1

77 19 21
                                    

"Iya. Tidak. Iya. Tidak. Iya." Seorang gadis berbicara sambil mencabuti helaian mahkota bunga yang ia pegang sedari tadi.

"Oh, apakah aku harus melakukannya?" Tanya gadis itu pada dirinya sendiri. "Apa kucoba sekali lagi saja?"

Gadis itupun mangambil bunga lainnya yang ia pegang sedari tadi. Entah ia mengambilnya di mana.

"Iya. Tidak. Iya. Tidak ...," Gadis itu terus mancabuti mahkota bunga sambil berjalan di pinggir sebuah jurang yang berada di dalam hutan. "Iya. Tidak. Iya."

Gadis itu mendesah pelan. Masih berpikir apakah keputusannya ini tepat. Ia masih terus berjalan di sepanjang jurang yang cukup dalam dan terjal itu.

"Kurasa aku berubah pikiran, sebaiknya aku tidak melakukan ini," kata gadis itu sambil melanjutkan perjalanannya keluar hutan.

Gadis itu berjalan sambil sedikit bersenandung. Sampai tiba-tiba ada yang mengejutkannya.

"Hey, sedang apa kau di sini?! Dilarang bunuh diri di sini, kau tahu!" Kata laki-laki yang tiba-tiba muncul di depannya.

Gadis itu tersentak kaget dan refleks mundur beberapa langkah. Tanpa ia sadari, ia terlalu jauh mundur dan mengakibatkan dirinya terperosok ke dalam jurang di belakangnya.

"Aakkhhhhhh," pekik gadis itu saat menyadari tubuhnya terperosok. Laki-laki yang tadi mengejutkannya pun terkejut. Niat baiknya malah tak bersambut. Ia merutuki caranya sendiri.

Tanpa pikir panjang–dan juga karena panik–ia langsung melompat ke dalam jurang yang sama untuk melihat keadaan gadis tadi.

***

"Kau aneh." Laki-laki itu hanya berlalu tanpa ada niatan untuk menanggapi perkataan temannya tadi.

Laki-laki itu terus malangkahkan kakinya menuju pinggir lapangan sekolahnya. Ia terus berjalan hingga kini ia mencapai sebuah lorong.

Tanpa ragu ia terus menjalankan kakinya menuju lorong yang di ujungnya terdapat sebuah tangga. Perlahan, ia menaiki tangga tersebut dan mencapai bagian atas bangunan tersebut yang biasa disebut atap.

Kini ia melangkahkan kakinya ke sudut atap yang terdapat dua pohon dan sebuah kursi panjang diantaranya. Entah siapa yang menaruh pohon di situ. Ia tak peduli dan segera membaringkan tubuhnya di kursi panjang tersebut.

Baru saja rasanya ia memejamkan matanya, tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya.

Saat ia melihatnya, ia langsung berdecak pelan. Seorang gadis yang sangat ia kenal.

"Kau ini," kata gadis itu sambil geleng-geleng kepala.

"Mau apa kau ke sini?" Tanya laki-laki itu ketus. Sekarang posisinya menjadi duduk. Gadis tadi langsung duduk tepat di samping laki-laki itu.

"Justru apa yang kau lakukan di sini?" Tanya gadis itu balik. Laki-laki di sebelahnya hanya menghela nafas kasar.

"Oh, ayolah Hikaru. Kau tidak boleh egois. Itu kesalahanmu. Akuilah kalau memang kau seorang laki-laki," kata gadis itu yang sudah pasrah dengan sikap temannya yang satu ini.

Hikaru memalingkan wajahnya pada teman perempuannya di sebelahnya. "Darimana kau tahu Ai? Apa kau mengintip dari balik tembok lagi?" Tanya Hikaru penuh selidik.

"Eum ...," Ai yang tak lain adalah temannya Hikaru, terlihat kelagapan. "Kau tahulah. Aku juga ingin tahu bagaimana kau bermain kriket," jawab Ai sambil menunjukkan cengirannya.

"Kau ini," kata Hikaru sambil menundukkan kepalanya.

"Hey, sebenarnya apa masalahmu? Kenapa permainanmu tadi buruk sekali?" Tanya Ai perhatian.

"Mereka saja yang terus-terusan memarahiku seperti anak kecil. Bilang yang ini salah, yang itu salah. Lalu apa yang benar?" Kata Hikaru memulai curhatannya. "Padahal aku sudah melakukan yang terbaik. Apalagi tiga bulan mendatang akan ada pertandingan," lanjutnya panjang lebar.

Ai menghela nafas pelan. "Kau memang seperti anak kecil," kata Ai santai. Hikaru mendongakkan kepalanya menghadap Ai dan mengangkat sebelah alisnya pertanda bingung.

"Kau memang salah. Akui sajalah, apa salahnya?" Kata Ai sambil memberanikan diri menatap manik mata Hikaru.

Hikaru mengusap wajahnya kasar. "Baiklah, nanti aku akan minta maaf pada mereka setelah mereka meminta maaf padaku terlebih dulu," kata Hikaru yang membuat Ai duduk lagi saat ia akan kembali ke kelasnya.

"Hey, apa maksudmu?"

"Tidak ada."

"Kau tidak boleh egois, ingat?" Tanya Ai dan mendapat anggukan dari Hikaru. "Kau tidak ingin ke kelas?" Tanyanya lagi.

Hikaru menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku ingin di sini dulu."

"Bilang saja ingin membolos," cibir Ai sambil melangkahkan kakinya menuju tangga.

"Ya, memang!" Kata Hikaru setengah berteriak agar terdengar oleh Ai.

Ai membalikkan tubuhnya menghadap Hikaru. "Dasar," cibirnya lagi lalu setelah itu tubuhnya menghilang di balik tembok.

***

Alooo....
Salam kenal... ^
Aku penghuni baru dunia oren ini...
Berikan saja pendapat kalian...
Kritik, saran, en komen juga typo...
Maaf klo gk bagus....
Just newbie^

Kuy lnjt scroll^

Megamine Kazare

Suicide ForestWhere stories live. Discover now