Part 04

415 113 54
                                    

Laila berbaring di atas tilam dengan senyum manis yang terukir di bibirnya. Entah kenapa, setelah melihat foto calonnya tadi dia langsung jatuh hati kepada lelaki yang belum pernah ditemuinya itu.

Betul apa yang dikatakan mamanya, berkulit putih bersih, berhidung mancung dan berwajah tampan. Artis lagi! Sungguh besar rezeki nomplok yang diberikan Tuhan kepada Laila.

Terima kasih Ya Allah....sudah menjodohkan Laila dengan seorang calon suami yang handsome, gagah dan perkasa. Aik, malah terdengar mirip iklan obat. Tapi nggak papa lah. Beruntung dia bisa menahan diri untuk tidak meloncat masuk ke mobil dan ikut ke jakarta tadi.

Flashback on

Laila, abah, mama, kak Mila dan abang Hasan menghantarkan om Kahfi dan tante Anita ke halaman rumah. Baru siang tadi mereka sampai dan sekarang sudah harus kembali pulang ke Jakarta dikarenakan om Kahfi harus menghadiri pertemuan penting dengan kliennya. Maklum, calon mertua Laila ini ternyata punya sebuah perusahaan di Jakarta.

Sewaktu makan siang tadi, abah sampai terbatuk-batuk waktu mendengar kawan seperjuangannya waktu muda itu, sekarang sudah mempunyai perusahaan sendiri. Laila merasa kalau abahnya terlihat sedikit berkecil hati mengingatkan kawan beliau yang sukses di kota sedangkan beliau masih seperti dahulu. Wahai abah, janganlah terlalu berkecil hati. Kita juga punya perusahaan sendiri bah. Abah lupa, para karyawan kita yang ada di kurungan belakang rumah itu? Yang selalu menghasilkan saham alias telor itu? Janganlah terlalu sedih abah. Kita masih punya itik-itik yang menjadi harapan kita.

"Kak Thaha, pian baik-baik jaga diri lah." om Kahfi mencium pipi kiri dan kanan abah dan menciumi tangan abah lalu abah membalasnya dengan pelukan hangat. Semua orang yang melihatnya mengukir senyum di bibir. Om Kahfi terlihat sangat menghormati abah dan memperlakukan abah seperti sodara kandung beliau sendiri. Mungkin inilah, contoh tali persahabatan yang kekal tak termakan oleh waktu dan usia. Tak memandang harta dan tahta. Murni dari lubuk hati dan terawat sepanjang jiwa masih berada di dalam raga.

Tante Anita bersalaman dengan mama dan cipika-cipiki serta memeluk mama yang kemudian dilanjutkan dengan kak Mila serta abang Hasan.

"Laila, coba kalau kamu ikut kami malam ini, pasti nanti tante nggak akan kesepian di pesawat sayang." ucap tante Anita merayu-rayu. Dibelai rambut Laila dengan lembut sambil senyum tak lekang dari bibir tante Anita.

Laila hanya tersengih sebentar lalu mencium tangan tante Anita. "Hati-hati ya tante, semoga selamat sampai rumah."

Namun tiba-tiba saja tante Anita memeluknya dengan sangat erat hingga membuat Laila tersentak kaget. Eh, napa nih?

"Kamu itu sudah cantik, baik, sopan lagi. tante jadi gemes tau nggak? Aduh tante jadi nggak sabar buat ngambil kamu jadi menantu tante."

Alamak? Kenapa calon mertuaku ini alay sekali ya? Apa semua orang Jakarta seperti ini? Alahai...

Iya tante, tante itu so cool banget kaya sabun mandi, saya juga tidak sabar untuk jadi istri anak tante. Eh tadi aku bilang apa? Laila, kendalikan dirimu!

"Hehe.. tante bisa aja." hanya itu yang bisa dikatakan Laila. tante Anita dan om Kahfi pun masuk ke mobil setelah berpamitan dengan keluarga calon besannya itu.


Flashback off


CE'ESTE •SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang