Bagian 6 ▣ He's Really Crazy

Start from the beginning
                                    

"Makasih Sa, ini hadiah buat kamu Fahri. Btw, ini Angkasa yang milih." Liana menyerahkan kotak itu pada Fahri hingga membuatnya berteriak.

"ANGKASA! IH SUKA DEH! LO TUH TERBAIK LAH, WALAUPUN NGESELIN!" teriaknya dengan girang.

Angkasa menatapnya jengkel. "Btw, Liana, ini Alana."

Alana tersenyum ramah, "Alana."

"Liana,"

Suasana cafe ini cukup ramai, dan rata-rata setiap orang yang datang Angkasa mengenalnya. Teman Fahri, temannya juga.

"Aldo mana sih?" tanya Angkasa heran.

Fahri tersenyum miring, menunjuk ke arah pojokan dimana Aldo yang memakai kaos berwarna biru sedang berbicara serius dengan gadis memakai gaun tanpa lengan. Wajah mereka terlihat serius, sesekali Aldo menggerakkan minuman yang dipegangnya.

Angkasa tergelak. "Wah anjer! Ngapa dia ngomong sama mantannya coba?!"

Fahri terkekeh, "Lo kayak gak tau dia aja. Eh, gue ke sana dulu. Temen Liana datang tuh."

Angkasa mengangguk, bunyi musik yang terdengar menggema kuat di ruangan luas ini. Ia melirik Alana yang sibuk menggoyangkan kepalanya ketika lagu maroon 5 berjudul payphone terdengar.

"Lo mau minun?" tanya Angkasa mengencangkan suaranya.

"Apa?"

"Lo mau minum, tuli?" tanya laki-laki itu lagi dengan sabar.

"Mau," jawabnya singkat. Melihat Angkasa melangkah pergi, Alana buru-buru memegang tangannya. "Ikut." ucapnya memohon.

"Yaudah, ayo." ajaknya dan berjalan pelan ke arah meja minuman.

Tangan Angkasa mengambil dua buah gelas dan memberikannya satu pada Alana. Cewek itu meminumnya sedikit, sirup ternyata.

"Gue gak suka sirup, sukanya susu!" protes Alana dan menetap gelas berwarna merah itu.

"Disini itu tempat untuk remaja bukan anak sd!" cetusnya jengkel.

Alana merengut, tidak berkata apa-apa lagi. Kenapa laki-laki itu selalu ketus sih padanya?

Seorang laki-laki mendekat ke arah Angkasa. Wajahnya tampan, ia sekilas mirip dengan Fahri.

"Kak Fathir! Gue kira siapa." gumam Angkasa dengan senyum.

"Gue pikir salah orang, beneran si Angkasa. Eh, ini siapa? Cewek lu?" tanyanya menggoda. Mirip seperti pertanyaan Fahri tadi.

Wajah Alana bersemu. Sudah dua kali pertanyaan itu terdengar, tetapi kali ini Alana berharap jawaban yang berbeda.

"Bukan ah, temen gue." balasnya santai.

"Eh temen gue disana, berdua dah lu." kekehnya dan menepuk dua kali pundak Angkasa.

Setelah Fahri pergi, Angkasa menatap datar Alana. "Rok lo kok pendek banget sih?!" tanyanya marah.

Alana menunduk menatap rok yang berada sepuluh senti di atas lututnya. Dia menengadah, menatap Angkasa.

"Cuma ini roknya yang pas sama baju gue."

Angkasa berdecak, membuka kemejanya dan menyisakan kaos abu-abu yang membentuk tubuhnya. Ia sedikit berjongkok, melilitkan lengan kemeja itu di pinggang Alana hingga menutupi paha cewek itu.

Alana tertegun, "Eh, apaan Sa,"

Angkasa berdiri tegak, menatapnya tajam.

"Lain kali beli rok buat ukuran lo, bukan buat anak lima tahun!"

Bibir Alana mengerucut, "Tapi kan, roknya bagus."

"Bagus dari hongkong! Bagusan rok mimi peri daripada rok mini lo itu!" ketusnya jengkel dan memasukkan kedua tangannya di celana jeansnya.

"Tau ah, lo ngeselin ya! Protes mulu!" geram Alana dan meletakkan gelas itu diatas meja.

"Apaan? Sensi banget!"

"Lo tuh yang sensi."

"Udahlah, gue pulang sekarang!" seru Alana dan keluar dari cafe itu.

Angkasa buru-buru mengikuti cewek itu ke arah parkiran dan menarik tangan Alana. Sedetik, mereka berpandangan.

"Gue tau gue terus-menerus salah dimata lo." kata Alana dengan kesal.

Angkasa menatapnya sebentar, "Lo mau paha lo diliatin orang? Gue merhatiin dari tadi. Dasar bego!"

Alana tertegun, ia pikir Angkasa hanya ingin mengejekny.

"Lo mau pulang? Pulang sendiri sana! Kalau mau gue anter lo minta maaf sama gue!" pintanya ketus.

Alana menghela napas dalam-dalam. "Lo emang bakat buat gue kesal!" serunya marah.

"Permintaan maaf diterima. Silahkan masuk mobil!" kata Angkasa.

Cowok itu sudah masuk ke dalam mobilnya dengan santainya. Alana memandangnya tidak mengerti. "Kapan sih lo waras?!"

IrresistibleWhere stories live. Discover now