10: Biru Baru Yakin.

10.2K 816 45
                                    


Biru memasukki rumahnya, dan hal yang pertama di lihatnya adalah sang papa yang sedang berdiri menyambut Biru,melihat sang papa yang telah berdiri, dia memasang tampang terkejutnya.

"Oh, papa tinggal di sini juga?" belum sempat mendapat jawaban dari sang papa, Biru merasakan cubitan super keras dibahu kanannya.

"Kamu ini, sama orangtua kebiasaan hobinya bercanda mulu, bukannya di peluk papanya!" teguran sang mama membuat Biru memasang tampang cemberutnya.

"Mama pikir Biru cowo apaan yang meluk cowo?" lagi, Biru harus merasakan sakit di bahu kanannya karena cubitan sang mama.

"Udah ma, biarin aja anak ini mau ngomong apa! Yang namanya juga jomblo ngenes, suka ngawur gitu kalau ngomong."

"Enak aja! Biru tidak ngenes ya! Yang mau banyak, belum ada yang cocok aja!" Papa-nya memasang tampang seolah-olah ingin memuntahkan isi perutnya, tidak yakin dengan perkataan putra-nya ini.

"Bukan, belum ada yang cocok pa! Yang cocok sih udah ada, Biru-nya aja yang nggak peka!"

"Sebagai seorang senior, papa sangat malu jikalau kamu tidak peka terhadap perasaan wanita! Apa kata dunia, Biru? Teman kamu si Nano aja udah pacaran hampir delapan kali pas kelas sepuluh, lah kamu masih jomblo sampai hari ini?" kata Ayah Biru memasang wajah prihatin.

"Vano pah, Vano! Sejak kapan, Biru temenan sama permen?" jawaban Biru membuat papa-nya menganggukkan kepala mengerti.

"Oh iya, dia manusia ya? Tuh anak habisnya sama asemnya sama tuh permen!" Biru mengelus dada-nya berkali-kali, dalam hatinya dia mencoba menyakini dirinya, ya tuhan, nih bapak-bapak gini amat ya?

"Sudahlah, lelah aku tuh! Biru, ingin beristirahat saja sambil membaca buku," melihat sang anak semata wayang-nya, bangkit dari duduknya, papa Biru mencegahnya untuk memberikan nasihat tambahan.

"Biru!" panggilan papa nya membuat Biru menoleh menatap sang ayah, tangan-nya menangkap sesuatu yang di lemparkannya ayahnya, sebuah kotak.

"Kalo emang kamu bukan jomblo ngenes, dan sudah ada yang cocok seperti yang di bilang mama-mu, buktikan! Kasih gelang itu ke dia, cewe yang bisa buat kamu penasaran dan rela ngelakuin apapun, bawa dia Papa kasih waktu seminggu sebelum papa berangkat dinas lagi," Ah, sepertinya dia benar-benar kecapekan hingga tidak bisa menjawab tantangan sang papa.

-

Di kamarnya, Biru memandangi gelang yang di berikan papa-nya, dia sendiri tidak tahu kepada siapa gelang ini harus di berikan? Semua orang bilang kalau dia juga cinta sama Kanya, bahkan mama-nya pun yang belum pernah bertemu gadis itu, mengatakan kalau dirinya jatuh cinta dengan gadis itu. Terkadang otaknya juga berpikir hal yang sama dengan oranglain, tapi, entahlah dia masih belum bisa menyakini hati-nya. Entah kenapa perasaan yang ia punya tidak bisa terbaca oleh dirinya sendiri, benar kata orang-orang di luar sana, orang yang cerdas dalam hal pelajaran belum tentu cerdas dalam memahami perasaan seseorang, Apa benar ini karena dia yang menutup hati-nya? Tetapi, dia sendiri tak pernah merasa menutup hatinya.

Biru mengacak-acak rambutnya, duh, kenapa malam ini dia jadi baperan sih? Saat ingin mengambil handphone-nya untuk menghilangkan rasa bosan, dia mendengar teriakkan papa-nya.

"Biru ada, Nano nih!" Biru menggelengkan kepalanya, entah kenapa papa-nya itu selalu memanggil Vano dengan sebutan Nano, membuat Biru segera turun dari kamarnya.

"Vano, om, Vano! Please deh!" Biru bisa mendengar sahutan cowo itu, ini mesti di pisahkan kalau tidak papa-nya dan Vano akan ribut sepanjang masa hanya karena mendebatkan sebuah nama.

Rasa BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang