Part 10

179 19 10
                                    

"Hah?" Bagai serasa jatuh ke piring rahang Laila setelah mendengar kata-kata yang diucap oleh Darian.

Pulang sana? Dua kata bermakna apa itu? Jadi tampaknya, sehabis dari tempat ini dirinya harus menyiapkan mental untuk pulang seorang diri!

Laila keliru! Dia sangat keliru! Bukankah tadi tante Anita sudah memberikan dia amanat untuk mengantarkanku dengan selamat sampai ke rumah? Apa dia tuli? Atau... sudah hilang ingatan? Bagaimana bisa dia dengan mudahnya mengatakan itu?

Begitu Laila tersadar dari alam ketidakpercayaannya, dia sudah tidak melihat adanya kelibat wujud Darian lagi. Laju kepalanya memandang ke kiri dan kanan, dari jauh terlihat punggung Darian yang sudah mulai mengecil dan perlahan hilang dari pandangan. Ya Allah... sampai hati dia meninggalkanku seorang diri...

"MAMBARI MUAR!! Dasar kada ba akal! Urang gila! Tikar purun! "

Laila berteriak lalu mengomel sepanjang jalan sambil menenteng sepatunya. Kalau saja ini bukan sepatu berhak, pasti kakinya tidak akan sesakit ini. Nonsense! Bagaimana bisa, seorang lelaki menyuruh perempuan pulang sendirian malam-malam seperti ini? Tanpa uang dan petunjuk arah. Sendirian berjalan di jalanan sepi. Ponsel? Jangan pernah tanyakan dia, benda itu tergeletak apik di laci kamar rumah tante Anita! Oh mama oh abah, apa yang harus anakmu ini lakukan? AHMAD DARIAN tunggu saja kau.. Begitu aku sudah jadi istrimu, akan ku smackdown lalu ku goreng kau tanpa ampun!!

Laila berjalan. Berjalan.. dan terus berjalan.

Ya Allah.. ada di mana aku ini?

Bulu kuduknya tiba-tiba saja tegak menjulang ketika menyadari dirinya sedang melewati area komplek pekuburan.
Sudahlah luas, panjang pula ukurannya. Berkali-kali Laila mengucap ayat kursi berharap yang tidak kasat mata ataupun yang kasat mata tidak mendekat dan menyapanya.

"Astagfirullah hal adzim!" Tubuh Laila tiba-tiba menjadi kaku dan bulu kuduknya terasa bertaburan ke tanah saat melihat sesosok penampakan yang tidak bisa ditebak itu perempuan atau laki-laki. Sosok yang tepat berada di depannya, yang artinya sosok itu sedang menghadang Laila!

Ayat kursi terdengar semakin kencang diucapkan.

Namun bukannya pergi, sosok menyeramkan itu malah perlahan berjalan mendekati Laila. Ya Illahi..... Dia bisa melihat itu sesosok wanita! Sesosok wanita dengan rambut yang disanggul asal dan dihiasi dengan beberapa bunga. Pakaiannya terlihat seperti sebuah kebaya. Maaaaa... ada hantu jawa!

Laila menahan napas sambil memejamkan mata. Ya Allah... sudah ingin menangis Laila saking ketakutannya. Haruskah hidupku berakhir dengan cara seperti ini? Mati dimakan hantu jawa....?

"Anita, apa yang terjadi dengan anakku?"

"Kak Hanah. Laila kak.." tante Anita menyapu air matanya.

"Laila kenapa? Kenapa Nit?"

"Laila mati dimakan hantu jawa, kak. Hiks... hiks.."

Noooooo!

Itu tidak boleh terjadi!!!

Ya Allah.... selamatkanlah hamba dari apapun nama makhluk di hadapanku ini.

Saat hanya bisa berdiam diri, Laila merasa tiba-tiba tangannya ditarik sesuatu hingga secara reflek Laila berteriak. Dia dibawa berlari oleh seseorang atau bisa dikatakan sesuatu. Ya Allah, makhluk apa yang tengah menyeretku ini? Seberapa besar rasa takut yang dirasakan Laila hanya Allah yang tau.

"Ya Allah. Ya Allah. Ya Allah. Ya Allah. Ya Allah. Mama. Abah. Mama. Abah," ucap Laila saat berhenti dan merasakan tangannya tidak ditarik lagi. Laila seperti merasa, kini dirinya sudah berada di dalam sarang hantu. Jangan dibuka matamu Laila. Biarkan terpejam saja!

CE'ESTE •SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang