PROLOG

18K 816 12
                                    

Disuatu padang pasir yang terhampar luas kini dipenuhi ribuan pasukan prajurit dan dua orang raja. Bertarung demi mendapatkan wilayah kekuasaan yang lebih besar. Mempertaruhkan nyawa hanya untuk keinginan pribadi. Tak peduli akan apa yang prajuritnya rasakan saat ini. Dan membuat rakyat cemas akan apa yang terjadi suatu saat nanti.

Hari telah menjelang malam.  Dan pada saat itu seorang raja beserta prajurit teriak bahagia atas kemenangannya. Raja menghentikan teriakannya dan mencari seseorang yang bertarung dengannya tadi. Ya tentunya Raja Chen.

"Dimana Raja Chen?!" teriak Raja Li, raja yang memenangkan pertarungan.

Semua prajurit terdiam dan fokus mencari Raja Chen yang kabur. Raja Chen berhasil melarikan diri dengan sisa kekuatan yang ia miliki karena perutnya tertusuk. Raja Chen termasuk raja yang sangat kuat dan tahan dengan tusukan pedang seperti yang ia dapat saat ini. Tapi kali ini ia tidak bisa memenangkan pertarungan karena musuhnya tidak kalah kuat, padahal raja yang ia lawan masih sangat muda tapi kekuatannya sangat hebat.

Saat ini Raja Chen sibuk mengendarai kuda yang ia miliki. Kuda berlari cepat menuju Istana. Raja Chen ingin memberitahu keluarganya agar segera pergi karena sekarang Istana itu bukan miliknya lagi. Dan dia tidak ingin sampai istri dan putri sematawayangnya dibunuh oleh Raja Li.

'Kau ingin bermain denganku. Baiklah jangan salahkan aku jika kau akan lebih menderita daripada ini,' pikir Raja Li dalam hati. Ya dia sudah tau pasti Raja Chen akan kembali ke Istananya. Raja Li segera menyusul dengan kuda yang berlari sangat kencang dan cepat.

Raja Chen sampai di Istana dan berlari ke arah dimana istri dan anaknya berada.

"Kalian harus pergi dari sini. Ayo cepat," ajak Raja Chen dengan rasa takutnya yang besar.

"Mau pergi kemana Raja Chen?" tegur seseorang yang ternyata adalah Raja Li. Raja Li mengarahkan pedangnya dari belakang membuat Raja Chen tak bisa berkutik.

"Ayah.."
"Suamiku.."

Putri dan Istri dari Raja Chen memanggilnya dengan teriakan histeris. Dengan secepat kilat Raja Li memotong kepala Raja Chen dan menusuknya tepat di jantungnya. Nyawa Raja Chen sudah pasti tidak dapat ditolong. Tangisan pun terdengar jelas di ruangan itu.

Satu prajurit masuk dan berlari menuju sang Ratu. Saat itupun sang Ratu terjatuh dan mengeluarkan banyak darah. Kemudian prajurit beralih ke sang putri namun sebelum dia berhasil membunuh, sang putri membunuh prajurit itu lebih dulu. Putri sangat ingin membunuh Raja Li namun kakinya sangat sulit melangkah justru malah terkulai lemas lalu jatuh. Tangisannya keluar lagi dari bibir tipisnya. Raja Li sedikit iba melihat pemandangan tersebut. Bagaimanapun juga dia pernah merasakan sakit yang dialami putri saat ini.

"Prajurit bawa dia dan jangan dibunuh," Raja Li memerintah pada dua prajurit yang ada di belakangnya. Dia pun berlalu dan mengendarai kudanya menuju Istananya yang lebih megah dari Istana Raja Chen.

Putri sudah tak berdaya. Dia pasrah saja akan apa yang dilakukan Raja Li nanti. Terus menangis dalam diam agar tak dimarahi prajurit yang membawanya.

~》♡《~

"Yang Mulia apakah anda akan memenjarakannya?" tanya Shun bawahan sekaligus teman Li Yingjie. Umurnya 20 tahun. Li Yingjie menganggap kalau Shun adalah kakaknya karena dia dan Shun sudah saling mengenal dan dekat sejak masih anak-anak.

"Tidak. Aku kasihan padanya jadi ku biarkan dia tinggal di sini dan mendapat pelayanan yang nyaman. Mungkin saat aku sudah lebih dewasa dan dia juga sudah tumbuh dengar umur yang cukup aku akan jadikan dia istriku," jawab Li Yingjie tersenyum devil.

"Anda benar, terserah apa yang anda lakukan. Tapi anda juga harus hati-hati, bisa saja suatu hari dia akan menjadi pemberontak," peringat Shun.

"Tidak masalah jika dia memang ingin bermain denganku," ucap Li Yingjie enteng dan masih dengan senyumannya.

"Yang Mulia, kami sudah membawanya," ucap prajurit yang tadi diperintah oleh Li Yingjie.

"Meifen, mulai hari ini kau jadi pelayan khususnya. Layani dia dengan baik. Dan bawa dia ke kediaman di Istana bagian barat," perintah Li Yingjie pada pelayan bernama Meifen.

"Baik Yang Mulia," jawab Meifen kemudian membawa putri ke kediaman untuknya.

'Kenapa dia melakukan hal ini? Bukankah seharusnya aku dipenjara atau dibunuh seperti orang tua ku? Apa yang direncakannya?' pikir putri dalam hati.

'Dia cantik. Mungkin akan lebih cantik saat sudah dewasa, tidak salah aku jadikan dia istriku nanti,' pikirnya dan tersenyum devil. Ya senyum itu adalah senyuman khasnya.

To Be Continued...

~》♡《~

Tolong Voment
Dan Sarannya
Makasih...

Jum'at, 9 Juni 2017

Hate And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang