Journey 01 : Re:Life

4.6K 262 89
                                    

Gelap . . .

Kesepian . . .

Itulah yang kurasakan saat ini.
Entah apa yang terjadi kepadaku, tetapi satu hal yang dapat kupastikan adalah . . .

. . . Aku sudah meninggal.

Jadi, inikah rasanya meninggal itu? Benar-benar mengerikan.
Ditempatkan dimana cahaya, udara, air, angin, dan komponen lain di dunia itu tidak ada.
Yang ada hanyalah kegelapan yang lebih gelap dari hitam dan juga kesepian yang tiada tara.
Benar-benar tempat yang mengerikan.
Aku juga tidak bisa merasakan apapun, sekujur tubuhku rasanya membeku. Bahkan aku tidak bisa menggerakkan jari-jari ku.

Ah . . .

Kalau diingat-ingat lagi. Kejadian apa yang membuatku meninggal ya?
Ingatanku agak samar-samar.
Ah.
Benar juga, waktu itu aku menyelamatkan anak kecil yang ingin menyebrang ya . . .

. . . bagaimana keadaanya ya? Apakah dia selamat??
Benar juga, aku harus mengingatnya kembali untuk memastikannya.

†††

Beberapa jam yang lalu . . .

*pipipipipipipi*
Pagi hari yang cukup cerah waktu itu. Seperti biasa, jam waker ku membangunkan diriku yang masih terbungkus dalam selimut.
Kalau tidak salah, sekarang bulan Februari ya.
Pantas hawanya begitu dingin hingga aku enggan untuk bangkit dari tempat tidurku walaupun itu hanya untuk mematikan jam Wak . . .

Eh?

Rasanya aku melupakan suatu hal yang sangat penting.
Begitulah yang kupikirkan dengan masih membungkus tubuhku dengan selimut.
Sampai akhirnya . . .

"ARGHHHHHH!!! HARI INI ADALAH HARI TERAKHIR PENYERAHAN NASKAHNYA!!!!" teriakku yang cukup kencang.

Cukup untuk membangunkan 2-3 tetangga yang tinggal di samping rumahku.
Adik Perempuanku yang mendengar teriakan ku, dengan sigap menuju kamarku dengan menendang pintu kamarku yang tidak bersalah apa-apa dengan tendangan karate nya.

"Kakak!!! Kau pikir ini jam berapa??! Ini masih pagi, tahu!!!" teriaknya kesal.

Aku hanya terdiam di tempat tidurku dan mengabaikan omelannya itu.
Setelah itu, aku mendorongnya keluar dari kamarku dan aku membetulkan (sementara) pintu kamarku. Didalam, aku mulai mengganti pakaian ku lalu meninggalkan kamarku tanpa membalas ucapannya.

"Tu-kau mau kemana...." ucapnya sambil menarik kerah piyama ku.

"Oyoyoy!!! Adikku yang kasar, apa kau ini ingin membunuh kakakmu satu-satunya, ha??! Cepat lepaskan!!" ucapku seraya menepuk-nepuk telapak tangannya.

Seketika itu juga ia melepas kerah ku sambil berseru 'oh' tanpa ada rasa bersalah.

"Dasar, bisa-bisanya kau berbuat seperti itu..." gerutu ku.

"Hehehe, maaf-maaf...habisnya kakak juga mengabaikan ku sih~~ te-he~" balasnya dengan nada yang diimut-imutkan.

Merepotkan.
Adik Perempuanku, Kamikura Eri, sangatlah tidak imut sama sekali.
Ah, tidak. Bisa dibilang dulu dia cukup imut sampai akhirnya ia ikut sebuah dojo karate dan menjadikanku kelinci percobaan jurus-jurus nya itu.
Jika diingat-ingat lagi, cukup sering aku dihajar olehnya.

Ah, benar. Aku belum memperkenalkan diri.

Namaku Kamikura Arisu, umurku 23 tahun. Seperti yang terlihat, aku biasanya menghabiskan waktuku dirumah.
Biasanya aku bersih-bersih rumah, menyiapkan makanan, mencuci pakaian, dan lain-lain nya.

Re:Life of Creator In Another World as Hero(ine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang