Chapter 16 (Danger)

8.6K 986 369
                                    

Jimin pingsan dipelukkan seseorang yang kini menyeringai jahat saat menatap Jimin yang terkulai tak berdaya.

.

.

Jin mengetukkan jari nya ke permukaan meja cafe yang datar, sesekali melirik pada Namjoon dan Hoseok yang duduk di depannya, sebenarnya ia sedikit tak enak hati ketika menatap Namjoon sebab Jin merasa ia benar-benar telah menyakiti hati pemuda itu dengan menolak pernyataan cintanya tempo hari, tapi mau bagaimana lagi, Namjoon dan Hoseok adalah sahabatnya sejak kecil, orang yang sangat Jin percayai dalam hidupnya setelah Jimin.

"Adikmu benar-benar akan datang kan hyung ?." Itu Hoseok yang memulai pembicaraan saat sadar bahwa Namjoon dan Jin masih terlihat canggung. Jin sedikit meliriknya, mengangguk cepat pertanda bahwa Jimin tak mungkin tidak datang disaat pria itu sudah berjanji tadi pagi padanya.

Sebenarnya ia sengaja mengajak Namjoon dan Hoseok ke cafe ini untuk memperkenalkan mereka pada adiknya, dulu saat mereka bertiga dan masih bermain bersama, Namjoon dan Hoseok tak sempat melihat Jimin sebab pria itu lebih dulu di bawa ibu nya ke Jeju tepat ketika orang tuanya memutuskan untuk berpisah. Namun pada akhirnya Jimin kembali lagi ke Busan setelah belasan tahun, dimana saat ibu nya meninggal dunia, mau tak mau Jimin harus tinggal bersama Jin dan ayahnya, dan saat itulah Namjoon dan Hoseok pergi ke Seoul hingga tak sempat bertemu dengan Jimin. Lagipula Jin ingin meminta pertolongan pada dua sahabatnya itu untuk menjaga Jimin saat di Seoul dan membicarakan perihal kepindahan sekolah pemuda mungil itu sebab Jin pikir Jimin tak akan aman jika berada di sekolahnya yang sekarang, dimana ada si bajingan Yoongi di sana.

"Iya, mungkin Jimin ada sedikit hambatan di jalan." Jin meyakinkan dengan raut cemasnya yang tak dapat tertutupi. Tapi, kata-kata nya barusan membuat Namjoon dan Hoseok meliriknya secara bersamaan.

"Siapa nama adikmu ?." Namjoon akhirnya buka suara setelah sebelumnya ia hanya diam bagai patung penghias. Jin menatapnya dengan jantung berdegup, suara itu terlalu dalam dan terlalu dingin.

"Jimin. Park Jimin."Seolah terhipnotis, akhirnya Jin menjawab juga. Hoseok yang terlihat jelas bahwa ia sangat kaget dengan apa yang barusan ia dengar.

"Park Jimin ? dimana dia sekolah, hyung ?." Hoseok mencoba memastikan, Jin sedikit berkerut bingung , namun pada akhirnya belah bibirnya terbuka juga.

"Bangtan High School."

Kedua mata Hoseok melebar, kali ini dugaannya semakin kuat, "Apa adikmu itu seseorang berpakaian culun dengan wajah manis yang menggemaskan ?." Tanya nya lagi, kali ini semakin membuat Jin kebingungan, heran sebab darimana Hoseok tau tentang ciri-ciri adiknya. Walaupun Jimin adalah seorang berandalan di Busan sana, tapi Jimin sudah bercerita banyak hal pada Jin tentang penampilannya selama di Seoul, ia mengatakan bahwa penampilannya berubah menjadi nerd agar dirinya tak terlalu mencolok.

"Kau tau sesuatu tentang adikku ?." Jin seolah menuntut sebuah jawaban. Hoseok dan Namjoon saling melirik sebelum mereka mengangguk bersamaan.

"Iya, hyung. Dan Jimin adalah target bully di sekolah." Hoseok menambahkan kembali. Mendengar hal itu Jin lantas terbelalak dengan gemeretukkan giginya yang terdengar samar. Ia paling tak suka jika adiknya ditindas. Dibully ? Hell, apa Jimin terlalu mendalami perannya hingga ikhlas saja dibully ?

Wajah Jin memerah, Hoseok dan Namjoon tau bahwa Jin dirundung emosi sekarang meski bibirnya tak berucap hal itu. Jin segera mengambil ponselnya dari saku celana, membuka layar dan langsung mendial nomor Jimin dengan cekatan. Ia butuh penjelasan Jimin tentang semua nya.

Ia menunggu, beberapa detik tak ada yang mengangkat, hampir membuat Jin memutuskan sambungan telponnya dan segera ke asrama Jimin sebelum pada akhirnya orang disebrang sana mengangkat line yang tersambung.

Cutie Nerd Boy (KookMin) (SUDAH DITERBITKAN)Onde histórias criam vida. Descubra agora