BAGIAN 4

8K 328 3
                                    


Jam sudah menunjukkan pukul 14.00, Anaya melirik jam tangan yang melekat di tangan kirinya berulang kali. Sudah 30 menit ketika bel pulang sekolah di bunyikan, Zidan kakaknya itu belum terlihat akan menjemputnya. Siswa dan siswi yang juga turut duduk di depan TU untuk menunggu di jemput pun satu persatu pergi. Kini , hanya Anaya seorang diri.

Suara klakso yang berbunyi dengan suara yang begitu nyaring pun berhasil menyapa dan menerobos masuk kedalam gendang telinganya. " Mau bareng nggak?."

Anaya mengkerutkan keningnya, tak percaya. " Lo ngomong sama gua?.''

" Mau bareng nggak?," tanyanya sekali lagi.

Anaya terlihat sedang berpikir, menimbang ajakan Riki. " Tunggu lima menit lagi ya. Gua takut abang gua jemput," pinta Anaya.

Riki pun mengiyakan perkataan Anaya.

Sudah lebih dua menit dari apa yang Anaya sampaikan tadi. Zidan masih belum terlihat batang hidungnya sama sekali.

" Mau nunggu berapa menit lagi?," tanya Riki mulai kesal.

" bentar ya, lima menit lagi," pinta Anaya seraya memainkan gawainya cemas.

Peraturan yang diterapkan di sekolah Anaya tidak diperbolehkan untuk membawa gawai. Tapi Anaya sengaja menitipkan gawainya kepada ibu kantin yang sudah menjadi langganannya sejak dulu , untuk mengabari Zidan bahwa ia akan pulang lebih cepat atau tidak.

" Saya duluan ya."

Anaya mengangkat kepalanya dari gawai miliknya itu. " Ikut," katanya dengan manja.

Riki yang wajahnya sudah tertutup rapi dengan helm pun tersenyum mendengar jawaban dari gadis cantik itu.

Tidak ada pembicaraan yang keluar dari mulut keduanya. Mereka sedang sibuk dengan pikiran masing-masing. Riki yang sedang sibuk fokus menatap kedepan, dan Anaya yang sedang fokus dengan gawainya untuk memberikan kabar kepada kakaknya.

Anaya menghentikan aktivitasnya ketika deru motor Riki berhenti tepat disebuah masjid. Anaya yang sejak tadi masih merasa bingung pun sama sekali tidak berniat turun.

" Turun," pinta Riki.

" Ada acara sosialisasi, ki?," tanya Anaya seraya turun dari motor.

" Udah masuk waktu asar."

Anaya dengan cepat langsung menatap Riki " Gua mau pulang."

" Sholat dulu."

" Gua bayar deh, tapi sekarang pulang" kata Anaya.

" Selesai sholat. Saya mau dibayar." Ujar Riki seraya berjalan santai meninggalkan Anaya yang masih mematung menatapnya.

Dengan pasrah , Anaya pun mengikuti apa yang menjadi kemauan Rki.

Gadis itu berjalan dengan sangat malas, terlihat dari raut wajahnya ia sangat kesal dengan Riki. Akhirnya , dengan perasaan setengah hati, Anaya pun melaksanakan kewajibannya untuk sholat asar.

Setelah selesai, Anaya pun bergegas untuk menemui Riki. Betapa terkejutnya Riki ketika melihat Anaya tanpa sehelai kain yang tadi menutupi rambutnya itu.

Dengan santai, Anaya malah sengaja memainkan rambut panjanganya itu " Cantik kan?," ucapnya seraya tersenyum manis ke arah Riki.

" Jelek," Jawab Riki dingin. Cowok itu lalu langsung memakai helm nya dengan cepet tanpa mempedulikan Anaya, sontak emosi Anaya terundang oleh sikap Riki.

" Lain kali hijabnya jangan di lepas tutup gitu, bisa?," ucapan Riki berhasil membuat Anaya mengkerutkan keningnya seraya tertawa.

" Lo siapa gua? Ngatur-ngatur gitu!!," balas Anaya sinis.

Dalam Diam (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang