1. Lamaran Kerja

3.9K 97 7
                                    

       Di sebuah rumah yang bisa dibilang mewah tapi sedang, hiduplah gadis bernama Roshni Walia. Ia telah lulus universitas perkantoran. Meskipun begitu, ia malas mencari kerja. Untuk apa kuliah kalau ujung-ujungnya malas bekerja? Bahkan setelah tamat kuliah, Roshni menjadi orang yang tomboy, pemalas, kerjaannya duduk di sofa dan menonton televisi sambil makan kripik kitela. Karena hal itu, ibunya Roshni sampai heran melihat kelakuan putrinya yang bisa dibilang pemalas.

Ibunya menggelengkan kepala karena heran melihat Roshni. “Ya ampun Roshni! Sampai kapan kamu kaya gitu? Hah!”

“Nggak tahu.” Roshni menjawabnya santai, makan keripik. Matanya terfokus pada gambar televisi.

“Cari kerja sono!”

“Di mana, Mak? Sekarang mah cari kerja susah banget. IPK aja kecil, gimana mau cari kerja?”

“Di mana aja. Kan gak semua nyari yang susah!”

“Alah, males.” Roshni memanyunkan bibirnya.

Tak lama kemudian, Noor—kakaknya Roshni—pulang dari kantor. Ia berdiri di depan pintu dan melepas sepatunya, kemudian meletakkannya di pinggir pintu. Setelah itu, ia pun berlari dan memeluk ibunya.

“Emak sayang, Noor pulang ...! Muah ... muah ....” Noor mencium gemas pipi ibunya.

“Aduh, sudah ... sudah, jangan peluk! Emak you nanti penyet!” Ibu Walia merasa sesak karena putrinya yang paling tua itu memeluknya semakin erat.

“Hehe, maaf.” Akhirnya Noor melepaskan pelukan itu.

“Lebay banget sih kalian!” Roshni menggerutu. Mengunyah keripik itu dengan kasar.

Noor melihat adiknya yang lagi cemberut duduk di sofa sedang menonton televisi, kemudian ia menghampirinya dan duduk di samping Roshni, sedangkan ibunya pergi ke dapur untuk memasak.

“Roshni ...,” sahut Noor dengan nada merayu. Roshni tidak mendengar sahutan kakaknya. Noor pun menyenggol lengan adiknya supaya gadis itu menoleh pada kakaknya.

Roshni merasa terganggu, akhirnya menoleh pada sang kakak. “Apaan sih, Kak?!”

“Lu kenapa sih, Beb? Dari semenjak lu lulus, lu jadi gitu mulu. Betek, udah gitu burik lagi. Ih, jelek!” cibir Noor pada Roshni.

“Ck, biarin.” Roshni tak mau kalah.

“Oh, oke. Ceritain aja dah kenapa lu kayak gini?”

“Kepo.”

“Ngeselin banget nih anak!” gerutu Noor.

“Kakak juga!” Roshni menjulurkan lidahnya, kemudian mengalihkan pandangan dari sang kakak.

Suasana hening sejenak.

Noor menghela napas panjang, tersenyum pada sang adik. “Btw, gue punya kabar bagus buat lu, Beb. Tuh kabar pasti cocok dah buat lu!”

“Apaan?” tanya Roshni tanpa memandang wajah kakaknya.

“Gini, bos di kantor kakak sedang nyari sekretaris katanya. Mungkin, lho, ya.”

“Terus?”

“Kayaknya pas banget deh kalo lo dapat di posisi itu.”

“Beneran?” Roshni mulai bersemangat.

“Yup ...!”

“Anjaay, keren! Di mana itu?”

“Nggak jauh. Di belakang toko roti punya Bu Ilah itu, lho! Tahu, kan?”

“Oh, di kantor mewah itu, kan?”

“Iya.”

“Oh ... iya, iya.” Roshni mengangguk cepat. “Hm, siapa boss-nya?”

The Proviso [SEGERA DIREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang