(2) Pacar Pura-Pura

80 8 0
                                    

AIRA sekali lagi mematut dirinya di cermin. Memastikan bahwa ia sudah rapi dari ujung rambut sampai ujung kaki, dengan wajah yang kelihatan terlalu pucat dengan polesan liptint merah mudanya, namun juga tidak terlalu menor. Saat merasa penampilannya sudah cukup baik, Aira mengangguk pada pantulan dirinya sendiri sambil tersenyum untuk meyakinkan diri bahwa hari ini akan lebih baik dari kemarin-kemarin.

Tok tok tok.

"Non Aira, ada temannya di bawah. Nyonya sama tuan juga sudah nungguin Non di meja makan."

"Teman?" Aira mengerutkan kening. Ia tidak punya teman yang bisa dikategorikan dekat sampai bisa menghampirinya ke rumah. "Siapa ya, Bi?"

"Cowok, Non. Tinggi, rambutnya pirang."

Aira ternganga. Ditepuknya jidatnya yang tertutupi poni. Pasti si Cakra sarap! Kurang kerjaan banget sih.

"Yaudah, Bi. Aira bentar lagi turun kok."

Si Bibi hanya mengangguk lalu menutup pintu kamar sang nona muda kembali. Sementara Aira mengeluarkan smartphonenya dari dalam tas. Jari lentik Aira bergulir di daftar kontak LINE, mencari nama Adit. Ia mengklik pilihan call, baru di deringan ke-3, panggilannya sudah tersambung dengan seseorang di seberang sana.

"Dit, lo tau rumah gue kan? Emm... bisa ke sini dalam 3 menit nggak?"

"..."

Aira menjauhkan ponsel dari telinganya dan menatap layar-untuk memastikan panggilannya benar-benar sudah tersambung atau tidak, pasalnya, di seberang sana hening. Tidak ada jawaban.

"Kalau gak bisa gak papa kok. Sorry gue ganggu pagi-pag-

"Okeh. Gue ke situ. Dalam 3 menit."

----Lonely Angel----

Aditya Perwira menyambar tasnya begitu saja. Sepasang kaus kaki putih yang dipegangnya mulai ia pasang sambil berjalan-membuatnya melompat-lompat dengan satu kaki dan akhirnya jempol kakinya menumbuk tembok.

"Dit, nenek udah bikini nasi goreng, nih."

"Aduh nanti aja, Oma." Adit menyahut masih sambil melompat-lompat untuk memasang kaus kaki yang sebelah lagi, lengkap dengan ringisan perih pada kakinya yang tertumbuk tadi.

"Aditya, ngapain kamu lompat-lompat begitu. Pasang kos nya sambil duduk atuh." Pamela memprotes kelakuan putranya

"Adit buru-buru, Bun." Pemuda itu menarik tangan kanan Bundanya untuk dicium. "Nek, Adit berangkat, yah. Assalamualaikum."

"Eh? Nasi gorengnya?" Halimah hanya menggeleng saat cucu laki-lakinya berlari meninggalkan ruang makan dan hampir saja menabrak Aldo, adiknya.

"Bang Adit kenapa tuh?"

Pamela dan Halimah mengangkat bahu. Gagal paham.

"Adit berangkat, Yah. Assalamualaikum."

Fariz yang masih sibuk mengelap mobilnya berbalik heran mendengar Adit yang pamit bahkan sebelum setengah tujuh. Gak biasanya.

"Hati-hati. Jangan meleng." Nasihat Fariz dengan berteriak. Pasalnya putranya itu terlihat buru-buru sekali. Tadi saja, Adit hampir tersandung saat menuruni undakan tangga teras.

Adit membalas dengan klaksonan motornya, sebelum menstater motor maticnya untuk melaju. Dan Fariz baru sadar, arah yang diambil Adit salah. Bukannya kea rah keluar kompleks, anak itu malah melajukan motornya ke arah dalam kompleks.

"Anak itu terlalu buru-buru apa gimana?"

----Lonely Angel----

Aira turun menuju ruang makan dan ia dapat melihat dengan pasti bahwa teman yang dimaksud Bi Lira benar-benar Cakra. Orang tuanya terlihat tertawa mendengar apa yang diceritakan pemuda yang duduk di samping Abel itu.

Lonely AngelWhere stories live. Discover now