|| Italian Sausage Soup

1.5K 163 72
                                    

Semangkuk sup hangat dengan irisan berbagai sayur yang tumbuh di musim gugur dan musim salju, dipadu dengan kaldu dan saus. Ah, jangan lupakan parutan keju parmesan di atasnya.

Bukankah itu pulihan yang tepat untuk musim dingin seperti ini?

A-Ah, maksudku selamat menikmati!

<==>

... Waduh, waduh, waduh.

Tuhan memang tahu kalau kita sedang kesusahan. Tuhan memang tahu kalau kita butuh bantuan.

Hei, bagaimana tidak? Seorang pria tampan dengan senyum manis yang membuat semua perempuan tergila-gila melebihi obral baju diskonan muncul di depanku.

Memang berlebihan, tapi, dude, seriously, aku ini jarang melihat lelaki yang elok dan gagah.

"Uhm ..., kau baik-baik saja ....?"

Aku tersentak, "Oh--oh, ya, ya! Aku tidak apa-apa!"

Sedari tadi aku diam dan menatap wajahnya dengan tercenang. Tentu saja ia terganggu dengan itu, aah, aku ini perempuan macam apa--

Lelaki itu tersenyum, lalu ia sedikit menggerakan tangannya yang terjulur. Oh, iya, sejak tadi aku hanya mengabaikan ajakan tangannya yang terbuka untuk membantuku berdiri. Aku meraihnya, lalu mengucap terima kasih. Pria itu mengangguk, memiringkan kepalanya sebesar 25 derajat, lalu tertawa renyah. "Dingin ..., ya?"

I-I-I-Ikemen da--!

"Makasih, anu ...,"

"Isogai. Isogai Yuuma," ucapnya. Lengkungan tipis tak luput hilang dari wajahnya. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku kedinginan .... Maaf ya, sembarangan neduh di sini, hehe."

Mata Isogai terbelalak, lalu ia menggelengkan kepalanya, "Tak perlu khawatir soal itu. Malah, lebih baik kau masuk ke dalam daripada di luar sini ..., yang ada dinginmu malah tambah parah."

"Boleh?" tanyaku, "Aku takut mengganggu pelanggan di dalam, apalagi aku tak punya cukup uang untuk pesan makanan."

"'Gak apa-apa kok. Selagi sepi, dan soal makanan, biar aku yang traktir."

Mataku membulat. "O-Oh ...?"

MAKANAN GRATIS!

Ah, tapi aku ingat kata Ibu ... jangan sembarangan ikut sama orang asing yang tak dikenal ....

Sekali lagi aku tatap pria itu. Hng ... wajahnya baik, sama sekali tidak terlihat mencurigakan. Dia juga sepertinya anak yang terdidik dan seumuran denganku. Ditambah lagi rupa tampannya dan iringan gratisnya.

Ibu ..., tapi orang asingnya baik dan ganteng 'gak apa-apa, kan?

Aku menatap ke samping, malu-malu menjawab, "O-Oke, deh kalau gitu ...."

Isogai tergelak sekali lagi sebelum membukakan pintu kaca ber-frame hitam yang ada di belakangnya.

"Wo-woah ...."

Di sini hangat!! Sungguh bukan kafe yang buruk meskipun tak ada free wi-fi seperti kafe yang ada di kota besar, tapi lumayan, deh.

"Ahaha, silakan pilih mau duduk di mana."

"Eh, iya!" Antusias, aku memilih tempat duduk yang paling dekat dengan penghangat ruangan. Untung sekali belum ada yang duduk di sini. Maklum, sih, pengunjung cuma ada empat orang lagi selain aku.

"Isogai, betul nih 'gak apa-apa ...? Aku 'gak bisa bayar, lho ...." Lagi-lagi aku memandangi muka Isogai. Khawatir dan tak yakin.

Ia hanya tertawa dalam membalasnya. "Aku sudah bilang, kan? Tak usah khawatir. Kalau aku traktir satu orang saja, kafe ini tak akan bangkrut, kan?"

Ansatsu Kyoushitsu X Reader Oneshots (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang