Chapter Tiga👥

1.8K 98 10
                                    

Lelaki yang tadi menerima permintaan bantuan dari Teume kini berjalan beriringan dengannya, pakaiannya terlihat rapih dan juga murah senyum.

"Bagaimana bisa ada murid seperti ini?"

Sepanjang jalan tidak sedikit murid yang menyapa dan bertukar senyum dengannya, ia berfikir mungkin lelaki di sampingnya ini adalah ketua osis? Atau murid yang baik dan pintar?

"Sepertinya kau punya pertanyaan untukku?" tanyanya menoleh pada Teume yang tak sengaja tertangkap basah menatap lelaki itu.

"O-oh.. Itu.."

"Nah, kita sudah sampai di ruangannya. Masuklah, aku harus kembali ke kelas. Sampai jumpa lagi!"

Ya, pada akhirnya mereka berpisah menuju jalan masing-masing. Teume dengan ruangan pemilik sekolah dan lelaki tadi dengan urusannya.

Kriet!

"Teume-ya, dari mana saja kau?" tanya sang Ibu khawtair karena gadisnya tak berada di belakangnya.

Dan dengan polos Teume menjawab, "Aku salah mengikuti orang, Bu. Tapi untunglah aku sampai di tempat ini dengan selamat."

Obrolan antar orang tua dan murid baru pun di mulai. Sang Ibu dan Ayah menjelaskan tentang alasan sang anak yang ingin bersekolah juga tinggal di asrama. Teume hanya mengangguk dan tersenyum mendengarkan percakapan antar orang dewasa ini, ia hanya ingin menurut saja.

Kurang lebih sudah 2 jam Teume berada di ruangan ini, dan selama itu pula keputusan sedang di buat. Dan akhirnya setelah obrolan yang cukup lama, keputusan untuk menerima Teume di sekolah ini sudah pasti.

"Terimakasih sudah memberikan kesempatan pada anak kami untuk berada di sekolah ini," Ibu dan Ayah Teume berdiri lalu memberikan salam pada pemilik sekolah.

Setelahnya Teume pun sudah resmi menjadi bagian dari Genisure High School. Ia juga sudah menerima seragam baru untuk di pakai saat berada di lingkungan sekolah, ia juga sudah di beritahu dimana letak asramanya. Saat ini Teume hanya harus pulang untuk mempersiapkan apa saja yang harus di bawanya ke asrama.

"Kalau begitu, kami permisi dulu. Terimakasih untuk waktunya."

Orang tua Teume juga dengan dirinya keluar dari ruangan itu, ia kembali melewati lorong dimana para murid menatapnya aneh. Saat melewati lapangan outdor, Teume melihat lelaki yang membantunya tadi.

"Sampai jumpa!" teriak lelaki itu dari kejauhan tak lupa dengan senyuman yang sama seperti saat pertama bertemu.

Teume yang sedang membawa banyak barang tak bisa membalasnya dengan lambaian, jadi ia hanya bisa tersenyum sebagai balasannya.

Saat Teume sudah hampir jauh dari lapangan, dari ujung matanya ia bisa melihat kalau semua lelaki yang ada di sana terus memperhatikannya dengan tajam.

"Kau mengenalnya?" tanya teman dari lelaki yang menyapa Teume.

"Tidak, tapi dia cantik bukan?".

"Ya, menurutku juga dia cantik."

.
.
.

Sesampainya di rumah, Teume bergegas merapihkan koper besar miliknya. Ia memasukkan pakaian miliknya, juga beberapa barang di sana dan tak lupa alat untuk mandi.

Srak! Sruk! Srak! Sruk!

Suara itu di timbulkan dari gesekan bungkus snack yang ketiga suadaranya letakkan di dalam koper yang lain. Teume sudah meminta agar tak perlu memasukkan banyak makanan, namun karena mereka tau kalau Teume ini tipe gadis yang sangat suka dengan makan akhirnya tak memperdulikan larangan darinya.

"Mau sampai kapan kalian memasukkan banyak makanan, huhh?!" protes Teume yang duduk bersandar pada sofa ruang tamu.

Ya, semua keluarga sedang berkumpul di sana. Membantu Teume untuk merapihkan barang bawaannya.

Seharusnya membutuhkan waktu seharian untuk menata semua ini, karena ada beberapa barang yang harus di stok dan harus di beli. Namun dengan kerjasama antar tiga saudaranya, Teume hanya butuh setenga hari untuk menata semuanya.

Kretek!

"Ouhh, lelahnya punggungku!" rengek Teume karena punggungnya lelah membungkuk sepanjang hari.

Set!

Mark, Yeonjun dan Hyunjin serentak memijat tubuh Teume dengan formasi Mark di bagian kaki, Yeonjun bagian punggung dan Hyunjin bagian tangan.

"Kau tidak akan bisa mendapatkan perlakuan seperti saat di sekolah barumu," celetuk Yeonjun sambil terus memijat.

"Benar. Kalau kau sakit, tidak akan ada yang merawatmu selain kami," sahut Hyunjin dengan sedikit mencubit cubit tangan Teume.

"Lebih baik kau batalkan saja niatmu itu, akan lebih menyenangkan tinggal bersama kami," sahut Mark memprofikasi.

Tak! Tak! Tak!

"Kalian ini, bukannya mendukung malah memprofokasi," Ayah akhirnya bersuara dengan melempari ketiga putranya kaleng kosong setelah diam saja.

"Tidak apa, Ayah. Tiga bocah ini akan merindukanku, lihat saja!" bantah Teume sambil menepuk nepuk dadanya.

"Kami? Merindukanmu? Sepertinya kau yang akan merindukan kami," sahut Mark yang tak terima.

"Benar, kau akan merindukan moment.."

"SERANG!!"

"AAAA!! YAAHAHAHAHAH! LEPASKAN!"

Teume terus berteriak dan tertawa saat kaki dan badannya di gelitiki ketiga saudaranya. Mereka benar, moment inilah yang akan di rindukannya.

Hari sudah malam, dan Teume kini sudah terlelap karena kelelahan sejak pagi tadi. Ia tak sadar kalau Ibu, Ayah, dan ketiga saudaranya ikut tidur di kamarnya. Ayah dan Ibu tidur satu ranjang bersama Teume dengan tangan yang memeluknya, Mark tidur di karpet samping ranjang, Hyunjin tidur di sofa, dan Yeonjun yang tidur di kursi meja belajar Teume.

Kicauan burung mulai terdengar, samar-samar suara rintikan hujan juga menggema di seluruh kota. Aroma tanah dan daun yang bercambur dengan hujan pagi ini menjadi penenang pikiran karena harum khas yang di ciptakannya.

Suasana dingin akibat hujan membuat Teume semakin merapatkan selimut di tubuhnya, sementara kedua orang tua dan ketiga saudaranya sudah bangun lebih awal.

"Teume-ya! Apa kau tidak mau pergi ke sekolah barumu?"

Perkataan Hyunjin yang baru saja di ucapkan saat membangunkan Teume langsung di respon gesit olehnya. Selimut sudah di tanggal kan dari dirinya, dan pintu kamar mandi yang berada di kamarnya pun sudah tertutup dan Hyunjin hanya tertawa lalu pergi dari sana.

Gemericik air terdengar dari kamar mandi, ya tentu saja Teume sedang mandi. Selesai membersihkan diri, ia segera mengenakan seragam barunya.

"Selamat pagi!" sapanya saat menuruni tangga.

"Wohohoo!" ketiga saudaranya bersorak saat melihat saudarinya mengenakan seragam untuk pertama kalinya.

Ini akan menjadi sarapan bersama yang terakhir, karena setelah ini Teume akan tinggal di asrama sekolahnya.

Teume menatap kedua orang tua angkatnya, juga ketiga saudaranya secara bergantian. Ia membayangkan bagaimana rasanya jika yang berada di posisi ini adalah keluarganya.

"Oh? Kau menangis?" tanya Yeonjun yang menyadari kalau Teume menahan tangis.

"Emm.. Aku hanya merindukan keluargaku," cicit Teume dengan sangat pelan.

Hug!

"Kau ini bicara apa, hm? Kami juga sudah termasuk menjadi keluargamu kan," Mark berpindah posisi lalu merangkul Teume.

"Sudah, lepaskan!" Teume menolak pelukan Mark dengan candaan.

"Meski kami bukan keluar aslimu, kau sudah kamu anggap sebagai anak," sahut Ayah tersenyum melihat Teume yang tertawa.

"Aku menyayangi kalian."

SECRET IDENTITY | Treasure ft. TeumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang