakas diteliti, tiap dermaga didatangi, dan tiap-tiap rumah penduduk desa dicari, namun nihil. Mereka gagal menemukan Shana. Hingga matahari berada di atas kepala, Shana belum dapat ditemukan. Para penduduk desa mulai khawatir, mereka takut apabila Shana pada akhirnya bersembunyi di hutan rimba yang memang terlarang untuknya. Rasa ingin tahu Shana yang begitu besar, membuatnya sering bertanya kepada penduduk desa mengenai apa yang ada disana. Namun tentu para penduduk tidak mengijinkan Shana untuk pergi kesana. Mereka takut, pagi ini Shana melanggar batas dan bersembunyi disana.

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang