3. Kesan Buruk

3.4K 224 18
                                    

Stupid!!! Gimana bisa gue lupa menanyakan siapa namanya. Gue terus merutuki kebodohan kali ini yang lupa menanyakan siapa nama perempuan berkaca mata cantik itu. Otak gue buntu seketika saat menyentuh tubuhnya tadi. Badannya wangi. Aroma parfumnya manis dan lembut. Gue bahkan masih mengingat dengan baik aroma parfumnya sampai saat ini. Gue menatap kepergian perempuan itu sampai punggungnya menghilang, di balik kerumunan orang-orang yang memenuhi stasiun Gubeng pagi ini. Dia memang nggak se-seksi Heidi Klum, Candice Swanepoel dan para angel's Victoria's Secret yang lain, tapi senyumnya bikin hati gue bergetar. Kosakata gue kenapa ngaco gini, sih--bergetar.

Gue mulai menyusuri stasiun menuju pintu keluar. Gue lihat teman gue sudah datang menjemput. Tangan Revan, teman gue, diangkat setinggi-tingginya supaya gue bisa melihatnya. Gue berjalan menuju ke arah teman gue itu. Dia teman baik gue, Fandi dan Alvin juga semasa kuliah di Jakarta, yang masih tetap akrab hingga sekarang. Dia juga satu-satunya pria yang berani melepas masa lajangnya di antara kami. Kami saling berjabat tangan dan berpelukan ala laki-laki. Logat Jawa-nya masih medok. Revan itu lugu, sederhana dan selalu menjadi incaran Fandi untuk berbuat iseng, karena keluguannya.

Sesampainya di area parkir mobil, gue melihat perempuan di kereta tadi seperti sedang berdebat dengan seorang pria paruh baya dan adik laki-lakinya. Perempuan itu sepertinya menyadari gue perhatikan dari tempat gue berdiri. Nggak butuh waktu lama, dia langsung memasuki mobil SUV putih dan menutup pintu mobil dengan sangat keras, sampai pria paruh baya itu terkejut dan menggeleng kesal karena kelakuannya. Gue terkejut saat Revan menepuk pundak gue, lalu masuk ke dalam mobil sedan milik Revan. Gue terus memikirkan perempuan itu sepanjang perjalanan, apa yang membuatnya sampai kelihatan begitu emosi saat bertemu pria paruh baya itu.

"Apa bener yang diceritain Fandi dan Alvin, kalau kamu lagi nyari cinta sejati, makanya bela-belain naik kereta api ke Surabaya?" tanya Revan saat kami sudah berada di dalam mobilnya.

"Iseng aja, Rev. Gue menjalankan sesuai dengan klu yang dikasih sama wanita itu."

Revan mencibir. "Kamu itu pria metropolitan, tapi kok bisa percaya hal seperti itu? Kamu kan tinggal tunjuk perempuan mana yang kamu mau, jadi ngapain kamu mesti repot-repot percaya hal takhayul kayak gitu?"

"Lo sendiri mutusin nikah, juga gara-gara percaya takhayul gituan kan? Bahagia 'kan lo sekarang!" balas gue.

Gue ingat banget, Revan menerima perjodohan dari Mamanya karena dia diramal oleh peramal nggak jelas saat kami iseng-iseng jalan-jalan di PRJ (Pekan Raya Jakarta) dulu saat masih zaman kuliah. Niat awalnya mau ngecengin SPG yang beredar di sana, sampai Fandi mencetuskan sebuah ide konyol untuk mengerjai Revan dengan membayar seorang peramal agar memberi ramalan palsu untuk Revan. Peramal itu mengatakan kalau Revan tidak menikah sampai usianya 25 tahun, maka dia akan menjadi bujang lapuk alias perawan tua kalau bagi perempuan. Jadilah dia menikah dengan perempuan pilihan Mamanya dan bertahan hingga hari ini. Padahal peramal itu cuma hasil akal-akalannya Fandi yang nggak pernah kapok mengerjai Revan. Ada-ada saja rahasia jodoh yang menurut gue masih menjadi misteri ini.

"Terus kamu ketemu sama perempuan yang dimaksud bu Mayang itu?" Revan berpaling saat mobilnya berhenti karena lampu lalu lintas menyala merah.

"Iya udah ketemu. Bu Mayang nggak bohong," jawab gue tersenyum penuh misteri.

Revan melotot. "Ah, serius kamu? Terus mana sekarang perempuan itu?" tanyanya semakin penasaran.

Gue tergelak menutupi rasa kecewa gue. "Udah pergi. Kata bu Mayang kalau gue ketemu dia tiga kali di waktu yang berbeda, maka bisa dipastikan dia jodoh gue. Ini kan baru ketemu sekali. Jadi, masih kurang dua kali lagi untuk bisa menentukan kebenarannya."

Revan balas tertawa. Gue hanya menatap lurus ke jalanan kota Surabaya yang cukup padat pagi ini. Pikiran gue terus melayang membayangkan wajah perempuan ayu di gerbong kereta tadi.

Love At First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang