[05] Kenyataan Tersembunyi

Mulai dari awal
                                    

"Gue gak menghasut," jeda Duff seraya menaikkan pundak sekilas, "cuma menggoda."

Tristan menonjok bahu Duff pelan, "sinting. Geli gue sama lo."

Duff tertawa menanggapi perkataan Tristan, ditatapnya punggung cowok yang berjalan menjauh. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat Tristan dan Violet saling berbincang lalu tertawa dengan sepenuh hati. Bisa dilihat dari sorot mata yang mereka pancarkan. Tanpa sadar bibirnya menyunggingkan senyum, kemudian berbalik arah ketika sadar bahwa saat ini dia hanya berdua dengan Lica.

"Li ... lho?" baru saja dia ingin mengajak gadis itu untuk berkeliling, keberadaan Lica sudah tak ada. Matanya menatap sekitar dan segera sadar saat Lica sudah berada jauh dari tempatnya berdiri.

"Lica!" panggil Duff, langkahnya melebar demi menipiskan jarak mereka.

"Tungguin sih!" teriak Duff lagi. "Masa lo ninggalin temen kencan lo yang ganteng ini?!"

Lica yang sebenarnya menyadari panggilan Duff sama sekali tidak menoleh, menghentikan langkahnya saja tidak. Hidungnya berkerut mendengar perkataan Duff. Teman kencan yang ganteng? Yang bener aja. Suasana aquarium yang sedikit ramai ditambah dengan wedges yang dipakai Lica membuat gadis itu kepayahan dalam mempercepat langkahnya.

"Hei." Tepukan ringan di bahunya membuat gadis itu terperanjat. Dia menoleh dengan wajah setengah kesal.

"Gue manggil daritadi," jeda Duff, kepalanya dimiringkan, "kok lo gak berenti sih?"

"Gue gak denger," kata Lica singkat dengan wajah datar.

Duff tertawa mengejek. "Jangan boong. Mana ada Malaikat punya pendengaran buruk?"

Lica mendengus kesal sebelum benar-benar melangkah kembali. Duff yang merasa diabaikan hanya bisa mengeluarkan tawaan, sudah sangat biasa Lica memperlakukannya seperti ini. Lica yang selalu menghindar, membuat Duff semakin ingin mendekat.

"Hai, cantik."

Suara yang sangat familiar mampir di pendengaran Duff. Saat dia menajamkan pandangan, sosok Clarion dengan cengiran lebar tengah menghalangi jalan Lica. Gadis yang tak kenal rasa takut itu hanya berdiri angkuh, menatap Clarion dengan tajam.

"Minggir," kata Lica dingin.

"Gak akan," sambut Clarion yang saat ini berwujud manusia itu.

"Whatever," bisik Lica lalu bergeser ke kanan. Clarion yang menyadari langkah Lica langsung bergeser ke sebelah kiri. Lica menghela napas sebelum mengangkat wajahnya demi menatap Clarion tepat di manik matanya.

"Jangan ngalaingin jalan," ujar Lica kesal. Dia kembali bergeser, sialnya Clarion kembali berdiri di depannya, menghalangi jalan Lica. Clarion sendiri tersenyum lebar melihat wajah Lica yang sudah memerah menahan kesal.

"Apa mau lo?" tanya Lica.

Duff yang merasa kesal karna Lica diganggu langsung menarik lengan Lica hingga gadis itu berdiri tepat di belakang punggung Duff. Lica terkesiap akan perlakuan Duff. Tangan Duff yang besar memeluk pergelangan tangan gadis itu dengan erat. Gesekan kulit mereka seakan memberikan aliran listrik ke dalam tubuhnya. Perutnya terasa mual dan bergejolak.

"Lo ngapain disini?" tanya Duff tajam.

"Cuma mau ketemu sama pacar Adik," jeda Clarion seraya menaikkan sebelah alisnya, "gak boleh ya kalo Kakak pengen kenal deket sama pacar Adiknya sendiri?"

"Jangan jadiin dia target selanjutnya," bisik Duff sepelan mungkin, namun Lica dapat mendengarnya dengan jelas. Target selanjutnya? Maksudnya apa?

Clarion tertawa keras. "Aduh, Adik kecilku sayang, jangan galak gitu dong."

FL • 1 [Fericire]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang