#3

87 6 0
                                    

***

Sebelum memulai permainan ini, keduanya melakukan suit Jepang.

"Batu, gunting, kertas," ucap Alana memulai suit.

Sial.

Ian gunting, dan Alana kertas,

"I'm win," ujar Ian bersuka ria.

"Oke, gue kalah. So, lo yang mulai pranknya lebih dulu."

"Loh, kan gue menang."

"Kenapa emangnya? Takut, ya? Ian takut? Uuu," ledek Alana.

"Fine."

Membuat Ian geram dan akhirnya ia memutuskan untuk memulai prank jahil ini terlebih dahulu.

"Mba, mba," Ian berteriak memanggil seorang perempuan yang sedang berjalan.

Perempuan itu menoleh. Bingung.

"Iya?"

"Mba, kenalin saya saudara kembar Aliando."

"Hah? Mana miripnya?"

"Cuma gak mirip soalnya sudara kembarnya waktu masih jadi zigot sih hehe."

Perempuan itu mengerutkan kedua alisnya. Lalu, pergi meninggalkan Ian.

Aneh.

Ian berbalik badan melihat ke arah Alana yang sudah tertawa terpingkal-pingkal disana.

"You turn," tantang Ian pada Alana.

"Oke. Watch this."

Alana berjalan disekitar orang yang sedang berlalu lalang. Lalu, bersandar disebuah tembok.

Ia bersandar di samping laki-laki yang asik memainkan ponselnya.

Alana tersenyum-senyum ke arah laki-laki itu. Tapi, laki-laki itu tidak memperdulikannya.

Alana tak mau kalah. Ia menyentuh bahu laki-laki itu, lalu tersenyum lagi.

Merasakan ada yang aneh, laki-laki itu lalu pergi meninggalkan Alana.

Kecewa tidak mendapatkan perhatian, bibir Alana menggerutu sambil terus berjalan ke arah Ian.

Ian yang meliha dari kejauhan pun tertawa geli tak karuan.

"Dicuekin. Mampus," ledeknya.

Alana masih cemberut.

"Lagian, kenapa gak ngajak kenalan aja. Katanya gampang."

Alana mendelik. "Ih, ya 'kan gue cewek. Masa gue duluan yang ngajak kenalan. Dianya aja gak peka, udah gue kodein juga," kilah Alana.

Ian semakin tertawa geli mendengar pembelaan Alana. "Duh, dasar cewek!"

Tak lama, Alana pun tersenyum. Menikmati wajah anak laki-laki yang sedang tertawa di hadapannya.

"Kenapa?" tanya Ian, canggung.

"Ketawa itu mudah, 'kan? Dibanding harus badmood gara-gara delay," balas Alana tenang.

Gugup.

Ian pun tersenyum malu.

Dibalik kegugupannya, laki-laki itu mencuri pandang ke arah Alana. Lalu, tersenyum diam-diam.

Ciao adiosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang