Chap 3 - Meghan Farra Hawks

473 137 41
                                    

Aku terbangun tiba-tiba, entah karena apa , aku bisa mengalami mimpi buruk. Mimpi yang bahkan menimbulkan rasa bersalahku kepada Ray. Ya , aku memimpikannya.

Setelah nyawaku terkumpul, segera kulirik jam di nakas. Waktu masih menunjukan pukul 6 pagi. Seharusnya ini masih jam tidurku, mengingat aku selalu tidur saat waktu sudah menunjukan dini hari.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" Aku bergumam sendiri sambil mengumpulkan semua nyawaku.

"Sepertinya ini mata tidak bisa diajak buat tidur lagi." Racauku sendiri.

Karena tidak bisa tidur lagi, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kebiasaan lamaku, yaitu nonton film kartun. Biasanya, jika aku sedang dirumah Mama, pada pagi hari dan di jam jam segini, aku pasti selalu menonton film kartun bersama si Pimpong alias Vivin, adik bungsu ku yang saat ini masih berusia 8 tahun.

Jangan pernah sekalipun katakan bahwa yang menonton film kartun itu masih kekanak-kanakakan. Itu semua salah besar. Karna menurut penelitiaan yang sempat ku lakukan dengan meriset semua para tetangga ku, hampir 70 % para ibu rumah tangga lebih menyukai film kartun dibandingkan film action.

Baru saja aku tergeletak di lantai depan tv rumahku, ponsel yang ada di meja dekat sofaku bergetar.

Trrrrrrt trrrrrrrt

Tanpa melihat siapa pemanggilnya, langsung saja ku angkat. Mengingat Mama lah selalu yang menelfonku di saat jam-jam segini untuk membangunkanku.

"Hallo Ma, aku udah bangun kok!" cerocosku, tanpa mengijinkan si penelfon berbicara mengucap salam.

"Hahahaha" si penelfon tiba-tiba saja tertawa.

Aku mengernyitkan kening. Tunggu dulu, sepertinya aku mengenal suara ini.

Segera kulirik Nama penelfon, mengingat aku sepertinya tidak merasa asing dengan suara sang penelfon.

Aryaaa

Nama itu tercantum jelas di layar ponselku.

Ha,, ada apa dengan si bujangan tua ini?

Tumben dia menelfon ku?

Ya, Arya adalah Menegerku saat aku magang alias PKL. Ya, mengingat Arya adalah satu-satu nya orang yang paling akrab dengan ku saat magang disana.

Segera kuangkat telfonnya, sebelum si Arya ini marah-marah dan ngedatangiku.

"Eh buset. Aryaa sialaan. Ada apa luu nelfon gua sepagi ini?" Cerocosku kesal.

"Hahaha" Arya kembali tertawa.

"Maaf, maaf. Ya ampun, gila luu. Sampai segede ini luu masih aja di bangunin?

Ckckckck anak gadis macam apa luu?

Hahaha" okey, fix ini sudah kelewatan.

"Udah yaa, gua mo tidur lagi" kesalku.

"Ckckck, cepat amat marahnya neng. Iye iye, abang minta maaf ya. Bentar dulu, jangan di putus telfonnya neng!" Perintahnya.

Aku mengernyitkan dahi, tumben Aryaa menelfon. Setelah kontrak magang ku selesai, kami berdua bahkan tidak pernah bertemu lagi. Dan ini sudah 3 bulan berlalu.

"Ada apa? Tumben nelfon?" Tanyaku heran.

"Apanya yang tumben Pe'a. Elu macam orang sibuk aja. Setiap kali gua telfon, nomor luu selalu sibuk dan terkadang malah dialihkan ke kotak suara. Kemana aja luu? Sibuk yaa?" Tanyanya panjang lebar.

"Hahaha, elu kayak gak tau gua aja. Gua mah orang sibuk, lebih sibuk malah dari pada Presiden." Jawab ku enteng.

"Ck, sok iya luu. Oh, kan gua jadi lupa mau ngomong apa tadi nih, tanggung jawab luu."

Just Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang