3. Saatnya Menjalankan Ide Jahil!

1.4K 57 0
                                    

     Roshni tersenyum. Ya, apa yang dikatakan oleh kakaknya itu ada benarnya. Kakak Noor yang pandai. “Ide lu lumayan bagus, Kak.”

Thanks. Gimana? Lo setuju, kan?”

Roshni tersenyum lebar, menganggukan kepalanya. “Iya, Kak, gue setuju, kok.”

Noor tersenyum sembari menepuk pundaknya lantaran senang akan adiknya yang menyetujui usulannya. Ia berniat mengakhiri cobaan terbesar dan terburuk yang dialami sang adik saat ini, juga berniat menyatukan mereka jika faisal benar-benar mencintai adiknya.

“Anak pinter! sekarang lo balik lagi ke ruangan Bos Faisal dan setujui apa yang dia tawarkan. Oke?”

“Oke-oke.”

Noor Mengusapkan kepala Roshni beberapa, tersenyum menyeringai kuda. Berharap rencana ini benar-benar berhasil, tak ada halangan sedikit pun. “Bagus! Anak pinter! Jalani apa yang gue sarani tadi, dan jangan sampe dia curiga. Sekali lagi paham?”

“Oke, Kakak Noor yang bawel,” turut Roshni, mengacungkan jempolnya, kemudian pergi dari ruang kerja Noor untuk menemui bos Faisal yang menyebalkan ini.

_____

     Sesampai di depan pintu ruangan boss Faisal, gadis ini menghela napasnya yang panjang-panjang, akan memegang gagang pintu untuk membuka pintu. Namun, itu digagalkan oleh salah satu kariyawan yang bekerja, tak lain adalah Jannat yang kebetulan lewat di sekitar jalan ruangan boss menuju ke ruang sebelah.

“Awas ntar diperkodok lu di dalam. Kan mampus jadinya. Boss Faisal itu tukang mesum,” ujar Jannat, melewati ruas jalan.

Perkataan Jannat membuat semangat Roshni hilang lagi. Takut menemui boss itu. Hanya tersenyum melihat Jannat pergi. Tapi, tiba-tiba ...

‘Cit. Cit. Cit.’

Roshni mendengar suara hewan berkecit. Suaranya tak asing lagi baginya. Ya, benar ini seperti ... apa itu tikus? Binatang kecil itu menghampirinya. Roshni tersenyum lebar, menunduk sembari berdudak kala melihat binatang kecil itu. Semangat Roshni yang hilang tadi antusias datang kembali sejak karena binatang itu datang.

“Tikus putih!” gunam Roshini menyeru, senang. Secepat kilat ia tangkap binatang gemas ini yang hendak melarikan diri darinya.

Berhasil.

Gadis ini tersenyum menyeringai kuda saat memandang binatang gemas ini. Ia pun mulai berakting di hadapan hewan mungil yang dipegangnya dengan wajah melas. “Wahai tikus, aku senang kau datang. Kau datang di saat yang tepat! Oh Tuhan, terima kasih atas ini! Wahai tikus, tolong bantulah aku sekali ini saja. Boleh, ya? Selepas itu, aku memberimu keju untuk kaumakan.”

Roshni berdiri sambil memandang tikus itu. Sekali lagi, berharap rencana ini berhasil dan membuat bos itu kapok akannya.

“Oke, tikus, marilah kita bermain dengan kucing,” gumam Roshni. Setelah itu, ia memasukan tikus tadi di sakunya,
kemudian ia mengetuk pintu ruang kerja Faisal.

_____

     Saat Faisal sibuk menulis persentase penting, tiba-tiba terdengarlah suara ketukan pintu yang pastinya itu ketukan pintu dari seorang Roshni.

“Masuk! Pintu nggak gue kunci!”

Roshni membuka pintu, masuk ke dalam ruangan Faisal, kemudian menutup, mengunci pintunya dari dalam. Sepertinya ia mulai menjalankan ide dari kakaknya. Dimulai dari ide Roshni berjalan sexy yang berlenggak-lenggok. Faisal tak tahan. Melihat gadis itu dengan epreksi bengong sambil menelan salivanya. Hm, sepertinya darah mesum akan birahinyanya mulai naik amat tinggi.

“Ada apa, Sayang?” desah Roshni.

“Roshni, kau ....” Pria ini terus menahan nafsunya.

Roshni berdiri di hadapan pria itu. mengibas-ibas rambutnya, kemudian mendekatkan wajah Faisal sambil menatapnya amat dalam.

“Faisal sayang, Faisal mau ini, hm?”

Tegang. Faisal menganggukan kepalanya. “Roshni ..., serius?”

“Yup.” Roshni mengulurkan tangannya. “Pegang tanganku kalo kamu mau.”

Faisal pun tersenyum. Luluh. Bahagia melihat Roshni yang menawarkan sebuah uluran tangan pada dirinya. Akhirnya ia menggenggam jemari gadis itu dengan senang hati.

“Bagus, Sayang. Aku suka apa yang kamu lakuin ke aku,” lirih Roshni, menggoda. Ia tersenyum, menarik tangan Faisal yang tak lama kemudian menyenderkannya di tembok sembari menatapnya sangat dalam. Mulai membelai pipi pria itu, dan membuat gairah sang pria mulai meluap.

‘Cup.’

Roshni mencium bibir Faisal sejenak. Namun, antusias Faisal menekan kepala gadis itu untuk melanjutkan ciuman pertama mereka serta memperdalam.

Sial, gagal rencana gue. Roshni terpaksa membalas ciuman itu.

Faisal melumat, sesekali menggigit bibir Roshni secara lembut sambil memegang kedua pipinya. Ciuman yang indah. Aku suka ciuman ini. Mereka berdua tak pduli karena adanya CCTV yang mengintainya.

_____

    Di ruangan pekerja, ratusan kariyawan yang tengah bekerja pun berbondong-bondong menonton Roshni–Faisal berciuman di ruangan bos melalui televisi yang melekat di atas tembok dengan gambar kualitas CCTV amatir. Mereka menonton dengan berbagai macam reaksi; ada yang ketawa, iri, bahkan cemburu oleh puluhan para gadis yang sedang bekerja. Sementara di sisi Noor Walia, heran serta bingung apa yang terjadi di sana. Berjalan menuju tempat orang ramai.

Noor memaksakan diri untuk maju ke depan dan menyuruh orang-orang bergeser memberinya lintasan.

Ahmak!

Noor kaget saat melihat aksi Roshni–Faisal berciuman di televisi bergambar CCTV itu. Heran sampai menepuk jidatnya.

“Adoh, Roshni, sebenarnya lu tuh cernain atau gak, sih, apa yang gua bilang di otak lu itu?! Bukan itu maksud yang gue bilang barusan! Hadeh, bego banget sih lo!”

_____

    Itu membuat Roshni membuka mulutnya sampai akhirnya lidah Faisal berhasil masuk ke dalam mulut gadis itu. Faisal mulai mengabsen semua isi mulut itu, lalu bermain lidah, sedangkan Roshni-lah yang mulai membalas permainan itu dengan cara yang kasar dan sentak Raisal kehabisan napas.
Akhirnya terpaksa mereka hentikan ciuman itu.

Roshni tersenyum, menatap Faisal tajam.

“Apa lo puas sekarang?” Roshni menahan emosi.

“Belum, karena lo belum terima tawaran gue.” Faisal tersenyum memandang gadis itu. Ah, itu ciuman yang benar-benar keren! Nanti kalau gadis itu berhasil jadi istrinya, ia akan meminta lebih dari ini.

“Oh, ya?”

“Kan lu juga yang minta. Nggak jadi?” Faisal mengernyit.

“Oh, iya juga, ya. Gue hampir lupa.” Roshni membalikan badannya dri hadapan faisal.

“Gimana?”

“Oke, gue terima. Tapi sebelum itu ...” Roshni pun mengeluarkan tikus dari sakunya, kemudian meletakan tikus di meja.

Kebahagiaan Faisal pun rusak kala ada tikus yang di meja berjalan-jalan. Ya, dirinya memang geli terhadap tikus tersebut.

“Ti-ti-ti ....”

“Tina Toon ...” Roshni kemudian berlalu dari ruangan Faisal dengan santainya. Bangga. Serasa dirinya seorang pahlawan yang keren tengah berjalan mendepani yang belakang tengah berkobaran si jago merah.

“Bukan, Pe'ak! Itu tikus!” teriak Faisal dari dalam.

Alangkah bahagianya dengan apa yang Roshni lakukan. Menurutnya, Faisal pasti kapok dengan ini. Di depan ruangan Faisal, Roshni tersenyum, kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

______

The Proviso [SEGERA DIREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang