Ia meraba tempat tidurnya mencari benda pipih yang setiap saat selalu ia genggam. Ia mengkerutkan keningnya setelah melihat pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Anaya menatap gawainya cukup lama, sebelum akhirnya melemparkan benda pipih itu kesembarang arah tanpa berniat membalas pesan masuk tersebut.

Pagi hari------------

Sinar matahari pagi sudah menghiasi SMP Merah Putih. Semua berjalan santai menuju kelas masing-masing, begitu juga dengan Anaya. Langkahnya terhenti ketika jalan koridor yang ia lewati di hadang oleh Riki.

Anaya menghela nafas dengan kasar " Ngapain lagi?," katanya seraya memalingkan wajahnya yang malas melihat Riki.

" Perjanjian kita." Balasnya

" Apa?!"

" Selesai kelas, ketemu di kantin ya," Kata Riki dengan lembut seraya merogoh saku celannya mencoba mengeluarkan benda pipih miliknya.

" Pesan saya kenapa gak dibelas?," tanya Riki.

Anaya menoleh kaget " Oh ini dari lo? dapaet nomor gua dari mana lo?!."

" Ciki komo," balasnya seraya pergi dari hadapan Anaya.

Anaya mengkerutkan keningya " Gak jelas lo." kemudian ia pun berjalan kembali menuju kelasnya.

Suasana kelas pagi ini cukup ramai. Mendadak semua anak-anak yang terkenal malas dikelas pun ikut datang lebih awal. Anaya yang merasa bingung dengan situasi sekarang, berniat untuk bertanya kepada tteman-temannya " Ini ada apaan sih?," tanya Anaya penasaran.

" katanya sih, semua ujian praktek bakalan diselesaikan sekarang."

" Hah, serius?," jawab Anaya tak percaya.

" iya."

" Apa aja sih sekarang?."

" Bahasa Inggris sama SBK aja sih, udah itu aja"

" thanks ya." Jawab Anaya seraya menepuk pundak temannya itu.

Anaya terdiam sejenak, ia baru ingat bahwa ia sudah mempersiapakan ujian Bahasa Inggris dari jauh-jauh hari. Jadi jika pun ujian itu akan dilaksanakan hari ini, Anaya sama sekali tidak keberatan.

Ia menghela nafas lega " Untung aja gua udah hafal." Katanya seraya tersenyum kegirangan.

Baru saja Anaya hendak keluar dari kelasnya, tiba-tiba Riki menghadangnya " Nanti malam saya ke rumah."

Satu kalimat yang keluar dari mulut Riki tadi berhasil membuat Anaya melongo. Laki-laki itu benar-benar aneh. Tingkah laku dan sifatnya sama sekai tidak bisa ditebak.

Baru saja beberapa langkah Riki pergi dari hadapan Anaya, ia kembali menoleh menatap Anaya yang kebetulan juga sedang menatapnya.

" Gak jadi ketemu dikantin ya. Sekarang kan udah ketemu," Katanya seraya tersenyum tipis ke arah Anaya.

" Aneh."

Satu persatu siswa kelas sembilan di panggil kedepan kelas untuk menyelesaikan ujian praktek mereka. Pada mata pelajaran Bahasa Inggris, mereka harus menghafal langkah-langkah membuat jus dengan menggunakan bahasa inggris dan sekaligus mempraktikannya.

Detik berubah menjadi menit, menit berubah menjadi jam. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 siang, jam pulang sekolah. Semua siswi berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing. sebagian dari mereka menginginkan untuk segera sampai ke rumah, agar bisa mengistirahatkan tubuh dan otaknya yang dalam seharian ini digeluti oleh tuntutan ujian praktek yang dipercepat. Sebagian lagi memilih untuk merefresh otaknya dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.

Dalam Diam (REVISI)Where stories live. Discover now