(6) Adit Punya Pacar

83 6 2
                                    

BAGIAN 6

Adit Punya Pacar?

“Ngga, lo sama sekali gak serem dengan ekspresi begitu. Lagian  lo kenapa sih, masih aja kesel. Gue aja lupa, gara-gara tadi Caca ngasih tugasnya banyak banget mana PORSENI kita udah kurang dua bulan lagi.”

Angkasa Rayhan semakin menyipit-nyipitkan matanya mendengar dumelan sahabatnya. Sekarang ia menghentikan langkah. Membuat Adit ikut berhenti dan berbalik ke arahnya.

“Apa? Apaan lagi sekarang?” Tanya Adit sabar.

“Sekarang gue lagi ngitung untung rugi lo jadi cowok Aira.” Angga menjawab sok serius, atau sok bercanda? Entah, hanya dia yang paham. “Lo emang bisa deket-deket dia, tapi lo jadi bulan-bulanan anak-anak, man. Ini Aira, ratu es yang punya banyak fans. Lo ini, bisa dibilang fans beruntung sekaligus sial.

Adit meringis. “Terserah.” Angga punya sisi menyebalkan juga ternyata. Apa pula itu menghitung untung rugi? Memangnya mereka sedang berdagang? Oh, harusnya Angga mengeluarkan pemikirannya ini saat rapat tadi. Saat dibahas cara mendapatkan dana tambahan untuk berbagai kegiatan OSIS ke depannya.

“Dit, gue serius lo ini.” Angga mengikuti langkah panjang Adit.

“Hmm.” Hanya itu balasan yang ia terima dari sahabat jerapahnya itu. Angga berdecak.ia sekitar 55% ingin menyuruh Adit menghentikan hubungan pura-pura Adit dengan Aira. Lagipula, jika Aira tidak suka Adit dan hanya Adit yang berharap, kan kasihan sahabatnya. Tapi di sisi lain Adit juga kelihatan senang bisa bersama Aira.

Angga masih berkutat dengan pemikirannya, saat ia hampir saja menabrak Atha. Pemuda itu—Atha—melemparkan tatapan kesal pada Angga terang-terangan. Padahal Angga tidak jadi menabraknya. Tuh orang kenapa kayak mau perang, coba?

“Ngobrol apa sama Atha? Kayaknya serius banget.” Adit bertanya pada Aira saat Atha sudah semakin menjauh. Angga menatap punggung tegap itu sekali lagi, dan Atha juga berbalik dan menatapnya sok seram lagi.

“Dia aneh.”

“Emang!” Angga langsung menyahut ucapan Aira. Atha memang aneh. Atau cowok itu memang mengajaknya perang tentang Caca? Kita biarkanlah saja Angga berpikir sendiri soal ini.

“Ya… dia ngomong ini itu walau gak nyambung. Udahlah.” Aira mengangkat bahu, bingung harus menjelaskan apa. “Jadi sekarang, pulang?”

Adit mengangguk, “Iya.”

“Yuk.” Aira melangkah duluan menuruni koridor.  Adit mengikuti di belakangnya.

Angga memperhatikan dua orang itu sambil merogoh sakunya untuk mencari kunci motor. Ia menjaga jarak cukup jauh dari keduanya. Mereka berdua, Adit dan Aira, hanya terlihat berjalan bahkan tidak beriringan, dan tidak ada yang membuka pembicaraan. Tapi Angga bisa lihat senyum Adit di belakang Aira.

----Lonely Angel----

Adit bukan anak yang jenius. Ia tidak seperti Caca, teman sekolahnya yang kata anak-anak selalu bisa bahkan tanpa belajar. Adit tidak seperti itu. Sejak kecil, Adit hanya terbiasa belajar karena suka dengan aroma buku. Makanya ia termasuk jajaran siswa terpintar dan diperhitungkan di Cakrawala. Di jajaran itu, juga termasuk Angga dan Aira.

Jadi seperti malam-malam sebelumnya, Adit duduk di depan meja belajarnya. Berkutat dengan soal fisika yang begitu menarik dan membuatnya larut hampir 2 jam semenjak selesai makan malam. Adit juga bukan siswa yang spesialis di satu bidang, ia bisa dan suka-suka saja mempelajari semuanya. Bukan hanya sekedar untuk nilai tinggi, tapi untuk ilmu pengetahuan luas yang bisa didapatkannya.

Smartphone yang tenggelam di bawah buku-buku Adit itu bergetar dan berkedip 2 kali. Adit hampir mengabaikannya karena hanya chat dari Angga yang selalu diterimanya, selain chat grup yang itupun notifikasinya ia biarkan nonaktif. Namun saat Adit mengangkat buku dan melihat layar smartphonenya, nama ‘Aira’ langsung membuatnya cepat-cepat menggeser layar.

Lonely AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang