Chap 13 - Meghan Farra Hwaks

106 11 0
                                    


Jangan lupa Vote and Comment yaaa Readersku tersayang!!!

Warning, typo bertebaran yaa


Mami, jangan bangunkan aku kalau ini mimpi. Aduh, aku bapernya luar biasa. Pengen senyum-senyum, tapi yang keluar malah helaan nafas.

Aduhh.. rasanya aku pengen jingkrak-jingkrak, trus sujud sukur, dan bawa si Kennan ini ke KUA. Ya Allaa.. kok aku sebruntung ini sih? Bisa disukai sama seorang pengusaha, plus motivator terkenal, plus ganteng lagi. Rezeki anak soleha memang gak kemana yaa.

Aku hanya berani teriak-teriak dalam hati, takut buat si Kennan jadi ilfil. Aku gak akan munafik, kalau sebenarnya aku memang suka sama dia juga. Ingat yaaa, suka dan bukan cinta. Karna kata-kata itu terlalu puitis menurutku.

"Bagaimana bisa?" sebuah pertanyaan yang terngiang-ngiang dikepalaku terlontar begitu saja tanpa kusadari.

1 hal yang tidak bisa kusuka dari Kennan, yaitu bahwa dia adalah seorang pria sosialita. Bagaimana jadinya, seorang sosialita yang memiliki fasion yang hebat, jalan bareng gadis udik, yang hanya memakai kaos oblong plus celana jeans.

Mungkin orang-orang akan melirik aku hanya sebagai babunya doang. Nasibb.. gak pernah mau ngikutin kata-kata mama tentang pentingnnya bergaya ala glamor namun indah.

Kalau kata si Richart, aku itu sederhana. Sepertinya style ini tidak sesederhana itu bagi Kennan, tapi ini style orang gak mampu menurutnya. Huft... ribetnya temanan sama orang sosialita yaa begini.

Dan memang benar sih aku ini orang gak mampu, karena sampai sekarang masih mengharapkan kiriman bulanan dari orangtua. Gak dikirim, yaa gak makan, dan berujung kematian. Dapat uang tambahan juga hanya dari balapan liar, itu juga balapan gak setiap hari bakalan ada. Balapan juga belum tentu menang kan?

"Aku gak tahu, aku hanya menyukai cara tertawa mu yang lepas, cara berbicaramu, sifatmu, dan penampilanmu"

Noh...noh... baru aja aku ngomong tentang penampilan. Masa iyaa dia suka sama penampilan udik kayak begini. Dari tampangnya saja, dia udah kelihatan lebih menyukai gadis berdress dari pada gadis yang memegang motor. Ingat... pekerjaan paruh waktuku tuh di bengkel, bantuin bang Boy dibengkelnya. Di bengkel juga aku bukan jadi tukang kasir, tapi orang yang memegang kendali mesin pelanggan. Dan, kalau dilihat lebih jelas, di telapak tanganku bahkan masih ada bekas noda oli.

"Kapan aku tertawa lepas? Perasaan, kita baru ketemu beberapa kali" tanyaku bingung. Kalau memang iya, si Kennan ini udah lihat aku gimana tertawa, percuma juga aku jaga image. Karena dari semua sifatku, caraku tertawa adalah yang paling memalukan.

"Mungkin kamu gak sadar. Aku yang lihat kamu pertama kali, di jalan raya sambil mengendarai motormu" ucapnya, kemudian mendaratkan bokongnya duduk disampingku.

Aku terdiam, bingung mau bicara apalagi. Sudahlah, lebih baik aku melepas topengku, dan gak perlu yang namanya jaga image, karena percuma, dia sudah lihat yang lebih buruk.

Aku melihat jam yang ada dilingkar tanganku. Kennan masih saja setia memperhatikan apa yang aku lakukan. Bodo amat mah... malu maluin juga gak apa-apa. Kalau jodoh mah gak kemana, lagian kan cowok juga harus menyukai sifat buruk kita kan?

"Aku mau pulang!" seruku. Kennan hanya menaikan satu alisnya. Nih orang lama-lama udah kayak peran-peran di novel dah.

"Kok cepat kali? Ini baru jam 5" ucapnya. "Tunggu sampai malam aja, biar sekalian aku antar pulang, dan kita makan malam" lanjutnya.

Just Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang