6: Biru, Vano, Tentang Kanya.

11.6K 1K 62
                                    

"Cewek jatuh cinta karena perhatian, Buat mereka para cewe jatuh cinta adalah hal yang mudah, semudah lo menyelesaikan rumus matematika yang lo suka." Vano


-


Biru memasukkan peralatan sekolahnya ke dalam tas, jam menunjukkan pukul 11, hari ini adalah hari sabtu berarti sekolahnya pulang lebih awal dan Biru sudah membuat janji untuk menonton bareng sama mama-nya, sebagai anak ganteng, pintar, dan tidak sombong Biru tidak boleh absen untuk menemani mama tercinta.

"Biru," suara seorang gadis menghentikan aktivitasnya, Poppy cewek cantik ini, mau ngapain memanggil dia?

"Kenapa sayang?" sebagai cowok ganteng Biru harus selalu rajin tersenyum, maka di berikannya Poppy senyuman termanis yang ia punya.

"Gue boleh pulang bareng lo nggak?" Biru melirik gadis serius tetapi baperan yang berada didepannya.

"Sebenarnya gue mau saja membantu kamu yang sedang kesulitan, tapi, gue sudah janji mau pulang bareng Nyanya-ku yang cantik dan baik hati juga rajin menabung. Jadi, lo pulang bareng Vano aja ya," Vano yang mendengar namanya disebut langsung menyemburkan air yang baru saja ia minum entah milik siapa, Lembayung Awan Biru, untung teman ya allah.

Biru berdiri dan menarik tangan Kanya agar ikut bersamanya, membuat semua orang membuka mulut selebar-lebarnya, hanya Lembayung Awan Biru yang hari ini menjadikan Kanya seolah sosok kekasih dan besoknya menjadi musuh sejati, sekali lagi ditegaskan, hanya Biru yang mampu melakukan hal tersebut kepada Ratu Sekolah yang super serius itu.

--

Biru menoleh kearah Kanya ketika gadis itu melepaskan genggaman tangannya, membuat Biru menatap Kanya tepat di manik matanya, dan dengan otomatis gadis itu mengalihkan pandangannya.

"Bercandain gue, selalu jadi hal yang menyenangkan buat elo, iyakan?" Biru menatap gadis itu dengan pandangan bertanya.

"Tolong, kalo lo emang nggak bisa bertanggung jawab sama perasaan gue, tolong berhentiin jadiin gue tameng untuk melindungi lo dari para penggemar lo!"

"Bukannya sesama teman harus saling membantu? Nyanya lo pasti lagi sakit ya? Makanya agak aneh hari ini," Biru merapikan poni panjang gadis di hadapannya, yang langsung di tepis oleh Kanya.

"Teman? Nggak ada temen yang pegangan tangan kayak tadi, nggak ada temen yang ngaku ke semua orang kalo gue calon jodoh lu, nggak ada temen yang buat panggilan kesayangan buat lawan jenisnya, mungkin lo emang bercanda, mungkin itu menyenangkan buat lo. Tapi, nggak buat gue Biru, bagi gue ada beberapa hal di dunia ini yang nggak bisa di jadiin bercandaan, salah satunya perasaan." Gadis itu meninggalkan Biru yang terpaku, ada apa dengan Kanya?

--

Di malam minggu yang penuh rasa sakit bagi kaum jomblo seperti dia, disinilah Vano berdiri di dalam kamar kekasih sehidup dan sematinya, di kamar Biru yang penuh dengan nuansa Biru dasar Biru sukanya berburu.

"Biru main yuk!" Biru yang sedang membaca bukunya menatap Vano yang kini memasang wajah sok imut-nya, melihat wajah Biru yang dilakukan cowok ini memasang tampang cemberutnya, wajah Biru seakan-akan sedang berkata, tuhan cobaan apa di malam minggu ini harus bertemu Vano?

"Ogah, nggak level." Biru kembali fokus pada bukunya, dan Vano merebahkan tubuhnya di sebelah Biru yang masih membaca buku-nya, Biru dan Buku adalah sebuah satu-kesatuan yang tak dapat di pisahkan, Vano mah apa atuh? Cuma sebuah debu di dalam buku yang langsung di buang begitu saja sama Biru tanpa rasa haru.

"Main ayo, atau nggak gua cium nih?" karena tidak mendapat tanggapan, Vano yang ganteng ini dengan amat sangat terpaksa mendekati Biru, berbaring di sebelah cowo yang masih asik dengan bacaannya.

"Kemana sih emangnya?" Biru menutup buku bacaannya, akhirnya yaallah Biru bisa melihat Vano yang selalu berada di depannya.

"Anterin gue melamar Kanya," Biru menghantam buku miliknya ke kepala lelaki yang tak pernah waras itu,

"Mimpi lo ketinggian bego!"

"Tumben, biasanya lo bilang, Kanya tuh calon jodoh gue! Kenapa lo? Diomelin lagi ya sama Nyanya?" Vano melotot ketika Biru memeluk dirinya, Vano nggak homo Vano suka cewek yaallah.

"Lo tuh mengerti banget ya saat gue sedang galau, gue terharu sekali mendengarnya." Vano menepuk bahu Biru.

"Ini memang jaman-jaman sulit, kesana-kemari cari duit, teman-teman memang pada pelit, niat irit malah cepirit, akhirnya masuk rumah sakit, suster-suster pada sulit." Vano membalas pelukkan Biru, sungguh malam minggu bersama Vano adalah malam minggu yang penuh sekali dengan faedah.

--

Karena kedatangan Vano bagai jelangkung yang tak diundang ini, akhirnya Biru harus menemani Vano bermain di café dekat sekolahnya, setelah mengambil pesanan dan duduk dengan cantik, Vano menatap Biru dengan tatapan yang penuh rasa ingin tahu alias kepo maksimal.

"Jadi, Biru ceritakanlah masalahmu, sebagai pakar cinta sejati dan ketua perhimpunan jomblo abadi gue akan membantu lo untuk menyelesaikan masalah lo,"

"Aamiin, sebagai teman yang baik gue hanya bisa meng-aminkan, semoga lo bisa jadi jomblo abadi."

"Najis amit-amit! Yaallah jangan kabulin permintaan Biru yaallah," Vano meminum hot cappuccino miliknya dan kembali menatap Biru.

"Ceritakanlah pada Vano yang tampan dan pemberani."

"Gue cuman bingung aja, Kanya itu cepat banget ya berubah tingkahnya." Vano melebarkan matanya,

"Apa? Kenapa? Siapa? Dimana? Kapan? Bagaimana?" Biru memukul kepala Vano, nggak malem, nggak siang, nggak ada bedanya otak cowo ini tetap aja bego.

"Masa cuman gara-gara gue narik tangannya, dia langsung marah-marah, dia bilang nggak ada temen yang pegangan tangan, nggak ada temen yang bikin panggilan kesayangan."

"Kalau gue jadi Kanya, gue juga ngomong hal yang sama, dia bener, nggak ada temen yang bilang ke semua orang kalo cewe yang suka sama lo itu calon jodoh lo, nggak ada. Sama kayak lo Gue juga suka bercanda, Tapi, soal perasaan bukan dibuat untuk dijadiin bercandaan. Kecuali kalo lo emang mati rasa, perasaan sama candaan itu nggak bakal bisa nyatu. Kayak gue dan Kanya karena dia terlanjur di labeli menjadi milik elo," Vano meminum cappuccino miliknya dan melanjutkan perkataannya.

"Kanya juga cewek, cewek biasa yang gampang jatuh cinta karena perhatian, buat para cewe jatuh cinta itu hal yang mudah, semudah lo menyelesaikan rumus matematika, dan buat cowok jatuh cinta itu cuman soal waktu yang nentuin, dan kemauan lo sendiri untuk bersatu atau nggak. Kalo lo emang suka sama dia, kejar apa yang mesti lo kejar, gue yakin lo tahu maksud gue, kalo lo emang ngerasa Kanya calon jodoh lo, lindungin jangan biarin siapapun masuk atau sekedar ngetuk pintu hatinya." Hari sabtu ini entah kenapa Biru tak mampu melawan perkataan Kanya tadi siang dan perkataan Vano malam ini.

-

Jam 00.00

Kanya baru akan mematikan handphone-nya ketika notifikasi applikasi chatting miliknya menunjukkan nama lelaki yang paling ingin ia musnahkan dari kehidupan ini. Isi chat tersebut membuat jantungnya berpacu melebihi kecepatan maksimum, matanya terbuka lebar.

L. Awan Biru: kata Vano nggak ada temen yang ngaku-ngaku kalo lo calon jodohnya, jadi mulai hari ini gue akan berdoa dan berusaha agar lo jadi jodoh gue. Sebut nama gue di doa lo ya, Nyanya!

Cowok ini selalu punya cara untuk membuatnya tidak tertidur semalaman.



--

Bersambung...

Author's Note:

Terimakasih udah membaca maaf kalo part ini agak aneh, aku bakal menulis lebih baik lagi kedepannya. mohon dukungannya. dan, kata-kata vano tentang sulitnya kehidupan aku pinjem dari temen ku yang hidupnya sangat berfaedah, makasih ya selvi a.k.a selip.

Rasa BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang