3.Tertangkap!

98 13 14
                                    

Author POV

"Park Ji Hye! Kemari kau!"

Panggilan itu sukses membuat Jihye kejang-kejang. Kaleng soda yang berada di genggamannya jatuh begitu saja ke atas lantai. Membuatnya tumpah.

"Hei! Park Jihye! Kemari kau!"

Jihye menelan salivanya kasar .

'Jangan lagi'

Jihye menoleh. Tubuhnya bergetar hebat.

"Ada apa... irene?"

Perempuan yang bernama irene itu menghampiri Jihye, dengan sekali entakan is menampar pipi tirus Jihye.

Plak!

Jihye membulatkan matanya. Ia tidak habis pikir irene akan melakukannya di tempat seperti ini,tempat yang dipenuhi oleh banyak siswa-siswi. Ya, di kantin.

Seketika itu juga kantin hening karena suara tamparan dari irene.

Jihye melirik ke sekeliling. Semua orang sedang menatap ke arah mereka.

"Kan sudahku bilang kemarin, kau harus mengerjakan pr fisikaku! Mana ha? Gara-gara kau aku harus dihukum, kau harus diberi pelajaran,"

Irene yang sedang kesal langsung menjambak rambut Jihye dan menggiringnya seperti peliharaan. Jihye hanya bisa meringis dibuatnya.

Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Irene menarik paksa Jihye masuk ke dalam kelas.

Tapi, Tiba-tiba langkah irene berhenti tepat di depan pintu kelas. Dengan tangan yang masih setia menjenggut Jihye.

"Lepaskan dia," kata-kata itu keluar begitu saja dari bibir tebal milik namja berperawakan tinggi yang berdiri tepat di hadapan irene.

Jihye melirik namja itu, dan seketika matanya membulat sempurna. Dia Jimin!

Irene mendengus, ia melirik Jihye yang sedang di giringnya, lalu ia tersenyum miring,"ada urusan apa kau dengan bocah idiot ini? Jangan bilang kalian pacaran,"

Jimin tampak memutar bola mata malas,"apa kau harus tau urusanku? Kau belum pernah merasakan Tamparanku ya? Mau coba atau lepaskan dia?" Ia tampak tersenyum miring.

Untuk kedua kalinya Irene mendengus, ia menatap tajam jimin tepat pada maniak matanya"coba saja, aku tidak takut. Dasar pecundang." Irene mendorong sedikit jimin untuk minggir sebelum tangan besar itu menghempaskan tangan mungil irene yang menjambak rambut Jihye.

"Kyaa," Jihye menutup mulutnya saat melihat Irene yang jatuh tersungkur di bawahnya dengan posisi berlutut. Ia melirik jimin yang berada disampingnya itu dengan tatapan ngeri. Mana mungkin ia melakukan hal itu pada seorang wanita?

Irene tampak mengaduh, ia berdiri dengan berpeganga di dinding, tatapannya langsung tertuju pada jimin. Ia tampak murka.

Ia mencebik,"dasar cowok brengsek! Apa begini kau memperlakukan wanita!? Kau tidak punya hati hah!?" Irene tampak naik pitam, dadanya naik turun karena menahan amarah dan juga malu.

Bagaimana mungkin wanita tercantik di sekolah ini di permalukan dengan cara seperti ini?

Jimin tampak megulas senyum,"kau yang membuatku melakukan Hal ini,"jimin menarik tangan Jihye, membuat jihye yang terpaku termangu di buatnya. Perutnya terasa geli, seperti ada beribu-ribu kupu-kupu yang bertebangan di dalamnya.

Jimin mengaitkan jemarinya dengan jemari Jihye, tampa memerdulikan pandangan bertanya dari orang-orang. Ia membawa jihye ke rootpof.

'Sial, perasaan apa ini?' Jihye buru-buru menepis perasaannya.

Jihye menyipitkan matanya saat pintu rootpof terbuka, cahaya matahari membuatnya harus menyipit.

Brugh.

Jimin menghempaskan Jihye begitu saja. Jihye tampak mengaduh kesakitan, dengkulnya terlihat lecet. Jihye menatap jimin dengan takut.

'Ada apa?'

Jimin mengelap tangannya ke celana seragamnya. Ia tampak mengerang,"menjijikan!" Ia mengelap tangannya yang tadi ia gunakan untuk menggenggam Tangan Jihye. Jihye hanya bisa menunduk di buatnya.

Ia lalu menatap Jihye tajam. Ia tampak mencebik,"Agrhh! Kenapa aku harus berurusan denganmu lagi ha? Memuakkan!" Ia menarik bangku yang berada di sampingnya dan melemparkannya tepat di samping Jihye.

"Kyaa!" Jihye menutup wajahnya.

"Berhenti berteriak bodoh!" Jimin menghampiri Jihye dan menjambak rambut yeoja itu,"Dengar! Tadi itu aku sedang emosi jadi aku menolongmu, mengerti?"

Jihye menggerinyit, menahan sakit akibat jambakan jimin. Ia tampak bungkam.

Jimin berdecak, ia tambah menarik rambut Jihye,"kau dengar tidak!? Jangan membuatku emosi!" Jihye mengangguk dan setelahnya Jimin melepaskan tarikannya.

Ia berdiri, dan berbalik membelakangi Jihye yang masih duduk terpaku di tempatnya.
Air mata sudah membendung di kelopak matanya.

Jimin menghela nafas panjang, ia tampak menyesal,"Aish, jangan menangis. Aku hanya menjambakmu, apa se sakit itu?"

Jihye tampak terisak, Diam-diam ia mengambil balok kayu yang berada tak jauh darinya.

Jimin menggaruk tengkukunya yang tak gatal ia tampak bingung,"sudahlah jangan menangis, aku paling tidak suka memdengar orang menangis," jimin menunduk,"itu... mengingatkanku pada suatu kejadian, jadi aku minta ka-AARRGH!"

Burgh, bugh.

Pandangan jimin tampak mengabur. Ia berbalik dan yang terakhir terlihat oleh penglihatannya adalah Jihye dengan balok kayu di genggamannya.

'Sial'' umpatnya dalam hati.

Jimin jatuh begitu saja sebelum ia menyelesaikan kata-katanya. Balok kayu yang berada di genggaman Jihye jatuh beraamaan dengan jatuhnya tubuh Jimin,ia tampak menggigit bibir bawahnya,"maaf," kata-kata itu keluar begitu saja dari bibir Jihye.

Jihye menghampiri Jimin dan mendekap tubuh namja itu, seringaian tampak menghiasi bibir mungilnya.

Ia mengecup bibir Jimin sekejap, lalu ia tersenyum,"kau harus tanggung jawab loh!," gumam Jihye.

Tap-tap-tap.

Jihye terhenyak. Ia menoleh.

"Kau! Apa yang kau lakukan disini?"

Jihye terhenyak.

"Yura?"

Tbc

Ini bakalan di lanjutin kalo pembacanya + votenya udah banyak lah ya~ ok see ya

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang