make you smile - akane fudo

38 5 2
                                    

Masa kecil adalah momen ketika dirimu bebas untuk merasakan kemudahan dalam menggapai apa pun. Selama kau terus berusaha, berlatih, dan membentuk versi yang diinginkan. Begitulah pemikiranku selama mendedikasikan jiwa dan raga terhadap paduan suara.

"Akane-kun! Masih lama tidak? Aku tinggal ya?"

"T-tunggu!"

"Satu ... tiga. Kutunggu di lift."

"Kau belum menyebut angka dua," gerutu Akane yang dapat kudengar dari balik pintu.

Selang beberapa detik, lelaki berambut oranye itu tergesa menyaruk beberapa buku lirik lagu dalam ransel hitam. Kami bergabung grup choir yang sama karena persamaan minat. Aku juga sudah lupa sejak kapan kami menjadi akrab. Jalinan yang aneh karena kami bahkan tidak satu sekolah. Aha, tapi kemungkinan usia kami yang sebaya.

"Haaah ... Maafkan aku, [Name]!" Akane telah berada di sampingku untuk menunggu lift.

Kami juga tinggal di apartemen yang sama, tetapi berbeda nomor ruangan.

"[Name]!"

Bukan Akane yang memanggilku kali ini, melainkan ibuku yang menyorotkan raut pucat. Kami berdua yang mendengar barusan saling menoleh bingung.

"Ayahmu ... masuk rumah sakit."

Usiaku saat itu dua belas tahun. Begitu juga Akane. Pertunjukan perdana yang kuimpikan itu harus batal. Mungkin akan ada kesempatan kedua dan seterusnya. Selalu ada kemungkinan agar aku dapat memastikan harapan tak kunjung padam. Akan tetapi hingga tahun demi tahun berlalu, paduan suara seakan pecahan memori yang tak dapat kusatukan seperti dulu.

Begitu pun kami --- aku dan Akane seketika terpisah jauh.

make you smile - akane fudo

"Dia itu ... siapa?"

"Seseorang yang telah kutemui hari ini, setelah enam tahun berlalu."

.

.

.

B-project © MAGES, Yukihiro Utako

Story © agashii-san

Pair: Idol! Akane Fudo x Podcaster! Reader

.

.

.

Untuk melengkapi informasi tentang pertemuan awal di antara kami, Akane adalah penolongku saat dipalak preman di kelasku. Sepanjang jalan pulang, aku menangis karena melihat luka lecet pada lengan dan kaki Akane. Kerumunan pemalak itu ketakutan dan tak pernah lagi menggangguku sejak saat itu. Di depan gerbang sekolah, seorang kakek menyambut kami. Alih-alih khawatir, kakek itu memuji bahwa Akane tumbuh menjadi lelaki yang tangguh dan berani di usia belia. Tubuhnya boleh saja mungil, tetapi ia dibekali kemampuan judo yang mumpuni. 

Kebersamaan kami ternyata dipisahkan keadaan yang memilukan. Sakit keras yang dialami ayah ternyata tak lagi dapat ditangani. pihak medis Ibu tentu saja histeris karena kehilangannya. Kini, ia hanya memilikiku sebagai anak tunggal.

"[Name], kapan kau akan kembali ke sini lagi?" Kulihat mata oranye Akane berkaca-kaca.

"Aku tidak tahu. Tapi besok akan kembali ke kampung halaman ibuku."

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Dec 29, 2021 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

Оsаиаиаjімі; b-ргоjест vагіоus х геаdегUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum