[Part 3]

396 51 32
                                    

Fanartnya itu beneran ada fotonya. Foto Qianxi buat cover T Magazines khusus bulan Mei 2017. Uh dasyat ni anak. Ibarat cabe tuh lagi pedes-pedesnya gitu deh. *apa ini? 😶

Perih yang dirasakan Amanda ditubuhnya memang mengganggu. Tapi perih dihatinya lebih menyakitkan untuk dirasa. Dia terbangun saat hari sudah gelap. Mahesa sudah tidak ada dikamar. Mengenakan pakaiannya kembali sambil sesekali meringis, ia menyadari ada noda yang mengotori bedcover Mahesa. Ia menghela napas panjang dan perlahan. Dulu ketika kuliah, beberapa temannya bercerita tentang betapa indah dan nikmatnya hubungan antara wanita dan pria. Tapi yang dirasakan Amanda sekarang justru sebaliknya. Seluruh tubuhnya seolah remuk redam. Beberapa bagian justru perih. Dan sumpah, dia tidak ingin mengalaminya lagi. Ia membongkar bedcover Mahesa, membawanya ke ruang cuci lalu mengganti dengan yang baru. Melihat noda yang begitu kentara membuatnya merasa tidak nyaman. Dia masuk kekamarnya, mengunci pintu, dan akhirnya menumpahkan airmata yang sejak tadi ia tahan. Ryshaka sialan. Umpatnya dalam hati.

***

"Kamu... Luka?"

"Hah?"

Mahesa mengambil tempat duduk berseberangan dengan ibunya.

"Acil Jannah bilang sepraimu berdarah, Mahesa."

"Darah? Seprai? Apaan? Aku gak..."

Sial.

Mahesa menatap ibunya tak yakin. "Darah mama bilang?"

"Iya. Barusan acil Jannah telepon. Dia panik. Kamu gak ada dirumah dan ada darah disepraimu." Namun sejurus kemudian. "Kamu..."

"Gak." Geleng Mahesa.

"Gak apa? Mama belum ngomong."

"Apapun yang mama pikirkan."

"Mama belum ngomong apa yang mama pikirkan, Mahesa." Wanita itu mencondongkan tubuhnya kearah sang putra. "Kamu... Tidur sama Manda? Siang-siang?"

"Astaga, mama!"

"Ya sudah kalau gak kenapa kamu heboh sih." Michelle kembali ke posisinya. "Mama pikir sudah semalem, eh tahunya..." Ia mengulum senyum. "Aduh acil Jannah tua-tua gitu masih aja katrok. Atau... Aaah... Dia sengaja kali ya."

Mahesa sudah tidak mempedulikan ucapan ibunya. Dia sibuk merutuki kejadian pagi sampai siang tadi. What the hell were you doing, Mahesa Toeweh!!! Dia tidak punya pengalaman dengan perawan sebelumnya. Dia pikir ekspresi kesakitan Amanda dikarenakan dia terlalu bersemangat menghajar wanita itu. Berjam-jam, nonstop. Tapi... Ternyata...

"Sudah.... Nanti bisa dilanjut lagi kalau sudah pulang. Pantas saja Manda gak ikut. Gak taunya kamu bikin tepar ya."

Mahesa gagal fokus. Dia sudah dihadapkan pada bayang-bayang mengerikan. Dia takut Amanda hamil. Oh sialan! Dimana kamu taruh otakmu, Mahesa? Untuk apa gelar magister dibelakang namamu?? Bisikan dalam kepalanya bersahut-sahutan. Dia bisa gila.

***

Membayangkan akan bertemu Mahesa saja sudah membuat Amanda gentar. Ia tidak keluar kamar sepanjang hari. Malam tadi pun saat acil Jannah memanggilnya untuk makan malam, Amanda beralasan tidak lapar dan ingin langsung tidur saja. Apakah malam ini dia juga akan mengatakan hal yang sama? Atau meminta acil Jannah membawakan makanannya ke kamar seperti tadi pagi?

Ini hari Senin, tadi pagi acil Jannah bilang Mahesa pergi untuk mengurus beberapa berkas. Mungkin akan pulang sedikit malam. Apa sebaiknya dia keluar saja? Amanda menimbang keputusannya seraya mondar-mandir didalam kamar. Lagipula sepertinya Mahesa belum pulang. Dengan nekad, Amanda keluar dari kamarnya, mengendap-endap ke dapur. Mengeluarkan beberapa jenis buah dari dalam kulkas dan meletakkan kedalam mangkuk besar.

9. FLARE [Jackson Yi]Where stories live. Discover now