Pengakuan (1)

1.8K 100 6
                                    

"Jangan salah menafsirkan
Dunia pun tau
Kita merindukan kebersamaan
Langit pun paham kita saling mendoakan
Namun beberapa hal tak bisa saling dipaksakan"
~MurniSetya~

"Aku tak tahu kenapa aku merasa seperti ini. Aku tak tahu bagaimana kamu bisa membuatku merasa seperti ini." Menundukkan wajah menarik napas panjang. Matanya berkaca-kaca menatap nanar wajah seseorang yang berada tepat di depannya.

Tatapannya tak teralihkan. " I get a bit nervous now. When it get's hard.  I get a little stronger. I get a little briver now. Before I give my heart away. Now, I got the chance to say. I want you." Akuinya percaya diri. Tergambar jelas ketulusan diwajahnya.

Tik tok tik tok

Hening. Mereka terdiam. Tak ada lagi kata terucap. Tapi masih dengan pancaran mata yang sama. Bola matanya enggan berotasi. Tetap pada pada pandangan lurus. Tak tergoyahkan.

Saksi mata yang menyembunyikan diri terserang demam tulang. Mulut Musa menganga, tidak tahu harus berkata apa lagi. Tubuhnya tak dapat bergerak meninggalkan tempat pijakannya. Bahkan rasanya susah mengatupkan mulut. Namun otaknya memproses semua kejadian. Hingga ia yakin ini bukan mimpi.
...

Membuka bagasi mobil. Alif sibuk memasukkan satu-persatu barang dan tas. Asiyah menghampiri dengan barang bawaannya. Alif cepat tanggap meraihnya.

"Terimakasih." Ucap Asiyah tersenyum. Memutar bola mata mengalihkan pandangan, Alif menjawab." Iya."

Musa terlihat gusar mondar-mandir bagai setrikaan jalanan. Mengutak atik smartphone. Ia mengirimkan bom pesan pada rekan yang ia ajak gabung kemarin. Bermuka masam, Musa mengoceh tak jelas. Ingin rasanya mengumpat keras tapi takut. Takut nambah koleksi dosa yang sudah tak terhitung kapasitas beratnya. Over limit.

"Pesan aku kok tidak ada satu pun yang di read. Apa dia masih tidur ? Hah .. sial." Musa berbicara lirih. Dijamin hanya kedua telinganya yang dapat mendengarnya.

Andra berkacak pinggang sambil menoleh kanan kiri, "Sasya mana ?."
Alif mengedikkan bahu saat disoroti mata Andra. Asiyah mengeluarkan suara," masih diatas, dia lagi nyari sesuatu. Katanya penting, harus dibawa."

"Entah siapa yang antusias ngajak liburan. Harusnya dia mempersiapkan keperluan dari semalam." Alif menggerutu sebal.

Ikut kesal Musa mendengus. "Sungguh lalod couple."

"Here I'am." Teriak Ayub girang sambil berlari melambaikan tangan. Semua mata terarah pada Ayub.  Bahkan kemunculan Sasya yang hampir bersamaan dengan Ayub tak ada yang menyadari. Kemunculannya dikalahkan akan kehebohan Ayub yang tak lekang oleh waktu. Sasya malah terkejut. Berdiri terpaku di belakang Andra dan Asiyah. Tak menyangka jika Ayub akan join. Apa lagi ini ? Kenapa kuman itu muncul.

"Maaf telat brother." Ayub merangkul bahu Musa menautkan senyum riang.

"Ah .. rese ." Musa melepaskan diri. "Pesan aku kok nggk diread ?."

"Sorry brother aku aktifin silent mode semalam. So i cant hear your massage. Lupa ngecek soalnya sibuk menata diri Be a cool men."

"Alesan basi. Paling ketiduran."

Ayub melihat sosok Sasya. Pandangannya mengarah lurus padanya. "Serius.. aku bangun subuh-subuh cuman buat memperganteng diri. Biar Sasya nggk teralihkan pada bule-bule pantai. Jangan sampai yah Sya." Mengedip jail pada Sasya yang juga menatapnya tajam.

Andra dan Asiyah berbalik memandang Sasya. Alif tak peduli, ia melangkah lalu membuka pintu depan mobil. "Tak usah banyak drama. Ayo berangkat."

Tak menyia-nyiakan waktu Ayub mengikuti jejak sang guru. Mengekori Alif bagai induk ayam. "Let's go." Seru Ayub antusias.

Tomorrow With My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang