50 :: Flashback

6.2K 298 10
                                    

"Lo udah lupa ya sama gue sampai- sampai lo  jarang main ke rumah?"

Laki- laki dengan iris tajam seperti milik Darian dan Andre itu sedang cemberut menatap Darian. Senyum tipis perlahan terukir di wajah Darian. Sosok itu masih setia dengan stick PS nya dan juga rambut acak- acakan dengan memakai kaos polo hitam juga celana bahan warna biru.

Drian mendekat kemudian metoel pipi gembul laki- laki itu, seperti kebiasaannya metoel pipi dari adiknya Tita, "Ya elah lebay amat lo njing."

Laki- laki dengan perawakan hampir menyamai Darian itu semakin mengerucutkan bibirnya. Sesekali mulutnya mengumpat karena Darian masih metoel- toel pipinya. Sebenarnya dia sangat menyukai perilaku Darian itu, tapi kalau dirasa- rasa dia menjadi jijik sendiri karena bagaimanapun sikap Darian itu sangat luar biasa tidak lazim.

"Singkirkan tangan kotor lo itu anak muda!" Rancaunya lalu detik berikutnya dia menggerakkan telapak tangannya menuju ketiaknya sendiri dan menyodorkannya tepat di wajah Darian.

Derun tawa kembali mengisi ruang bercat abu- abu itu membuat Darian mengumpat dan menjauh dari sosok yang tadi digodanya. Kalau kalian belum tahu, Darian itu sangat membenci bau ketiak apalagi bau dari sosok yang berada tak jauh dihadapannya sekarang. Bau anget- anget tai ayam pun dapat dikalahkan oleh bau ketiaknya itu. Belum lagi jika orang itu tidak mandi seharian. Ughh membayangkannya saja membuat perut Darian terasa mual seketika.

"Kapan sih terakhir kali lo mandi? Anjir bau banget!" Protes Darian dan hanya dijawab oleh gelak tawa dari laki- laki itu.

"Kapan ya gue lupa Yan. Jum'at kalau gak sabtu," Ucapnya disela- sela tawanya. "Eh bukan, kamis deh kayaknya," Koreksinya lagi dan Darian hanya geleng- geleng kepala mendengarnya. Kalau kalian tanya sekarang hari apa, jawabannya adalah hari minggu. Berarti juga bahwa sosok yang sedang cengengesan itu sudah tidak menguyur tubuhnya selama empat hari.

"Lo pasti bolos lagi? Lo kalau mandi kan cuma mau pergi atau mau kesekolah doang!" Sindir Darian, "Iya kan?"

"Duh gimana ya Yan? Walaupun gue gak mandi badan gue tetep wangi kok!" Jawabnya cepat lalu kembali mengotak- atik stik PS nya.

Darian memutar bola matanya malas, "Gue rasa indra penciuman lo mulai rusak. Lo harus minta sama Papa Arman buat ngobatin hidung lo segera!"

"Yang ada otak lo itu yang udah gesreh Yan. Mana ada orang yang udah ditakdirkan dengan wajah tampan malah ngerubah penampilannya jadi seorang cupu?"

Darian menjitak kepala orang itu hingga membuatnya mengaduh kecil, "Yee gue kan cuma mau ngasih kesempatan buat laki- laki lain kayak lo. Kalau gue buka wujud asli gue kasihan cowok yang kayak lo. Bisa- bisa mereka gak laku lagi. Kan berabe!"

Sosok itu mencibir lalu menatap malas Darian, "Gayanya kayak udah mirip Saiprul Jamail aja lo. Kesini juga pasti mau curhat. Lama- lama gue bisa mirip mamah Dedeh. Curhat dong mah!"

"Assalamualaikum. Ini saya Suryani dari atas turun ke bawah lalu belok ke kiri. Lha disebelahnya kirinya itu ada gedung dan saya bukan yang punya gedung tapi saya tukang kebonnya," Darian mengela nafas panjang, "CURHAT DONG MAH!" Lanjutnya lagi dengan wajah jengkel yang kentara sekali dibuat- buat.

Sosok itu terpingkal hingga menunjukkan gigi putihnya yang berjajar rapi dan juga bersih. "Sekali bego ya tetep aja bego!" Ucapnya sambil menatap Darian jenaka.

"Alvaro ngajak gue duel. Dia masih gak terima kalau gue udah tunangan sama Diska."

Sejenak wajah jenaka itu berubah serius dan mulai mencerna baik- baik apa yang baru saja dilontarkan oleh Darian. Setelah menekan tombol pause, dia berbalik menatap Darian yang tengah tertunduk lesu dihadapannya.

"Lo kan udah biasa duel. Terus apa lagi yang lo khawatirin?" Tanyanya setelah menelisik perubahan raut wajah Darian yang mulai murung.

"Iya. Tapi ini beda. Gue gak pernah serius soal balapan dan kali ini gue ngerasa harus serius dan itu berhasil ngebuat gue merasa entah apa tapi ah...." Darian mengacak rambutnya frustasi. Ini benar- benar membuatnya merasa gundah gulana. Bukan karena dia takut terhadap tantangan Alvaro. Bukan itu. Bahkan dia jauh lebih takut jika Diska mengetahui ini. Dan entah kenapa itu membuat hatinya semakin risau.

"Lo ada masalah juga sama Diska?"

Darian tidak menjawab namun dari tatapan laki- laki itu terlihat jelas bahwa dia dan Diska memang baru saja melewati ambang perpisahan karena masalah yang sama dan sekarang masalah itu kembali menghampirinya.

"Masalah apa?" Tanya sosok itu lagi masih dengan tampang serius yang dia miliki.

"Lo tahu Walker?" Tanyanya dan sosok itu hanya mengangguk sebagai jawabannya. "Walker itu Diska dan entah gimana kejadiannya waktu itu gue sama Diska tanding. Sebelumnya gue ngajak dia pergi tapi dia malah ngebohongin gue dan milih bapalan itu. Lo tahu kan perasaan gue gimana waktu itu? Gue marah. Dia juga marah dan akhirnya gue berantem diem- dieman selama lima hari."

Darian mengambil jeda untuk menghirup oksigen sebanyak mungkin. " Setelah itu gue buat kesepakatan sama dia. Kalau kita sama- sama gak balapan liar lagi. Dan lo tahu demi memperjuangkan dia, gue terima tantangan Alvaro walaupun gue sendiri tahu kalau akhirnya nanti dia bakal ngebenci gue jika kelakuan gue nanti terungkap!"

Sosok itu hanya menganguk- angukkan kepalanya, "hem masalah lo rumit juga ya njing?" Ucapnya santai sambil mengaruk- garukkan dagunya.

"Udah respon lo gitu doang?" Cibir Darian sambil membrengut kesal menatap sosok dihadapannya.

Dia hanya terkekeh geli namun senyum jahat dan juga licik mulai menghiasi wajah tampannya. "Gimana kalau lo gue gantiin? Alvaro dan juga gengnya gak bakal tahu kalau sebenarnya gue itu sebenarnya bukan lo. Setuju?" Ucapnya lalu menaik- turunkan alisnya.

Darian menggeleng cepat, "Gak bisa. Lo gak punya bakat apa pun soal balapan! Gue gak mau ngambil resiko!" Tolak Darian mentah- mentah sambil menatap tajam orang itu.

"Well Darian Gustavio Saputra lo memang keras kepala. Lo cuma bilang YA dan semuanya pasti beres. Lo ngeremehin gue?"

Darian mendegus, "Bukannya lo memang gak punya bakat soal balapan? Gue gak mau lo kenapa- kenapa!"

"Gue yakin Alvaro juga gak bakal tanding sendirian. Pasti dia juga nyuruh bawahannya yang jago kayak gitu. Gue udah hafal tipikal bad boy macam dia. Licik juga bangsat. Sama kayak lo."

Darian berdesis, "ANJING!"

"itu gue anggap sebagai jawaban lo Yan," Ucapnya lagi lalu seulas senyum menyebalkan kembali terpatri diwajah tampannya. "Jadi kapan gue tanding sama bangsat itu?"

"Nanti malam."

"Oke. Gue siap!" Jawabnya dengan penuh senyum kemenangan.

"Lo lebih keras kepala dari pada gue Miyan. Dan gue benci lo karna bagaimana pun gue bakal khawatirin lo."

Laki- laki yang dipanggil Miyan oleh Darian itu menoleh, "Gue keras kepala karena lo juga keras kepala Darian. Jangan lupakan fakta kalau gue itu saudara kembar lo. Bukan kah kembar itu identik?" Ucapnya lalu mengerlingkan matanya.

"Gue benci lo Damiyan Gustavio Saputra," Desis Darian lalu Damiyan hanya tertawa menangggapinya.

"I love you too saudara kembar. Jangan lupa lo juga harus gantiin peran gue buat dateng ke rapat besar bareng Papa Arman di Singapura!"

"Dasar gak mau rugi!"


# Sesuai judulnya ya, chapter ini isi nya waktu si Damiyan belum kecelakaan.

# Yap Damiyan itu kembarannya Darian yang selama ini gk diketahui oleh siapa- siapa kecuali Darian.

# Disini ada yang rumahnya Semarang gak? Kemarin aku habis KI di Sido Muncul sama Victoria Care, kali aja ada yg rumahnya deket situ 😅😅 *geje

#see you di next cerita

25/05/17

DARIAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang