Toko Buku

41.1K 2.3K 611
                                    

"Astaghfirullah."

Langkahku terhenti ketika menyadari bahwa baru saja menabrak sebuah sepeda motor yang sedang terparkir.

Tidak perlu mendongak untuk melihat siapa pemilik motor tersebut, aku sudah tahu siapa dia, walaupun hanya dari motornya saja.

"Afwan," ucapku pelan.

Aku segera berjalan kembali menuju motorku yang tidak jauh dari motor tersebut.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, aku segera bergegas pulang ke rumah sebelum jalanan macet parah dan hujan turun.

"Assalamualaikum," ucapku sembari membuka pintu rumah.

"Waalaikumsalam," jawab seseorang dari dapur, siapa lagi kalau bukan Bunda.

Aku segera menghampiri Bunda di dapur. "Alhamdulillah kamu udah pulang, bunda khawatir kamu kehujanan, soalnya udah mendung."

"Iya, Bun, tadi cuma sebentar aja bimbingannya," jawabku sambil mengambil sepotong kue buatan Bunda. "Aku ke kamar ya, Bun." Bunda menjawab dengan mengacungkan jempolnya.

Saat ini aku sedang menikmati menjadi mahasiswi semester akhir di Universitas Islam Negeri di Kota Kembang, dengan jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Akhir-akhir ini aku memang sering tidak fokus karena sibuk dengan penelitian untuk skripsiku. Kemarin saja aku hampir terjatuh dari tangga karena sering berjalan seperti zombie, tidak memperhatikan sekitar dan tatapanku kosong.

Kalau kata iklan aqua, sih; TAKOS.

Tok tok tok

"Masuk," ucapku yang merapihkan tas dan alat-alat tulis lainnya.

"Teh, sibuk ya?"

Aku menggeleng, "Kenapa emang, Lif?

"Nanti malem anterin Alif ke toko buku, ya? Alif mau beli buku SBMPTN," pintanya.

"Bener nih beli buku SBMPTN? Bukan buku-buku aneh lagi?"

"Yakin, Teh. Lagian buku horror itu enggak aneh, itu seru!" balasnya dengan sedikit kesal.

Aku tertawa pelan, "Ya udah, habis Isya, ya? Udah bilang bunda sama ayah, kan?"

"Bunda udah, ayah belum, kan masih di kantor." Aku hanya mengangguk.

"Ya udah deh, Alif mau main PS lagi, nanti jangan lupa ya." Ia mengedipkan sebelah matanya padaku.

"Iya, iya, dasar genit!" Ia pun tertawa dan kembali ke kamarnya.

Nah, itu dia adikku—Alif, ia baru saja menyelesaikan Ujian Nasionalnya lima hari yang lalu. Dan bulan depan ia akan melaksanakan tes SBMPTN.

💫💫💫

"Teh Ai, lama ih kebiasaan! Nanti keburu malem, tau!" teriak Alif dari balik pintu kamarku.

"Bentar, Lif."

Setelah beberapa saat, aku pun keluar dan lagi-lagi wajah Alif yang tidak enak dilihat—masam.

"Biasa aja dong mukanya, gimana mau deketin cewek kalo mukanya gitu?" ledekku.

Ia malah memasang wajah datarnya. "Udah atuh, berangkat sekarang aja," ucapku, ia mengangguk.

Kami tiba di toko buku pukul delapan malam, karena memang jaraknya cukup dekat. Alif langsung berjalan menuju buku-buku yang super tebal—buku SBMPTN. Sedangkan aku menghampiri rak-rak buku spiritual.

CinTahajjud [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang