BIARKAN AKU PATAH HATI

77 0 0
                                    

Jakarta, Mei 2014, minggu ke-3

Lintang telah menyelesaikan tiga draft untuk tiga lagu yang diberikan oleh Daniel sebelumnya. Ia membacakan ketiga draft itu kepada Daniel saat mereka melakukan pertemuan rutin untuk membahas bagian selanjutnya dalam song book mereka. Kali ini mereka bertemu di A Home karena Lintang sudah berada di sana sejak pagi untuk mengurus kebutuhan A Home untuk bulan depan.

"Kau tahu, mengapa aku menyelesaikan ini cepat-cepat?" tanya Lintang kepada Daniel setelah ia selesai membacakan draft-nya.

"Karena kesepakatan kita untuk menyelesaikan ini selama enam bulan." Jawab Daniel. "Dan ini sudah bulan ketiga."

Lintang menggeleng, "Karena lagumu."

Daniel mengerutkan keningnya, ia mengisyaratkan Lintang untuk menjelaskan lebih lanjut.

"Kau memberikan lagu kepadaku ketika menyelesaikan draft. Itu seperti mendapatkan reward. Tetapi terlepas dari itu, aku menyukai lagumu. Sangat suka. Makanya aku menyelesaikannya cepat-cepat supaya bisa mendengarkan yang selanjutnya. Seperti membaca cerbung, aku penasaran setelah membaca satu bagian. Bagaimana kau bisa melakukan itu?"

Daniel tertawa, "Baru kali ini aku mendengar orang mengatakan lagu-laguku seperti cerbung."

"Jadi, apakah aku akan mendapat lagu lagi hari ini?"

Daniel menggeleng, "Sepertinya aku akan mengubah sistemnya."

"Apa maksudmu?"

"Sebenarnya aku menyiapkan tiga lagu untuk kau copy hari ini. Tetapi aku berubah pikiran. Aku akan meminta managerku mengirimkan satu lagu saja padamu nanti."

"Apa kau sedang bermain-main denganku?"

"Kau mengatakan laguku seperti cerbung. Aku akan membiarkanmu penasaran seperti membaca cerbung." Daniel mengedipkan sebelah matanya lalu tertawa. Lintang hanya melongo dibuatnya. "Dengan begitu aku akan lebih sering bertemu denganmu," Daniel menambahkan.

Lintang mendengus, "Ingin lebih sering bertemu denganku? Apakah kau menjadi penggemarku sekarang?"

Belum sempat Daniel menanggapi candaan Lintang, tiba-tiba Banyu muncul di A Home dengan pakaian kerjanya. Ia langsung menuju meja Lintang dan Daniel begitu melihat Lintang dari pintu masuk.

"Mengapa kau di sini?" tanya Lintang. "Ini belum jam pulang kerja."

"Kau tahu ini jam berapa?" Banyu balik bertanya.

Lintang pun melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 3 sore. Ia teringat membuat janji dengan dokter kandungannya pada pukul 4. Jika tidak pergi sekarang, maka ia akan terjebak macet dan terlambat sampai di sana.

"Thanks for reminding me," kata Lintang yang segera menata kertas-kertasnya. Daniel memasang wajah bingung melihat hal itu. "Maafkan aku, Daniel. Aku ada janji. Aku harus segera pergi."

"Dengannya?" tanya Daniel seraya menoleh kepada Banyu. Daniel tidak bisa menyembunyikan tatapan menantang dari sorot matanya ketika menatap Banyu. Banyu pun tidak suka dengan tatapan Daniel, rasanya seperti mengancam.

"Bukan, bukan dengan dia. Aku ada janji dengan butik." Jawab Lintang sekenanya, kemudian ia menoleh heran kepada Banyu. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Kau lupa kalau memintaku mengantarmu?"

"Tapi aku tidak..."

"Kau memintaku mengantarmu." Banyu memotong perkataan Lintang. Ia menatap tajam ke mata Lintang, memintanya untuk menyetujui apa pun yang dikatakannya.

Our TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang