PROLOG

260K 26.7K 3.7K
                                    



"Kamu mau pindah kelas?"

Pak Jay selaku Ketua Penegak Disiplin dan Kesiswaan sekolah menatap cowok berahang tirus itu dengan kening berkerut.

"Saya mau minta kejelasan pak. Nilai saya mencukupi untuk masuk MIPA 1. Tapi yang saya liat, nama saya ada di MIPA 3," jawab cowok berwajah dingin itu tegas.

Pak Jay melengos, geleng-geleng kecil. "Emangnya kenapa sih sama IPA 3?" katanya dengan santai, "tadi barusan si Alveno juga datang ngeluh kenapa nggak masuk IPA 1. He kamu pikir IPA 1 apaan? Peraih medali emas?"

Cowok itu merapatkan bibir, tapi tetap berdiri tegak mempertahankan protesnya. "Lingkungan menentukan prestasi pak. Dari dulu kelas 1 itu kelas pertama dan tertinggi. Saya lebih ngerasa nyaman di kelas yang serius."

Pak Jay mendecak kecil, "hm, ngerti. Tapi kamu tau kenapa alasan kamu ada ke IPA 3?"

Cowok itu kali ini mengernyit. Baru sadar tak menanyakan apa alasan utama ia bisa dilemparkan ke kelas nomer tiga dari lima kelas yang ada.

"Di sana ada Alveno sama Hanna Reisya, jagoan olimpiade dari kelas sepuluh. Mereka bukan cuma cerdas, tapi juga aktif mengeluarkan ide. Hanna bahkan ikut pengurusan OSIS, ditambah Jaebi yang jadi calon kuat ketua OSIS. Di kelas itu juga ada Hanindra sama Riena, yang selalu jadi perwakilan kelas mereka untuk bicara di depan umum. Ada Bobi sama Alisa, junior paling berbakat dan aktif di ekstrakulier mereka. Ada Juan sampai Rosiana, yang di kelas masing-masing sudah diakui bisa mimpin teman-temannya." Pak Jay diam sesaat, menatap cowok itu tepat. "Kamu tau apa persamaan mereka?"

Cowok itu masih mengerutkan kening, mencoba menjawab. "Mereka murid aktif?"

Pak Jay mengangguk, "dan hal lain," ucapnya dengan tenang, "semua murid IPA 3 punya jiwa kepemimpinan kuat. Masing-masing dari mereka selalu bisa jadi pusat perhatian dan mimpin pasukan. Mereka semua berani tampil beda juga berani bicara. Mereka selalu out of the box, cerdas dengan cara sendiri."

Cowok berkulit putih itu merapatkan bibir, perlahan mengerti.

"IPA 3 diharap bisa jadi kelas unggulan dari semua kelas IPA. Karena kalian paket lengkap, bukan cuma ada otak kiri di sana. Para pengguna otak kanan pun sama rata. Di Epik School angka urutan bukan penentu. Kami punya standar sendiri menentukan lingkungan belajar kalian."

Pak Jay menarik nafas sesaat, "Dari semua murid angkatan kamu, ada beberapa nama yang kami harap bisa jadi pusat dari murid-murid beda ini. Tapi akhirnya, para guru berpikir sifat tegas dan berani kamu yang dibutuhin mereka," kata Pak Jay menjelaskan perlahan kali ini.

Cowok itu mengerjap. Kali ini dadanya agak membusung, merasa lebih percaya diri kembali setelah merasa kecewa beberapa saat lalu dengan pemilihan kelas.

Pak Jay merasakan itu. Kini tersenyum tenang, menatapnya tepat. "Ini mungkin bakal susah. Mereka semua keras kepala dan ajaib. Tapi bapak percaya kamu bisa nyatu sama mereka." Pak Jay mendekat, menepuk bahu cowok itu pelan menyemangati.

"Good luck, Theodoric."












Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.










2A3's Captain

Lee Taeyong as Young Theodoric Lee

Lee Taeyong as  Young Theodoric Lee

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






2A3: Perfect Classmates (hiatus)Where stories live. Discover now