Penonton Patah Hati

1.9K 123 10
                                    

"Pada akhirnya kita akan sampai pada titik berserah dan berpasrah
Karena sekeras apapun kita memaksa
Allah lebih tau apa yang terbaik untuk kita"

Rasa lapar menyerang. Bosan dengan makanan rumah dan terus-terusan meringkuk diruang keabadiannya. Sasya ingin lepas sangkar membebaskan kebosanan. Satu persatu temannya ia hubungi, namun tak ada satu pun yang memilki waktu luang. Karena mereka bukan pengangguran seperti Sasya. Tanpa Sasya sadari, dia telah berada ditengah-tengah mall.

Jalan sendiri mempertontonkan ke ngenesannya sebagai makhluk kesepian. Jika bukan karena keinginannya makan fried chicken ciptaan Harland Sanders yang lagi ngehits didaerahnya, jika bukan karena ngidam level tinggi yang harus kudu musti terpenuhi. Dia tak akan dengan pede nya berada dalam keramaian mall yang diisi dengan anak muda kekinian. Jalan sendirian disaat semua orang saling bergandeng tangan dengan suami, pdktan, gebetan, pacar bahkan temen rasa demen dan disini Sasya malah mempertegas kejombloan abadinya. Sungguh kasihan dimata orang-orang namun sungguh mulia dimata Allah. Masyaallah, Aamiin.

Sasya berjalan tertunduk malu kearah tempat makan. Betapa terkejutnya dia mendapati antrian panjang yang mengalahkan ular naga panjangnya bukan kepalang menjalar-jalar selalu kian kemari umpan yang lezat itulah yang dicari ini dianya yang terbelakang. Sasya membatin mendendangkan lagu sambil sedikit demi sedikit melangkah memotong jarak antrian. Dia bukan tipe pantang nyerah ketika diperhadapkan tantangan. Mundur sebelum berperang tidak masuk dalam style dirinya. Toh dia sudah bela-belain ke tempat makan tersebut, belaian-belain nahan malu di cap jomblo ngenes karena kesendiriannya, bela-belain menanti antrian yang belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan penantiannya akan jodoh.

Sampai pada akhirnya Sasya mendapat giliran memesan. Sasya mengucapkan satu persatu menu yang dipilihnya. Sang kasir menyebutkan total bayaran pesanan Sasya. Sasya merogoh tas mencari dompet. Ruang dalam tasnya terasa hampa. Kosong. "Omaiiigaaaat." Tak satupun benda yang ia temukan. Kecuali kunci motor yang ia masukkan saat meninggalkan parkiran. Sasya terkejut tak kepalang berasa arwahnya melayang meninggalkan raga sendirian tak sanggup menanggung malu. Scene asal meraih tas terbersit dikepalanya. Sasya salah pake tas. Sasya si ceroboh mulai kumat.

"Astagfirullah aku lupa bawa dompet." Sasya tersenyum kecut seraya berkata, "maaf." Pada sang kasir yang sudah merasa heran akan kelakuan konsumennya.

"Biar aku yang bayar," pengantri dibelakang Sasya langsung berseru hingga membuatnya menoleh. Dia menyambut tatapan Sasya dengan senyum sumringah lalu berkata, "kali ini aku yang traktir, kita kan temen." Dia melangkah mensejajarkan diri dengan Sasya.Binaran matanya begitu antusias memperhatikan satu persatu layar menu dihadapannya. Lantas dia memesan menu yang hampir serupa dengan pesanan Sasya. 

Sasya masih membeku ditempat tak percaya entah apa yang terjadi beberapa detik yang lalu. Menatap kagum pada sosok penyelamatnya. Dia terlihat begitu keren dimata Sasya. Sang penyelamat yang membuat dirinya terhindar dari moment memalukan. Sasya mantap mendeklarasikan diri sebagai pengagumnya. Dia cantik. Wanita itu sangat terlihat cantik, apalagi dengan kebaikan hati yang dimilikinya membuat dia tampak lebih lebih lebih cantik. Senyumnya pun manis. Minum kopi item tanpa gula didepannya pasti bakalan terasa manis, suer. Sasya saja sudah dibuat kagum. Bagaimana dengan para lelaki yang melihatnya, mungkin dia sudah membuat banyak lawan jenisnya jatuh hati. Pasti.

Selesai bertransaksi dengan kasir. Wanita tersebut melangkah kearah Sasya dengan senyum yang tak lepas dari bibir ranumnya. Sasya sedikit bergeser dari tempatnya kedepan meja tinggi pengambilan pesanan dan nomor meja. Wanita cantik itu langsung mengambil nomor meja lalu tanpa segan meraih tangan Sasya. Mereka saling bergandeng tangan. "Ayo." Ajak wanita itu ramah dengan senyuman termanis yang pernah Sasya lihat. Redamlah amarah jika diperhadapkan dengan pemilik senyum termanis ini. She likes a angel. Sasya membatin kagum.

Tomorrow With My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang