wild little secret - aizome kento

269 27 60
                                    

Jemariku terfokus mengetik huruf, merangkai kata, membentuk kalimat, dan pada akhirnya membangun paragraf. Hobiku menulis cerita. Tak seperti laporan, menulis fiksi terasa menyenangkan karena aku bisa berimajinasi sesukaku. Tidak ada yang tahu aktivitasku ini. Mungkin lebih tepatnya, mereka tidak tertarik membaca novel online.

Aku tak merasa sedih. Lantas itu hal bagus menurutku. Aku tak ingin banyak orang di dunia nyata tahu tentang peranku sebagai novelis online. Suatu kebahagiaan bahwa karyaku masih bisa disukai mereka yang bahkan tak tahu rupaku. Paling tidak, aku merasakan kebaikan tulus dari mereka yang bahkan tak mengenalku.

Suatu ketika, aku tertidur usai mengetik beberapa paragraf tugas semester. Di ruang baca perpustakaan kampus, lokasi yang sunyi. Buku ada di mana-mana. Lokasi sembunyi yang kusukai. Tak sadar sudah lengah, bahkan tak menyadari bahwa rahasia itu terbongkar oleh seseorang.

Teman kecilku.

Cinta pertamaku.

Orang yang paling tak ingin kubeberkan rahasia ini.

wild little secret - aizome kento

"Kuputuskan, kau akan jadi sumber inspirasiku! Yang tersedia harus segera dimanfaatkan."

"Menarik. Bagaimana kalau dicoba sekarang?"

"H-hah?"

"Tidak seru kalau hanya mengamati dari kejauhan, kan? Apalagi orang yang disukai."

"Ba-baka! Jangan menggodaku!"

B-PROJECT (c) MAGES

story (c) agashii-san

Rate: T+ [PG-15]

.

.

.

Lelaki itu bernama Aizome Kento. Kento berasal dari jurusan hubungan internasional, sedangkan aku memilih jurusan ekonomi. Walau berbeda fakultas, kami berada di satu kampus yang sama. Padahal kami jarang bertemu karena mobilitas yang berbeda.

"Bahu lebar itu mendebarkan jantungku ...."

"Hua! Hua! Berhenti!" seruku menggapai ponsel yang sudah berada di jangkauan Kento. Pemuda itu mengangkat tinggi-tinggi sambil membaca kalimat demi kalimat.

Mengesalkan sekali!

Kenapa aku harus berurusan dengannya?

"Terlihat kesepian dan ingin kudekap erat, agar dia tahu bahwa aku ada di sisinya~" baca Kento lagi yang tak peduli ekspresiku yang malu berubah jadi geram, "waaah, ternyata imajinasimu seliar ini."

Ya, Tuhan!

Aku ingin tenggelam saja di palung laut Mariana.

Kisah yang kurangkai aslinya melodrama, tapi karena intonasi Kento sukses terdengar bagai roman picisan murahan.

Apa dia tidak sadar kalau ini di perpustakaan?

"E-ehm maaf menginterupsi, jadi demi ketenangan bersama, saya harap kalian bisa menjaga volume suara. Dan jika kalian ingin melanjutkan topik tadi, silakan keluar," ujar sang petugas perpustakaan. Karena teguran itu, kami terdiam. Ia berhasil mengambil ponsel yang susah payah kurebut langsung dikembalikan kepadaku.

Оsаиаиаjімі; b-ргоjест vагіоus х геаdегWhere stories live. Discover now