Akhirnya perkuliahan yang mencekam itu berakhir dengan selamat. Dalam diam dosen itu mengakhiri sesi pertemuan minggu ini. Orang-orang terdiam menunggu langkah kaki dosen itu benar-benar keluar dari kelas.

Fuuuuuaaaahhhhhh......

Semua mahasiswa itu menghembuskan nafas lega. Rasanya tenaga mereka dikuras. Bukan fisik, tapi mental mereka ditekan sedemikian lamanya oleh dosen tadi. Bukannya mereka tidak bisa melawan hanya saja taruhan nilai mereka yang dipertaruhkan. Dosen berhak menentukan nilai mutu yang ia berikan kepada setiap mahasiswa itu. Tapi ia juga menentukan lulus tidaknya anak didiknya. Siapa juga yang ingin mengulang satu tahun, mengambil mata kuliah yang sama? Tidak, terimakasih.

Naruto merebahkan tubuhnya di atas meja. Ia menghela nafas panjang. Rasanya umurnya memendek untuk sekian tahun. Sasuke hanya mendengus melihat tingkah Naruto. Baginya tekanan tadi bukan apa-apa di bandingkan orang itu. Ya, hanya orang itu. Seketika pandangan Sasuke menjadi dingin dan kosong.

"Sasuke? Hallooooo.... Sasukee??", Panggil Naruto cemas sambil melambaikan sebelah tangannya di depan mata hitam pualam itu.  Sasuke mengerjapkan matanya. Menarik kesadarannya kembali. Ia menoleh cepat ke arah Naruto dengan raut kebingungan.

"Hn?". Sasuke kembali mengerjapkan mata lentiknya dengan lucunya. Menatap dengan wajah polos ke arah alphanya. 'Gemaaaassssnnyaaaa' batin semua orang di dalam ruangan itu. Naruto tersenyum lembut, sukses membuat semburat merah menghiasi pipi putih itu.

"Sasuke, ayo—"

"Naruto, sekarang ayo ke cafeteria.", Potong Shikamaru cepat. Ia sudah berada di belakang Naruto. Naruto menoleh cepat ke arah Shikamaru. Keduanya menatap diam tuan nanas itu. Shikamaru hanya menghela nafasnya.

"Dan banyak hal yang harus kalian jelaskan.", tambahnya lagi sambil berjalan, mengambil langkah duluan. Dua insan itu saling melempar tatapan penuh tanya, tanpa berkata apapun mereka mengikuti langkah Shikamaru. Shikamaru hanya berjalan malas sambil menatap ke belakang melalui ekor matanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Angin berhembus hangat. Tetapi masih ada hawa dingin yang menerpa kulit. Angin membawa dan membuat kelopak, bunga, dan sari bunga sakura menari di udara. Lantai keramik, tanah, dan rumput tersebar warna pink lembut. Agak terlihat berantakan. Tapi bagaikan kain tipis berwarna pink menyelimuti permukaan bumi.

Meja bundar berwarna hitam terbuat dari kayu dengan vas bunga mini terbuat dari kaca dan beberapa tangkai bunga daisy tepat di tengah-tengah meja itu. Meja yang cukup besar. Helaian kelopak Sakura tersebar di atas meja. Berbagai minuman hangat tersusun rapi. Lima kepala duduk di meja bundar itu. Terdiri dari tiga alpha dan dua omega itu saling menatap dalam diam.

Suara bisikan dan berbagai tatapan dilayangkan ke arah lima orang itu. Seluruh mata di kampus itu menatap dalam berbagai pandangan. Risih, sudah jelas terpantul dari air muka mereka. Hening. Hanya ada suara gesekkan angin dengan meja kayu itu dan bisikkan mulut orang gatal tentunya.

"Jadi... Bisakah kalian jelaskan keadaan ini?", Ucap Gaara memecah keheningan. Ia mengecap teh lemonnya sedikit dan melirik ke tiga orang di depannya.

"Jangan tanyakan aku. Tanyakan saja kepada dua orang ini.", Kata Shikamaru ketus. Kesabarannya hampir habis untuk tidak memaki orang-orang yang melirik dirinya saat membawa dua orang di sampingnya.

"Nee... Apa maksudmu Shikamaru?!", tanya Naruto kesal dengan sikap Shikamaru. Dirinya juga tidak meminta orang-orang itu untuk melihat sampai melolot ke arah mereka sekarang. Shikamaru hanya mendengus.

"Shika, kalau kau kesal tidak perlu sampai berbicara seperti itu.", Ucap Neiji tenang sambil meminum teh hijaunya.

"Ya, ya, ya... Aku hanya risih di tatap lapar oleh para penggosip. Ck, mendokkusai.", Jawab Shikamaru cepat. Ia menyambar kopi hitamnya dengan malas. Neiji hanya menaikkan sebelah alisnya.

Undetected LoveWhere stories live. Discover now