Bab 2

14.3K 2.1K 85
                                    



Bab 2

Empat bulan yang lalu....

Setelah membersihkan meja terakhir, aku lantas menuju ke arah loker di mana aku menyimpan barang-barangku ketika aku kerja. Ya, menikah dengan Nick tidak menghentikanku bekerja di café tempat di mana aku bekerja sebelum Nick menikahiku.

Sebenarnya Nick sudah melarangku, selain karena orang tuanya yang meminta, pekerjaan ini sebenarnya sedikit mengganggu pekerjaan Nick yang menjadi seorang public figure. Ya, sesekali ada wartawan mampir ke café tempatku bekerja hanya untuk mengawasi keseharianku. Aku bahkan tidak mengerti apa yang akan mereka beritakan tentang keseharianku?

"Sam, apa kau sudah selesai?" itu Natalie, sahabatku yang juga bekerja di café ini.

"Ya, sebentar lagi, Nath."

"Sam, aku hanya ingin memberi tahumu, jika aku akan pulang sekarang."

"Apa? Sebentar lagi, Nath, aku masih mengganti pakaianku."

"Tidak, Sam, maksudku, aku akan pulang dulu, Matt menjemputku."

Oh ya, tentu saja. Matthew adalah kekasih Natalie, ini adalah malam minggu, mungkin keduanya berencana untuk kencan bersama. Dan apakah aku terlalu bodoh untuk mengerti hal itu?

Aku keluar dari ruang ganti dan mendapati Natalie masih berdiri di sana. "Maafkan aku, aku lupa jika ini malam minggu, pergilah, aku bisa pulang sendiri." ucapku pada Natalie.

Aku melihat wajahnya menampilkan raut menyesal. "Kau yakin bisa pulang sendiri?"

"Ya, tentu saja, lagi pula aku ingin mampir ke rumah sakit."

Natalie menganggukkan kepalanya, kemudian dia memeluk erat tubuhku. "Aku pergi dulu." Setelah itu dia pergi, dan yang bisa kulakukan hanya menghela napas panjang.

Entah ini malam minggu ke berapa kulalui dengan sendiri. Ethan masih di rawat di rumah sakit, tak ada kemajuan berarti dari dirinya. Sedangkan hubunganku dengan Nick masih sama, berjalan di tempat.

Nick begitu menghormatiku, seperti aku adalah istri dari kakaknya, meski dia masih bersikap dingin padaku, tapi aku senang ketika menyadari jika dia menjagaku seperti menjaga kakaknya sendiri, hanya saja, perasaanku jadi tak menentu.

Entahlah, aku bahkan bingung dengan apa yang ku rasakan. Jantungku berdebar-debar ketika berhadapan dengan Nick, dan aku bingung, kenapa aku merasakan perasaan yang hampir sama ketika aku berhadpan dengan Ethan.

Keluar dari café tempatku bekerja, aku lantas menghentikan sebuah taxi, menuju ke rumah sakit untuk menghabiskan malam minggu bersama dengan Ethan, mungkin bercerita di sana mampu menghilangkan rasa sunyi di hatiku.

***

Sampai di kamar rawat Ethan, hatiku kembali terasa pilu saat melihat tubuh itu masih terbujur di atas ranjang, tak ada pergerakan di sana, tak ada yang berubah. Aku berjalan mendekat, mengganti bunga di meja sebelah ranjangnya yang sudah sedikit layu dengan bunga baru yang kubawakan. Kemudian duduk di kursi yang kutarik mendekat tepat di sebelah ranjangnya.

"Ethan, apa kabar?" tanyaku. Kugenggam erat jemarinya, sesekali mengecupnya lembut. Kupikir dia mendengar semua yang ku bicarakan, meski sebenarnya dia tidak menunjukkan tanda-tanda jika akan sembuh atau sadar dari tidur panjangnya.

"Aku membawakanmu bunga, dan seperti biasa, aku sendiri."

"Nick tidak ikut, mungkin dia ada pekerjaan, kau tahu sendiri bukan, jika dia sanhgat sibuk. Apalagi kini dia sedang berada di atas puncak popularitasnya."

SamanthaWhere stories live. Discover now