My Love For You

7 2 0
                                    

My Love For You

By Orina Fazrina

KUGENGGAM lembaran surat yang selalu berhasil menyemangatiku. Surat yang ditulis oleh sahabat terbaikku. Sahabat, yang entah sejak kapan menjadi orang yang kucintai.

Aku bersahabat degannya sejak kecil. Dia yang amat piawai memainkan biola meski matanya buta selalu mengiringiku yang bermain piano. Kadang, suara indahnya mengiringi permainan pianoku.

Meski buta dia selalu ceria. Satu hal yang kupahami. Tertawalah maka orang lain akan ikut tertawa bersamamu, karenanya. Dan jika ia bersedih, ketahuilah bahwa hanya aku yang akan ada di sisinya. Menenangkannya dengan nyanyianku.

Sering dia berkata suaraku sangat bagus. Dia yakin dan selalu berdoa suatu saat aku akan menjadi penyanyi. Tidak hanya terkenal di Indonesia tapi juga dunia. Hahaha, aku tak berharap. Aku justru ingin menjadi pemain bola. Ingin jadi pesepak bola kebanggaan negaraku, Indonesia.

Kenyataan itu datang ketika aku SMA. Aku mengikuti audisi di sebuah perusahaan rekaman. Aku lolos. Kemudian aku mengikuti pelatihan sebentar lalu debut. Sayang suaraku menghilang. Aku harus mengembalikan suaraku dulu.

Jadilah debut pertamaku bersama vokalis hebat lainnya, yaitu Andi, Rangga, Bagas, dan Ivan. Kami bernaung dalam nama grup vocal sekaligus dance: Harmony.

Kami ditempatkan di satu apartemen yang sama. Membuat kami bersahabat dengan baik. Juga membuat kejahilanku tersalurkan, hahaha. Bagas selalu berkata tidak suka padaku, sebabnya, karena akulah satu-satunya orang yang berhasil membuat emosinya meningkat.

Kesibukan kami semakin meningkat setelah kami debut. Dan itu membuatku kesulitan membalas surat dari sahabatku itu, Aya. Untunglah dia mengerti. Dia tak menuntutku membalas suratnya. Surat dengan tulisan braile. Aku memperlajarinya agar bisa membantu Aya. Ternyata itu benar-benar berguna saat kami tak bisa saling tatap dan bertemu seperti dulu.

~*~

Surat 1

Hai, Alvin!

Apa kabar? Fans pertamamu ini mendoakan kau selalu baik-baik saja. Di sini aku sedang menulis sambil mendengarkan lagumu. Bukan. Maksudku lagu Harmony. Kau pasti sibuk, ya?

Maaf... sudah mengganggumu.

Ah, ya, hari ini aku mencoba memainkan lagu kalian dengan biolaku. Masih ada beberapa nada yang meleset. Akan kucoba perbaiki. Jika sudah bagus, akan kurekam untukmu. Kau harus mendengarkannya, ya!

Ah, Ibu bilang sudah malam. Aku harus tidur. Bukankah malam dan siang untukku sama saja? Aku tahu kau melotot sekarang. Pasti imut sekali. Aku... seandainya di berikan satu hari saja untuk melihat dunia, aku ingin melihat semua ekspresimu, Vin. Boleh, kan?

Ah, Ibu berteriak lagi! Sampai jumpa Alvin. Surat berikutnya ku usahakan lebih panjang lagi.

Sahabatku, selamat malam.

Aya.

~*~

Surat kelima

Hai!

Senang sekali mendapatkan balasan suratmu. Terima kasih.

Ah,apa kau baru selesai latihan? Pasti lelah.

Sama denganku. Di sini ada beberapa hal yang harus kukerjakan. Benar-benar memeras tenaga.

Hei, jangan kira aku berbohong! Kau tahu, aku sedang membuatkan topi dari wol untukmu. Bukankah kau suka topi itu?

Aku tahu kau sibuk. Tak perlu merasa bersalah karena tidak bisa menelponku. Mengetahui kau baik-baik saja itu sudah cukup untukku.

Aku tidak sabar membuat boneka bersamamu. Apa kau masih ingat? Mama sampai jengkel mengajarimu yang lamban, hahaha.

Alvin! Jangan melotot di depan suratku! Jangan protes kalau ternyata tebakanku salah, hehe...

Mm... Alvin. Rasanya aneh mengetahui kenyataan bahwa kau disukai banyak orang. Aku... sedikit merasa tersisih. Mereka lebih sempurna dariku, dan pasti lebih cantik. Kau bisa memilih salah satu dari mereka sesukamu. Ya, kan?

Hahaha, jangan marah. Aku tahu kau tidak seperti itu.

Alvin, kurasa aku sudah hampir lupa bagaimana lekuk wajahmu. Kita berpisah cukup lama. Pelatihan membuatmu hanya sesekali berkunjung ke tempatku. Ah, sekarang pasti lebih sulit lagi.

Jangan khawatir. Aku akan menunggumu. Aku tidak akan ke mana-mana.

Sampai jumpa, Vin.

Aya.    

...

>>Selengkapnya dalam versi cetak nanti ya :D<<

Perjalanan HatiWhere stories live. Discover now