31. Ya, Cinta Itu Pilihan (b)

1.3K 171 12
                                    

3

Mata adalah jendela jiwa. Ungkapan klise itu benar-benar Maya sadari maknanya ketika ia hanya melihat kehampaan di sana. Ibu tidak mengenali sekelilingnya. Tidak mengenali dirinya. Tidak mengenali semua orang. Maya kehilangan Ibu yang belum lama ia temukan. Tetapi ia bersyukur pernah menemukannya. Kerinduannya terpenuhi bahkan dari tatapan kosong itu. Perasaan memiliki ini begitu besar sampai-sampai Maya menolak beranjak dari sisi Ibu, Juno tak mampu membujuknya. Maya merasa haknya sama besar dengan Juno untuk mendampingi Ibu terus. Setiap saat. Berharap agar kesadaran itu kembali. Namun Ibu wafat tiga hari kemudian, tanpa perubahan kondisi.

Juno benar-benar terpukul, sementara Maya merelakan kepergian Ibu tanpa sesal. Maya pikir, Ibu sudah berpamitan jauh-jauh hari dengan caranya sendiri. Seakan tahu waktunya tidak lama lagi, Ibu sudah melakukan segala yang perlu dilakukannya untuk Juno. Permintaan-permintaannya yang terdengar aneh waktu itu kini terasa masuk akal. Ibu wafat dengan tenang. Begitu menurut Maya.

Ketika Maya mengatakan itu kepada Juno, ia hanya mendapatkan gelengan. Ada satu permintaan Ibu yang belum Juno laksanakan. Membawa calon istri. Itu menjadi beban tersendiri untuknya. Maya ingin menceritakan percakapan terakhir dengan Ibu. Bahwa Ibu sudah tenang karena tahu ada gadis yang mencintai Juno apa adanya. Dirinya. Tapi kalaupun ada kesempatan untuk membicarakan itu dengan Juno, Maya terlalu malu. Sejujurnya, ia menjawab pertanyaan Ibu hanya untuk menenangkan hatinya. Saat itu, ia masih bingung. Masih memikirkan Geo. Bukan penghiburan yang bagus bagi Juno.

Jadi Maya memilih diam, membiarkan Juno dengan penyesalan, memberinya waktu untuk berdamai dengan diri sendiri. Maya hanya tidak menyangka Juno perlu waktu begitu lama.

Setelah pemakaman Ibu, Juno menjauh dari semua orang yang menyayanginya. Dari Bunda Wulan, dari adik-adik, darinya.

Sudah sebulan ini, Juno mengubur diri dalam tumpukan pekerjaan di studio. Maya harus bersusah payah menahan diri untuk tidak meneleponnya. Satu-satunya yang bisa ia lakukan agar tidak meledak dalam kecemasan adalah menelepon asisten Juno. Mengganggu mereka dengan pertanyaan yang sama setiap kalinya. Bagaimana Juno? Sudah makan? Tidur jam berapa? Bangun jam berapa? Apa lagi yang dikerjakannya sekarang? Katakan padanya ia menelepon. Oh tidak, tidak usah. Jangan bilang-bilang. Tolong telepon kalau ada apa-apa. Maksudnya, kalau Juno kelihatan sakit atau apa. Terima kasih.

Mereka tidak pernah meneleponnya. Jadi, Maya mengasumsikan Juno baik-baik saja. Ia tekan perasaannya ke dasar hati. Ia tumpuk dengan segala urusan harian, tetek bengek, yang sengaja ia cari-cari. Maya menjadi super sibuk untuk menghindari duduk diam. Karena begitu ia tidak melakukan apa-apa, ia memikirkan Juno. Memikirkannya dengan hati teriris-iris kerinduan. Bahkan menunggu lampu hijau di persimpangan menjadi momen menyesakkan dada. Maya tahu sekarang, selalu ada alasan mengapa orang senang sekali memencet klakson, meskipun situasi lalu lintas tidak menuntut klakson dibunyikan. Maya sering melakukannya akhir-akhir ini, untuk mengalihkan pikiran dari Juno.

Di malam hari, Maya membaca sampai tertidur. Bentuk pertahanan diri yang biasanya ampuh. Namun tidak kali ini. Maya sudah meletakkan novel satu jam lalu dan berbaring nyalang menatap langit-langit. Memikirkan Juno dan hari-hari yang dilalui tanpanya. Maya mulai marah. Mulai bertanya-tanya, apa salahnya. Apakah perasaan Juno terhadapnya sudah berubah?

Ponsel di atas meja bergetar. Maya bangkit dengan enggan. Sudah terlalu sering ia kecewa setiap kali berharap panggilan itu dari Juno. Benar saja, bukan dari Juno. Tapi Geo. Maya terkesiap, buru-buru mengangkatnya. Terakhir mereka bertemu saat pemakaman Ibu. Tak banyak berbicara. Nyaris tak ada pertukaran kata kecuali ucapan bela sungkawa.

"Hai Geo," sapanya, meneguk ludah. Rasanya janggal kalau ia menanyakan kabarnya sekarang. Ia telah mengecewakan Geo. Ia telah mematahkan hatinya. Apa yang bisa ia harapkan darinya? Tetap ceria seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka?

Pangeran Bumi Kesatria Bulan (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang