(7) I Love Dubai

3.3K 147 25
                                    

Aku membuka lemari putih yang berada dipojok ruangan kemudian mataku mengernyit kala melihat kaos bertuliskan I❤ Dubai berjejeran rapih sekitar 5 pasang, yang membedakan hanyalah warnanya saja. Lalu aku membuka lemari yang ada dibagian sebelah. Disana ada 2 kemeja dan juga rok terpampang jelas didepan mataku. Dan yang paling mengejutkanku. Disana ada CD dan juga.. Astaga !

"Kenapa beli sebanyak ini ?" Gumanku heran. Namun selang beberapa detik kemudian aku langsung menghiraukannya. Toh, Leo orang kaya. Jadi wajar jika ia membeli pakaian sebanyak ini.

Aku masuk kedalam kamar mandi kemudian memulai untuk mandi.

Aku keluar dari kamar mandi dan mengambil kaos berwarna putih yang dibelikan oleh Leo. Bahkan saat aku mengenakan sepasang pakaian dalam pun terasa pas.. Bagaiman bisa ia tahu ukuran di.. Ergh sudahlah.

Kaos itu begitu kebesaran dan Leo sepertinya lupa untuk membelikanku hotpant. Lalu dengan terpaksa aku hanya memakai kaos ini tanpa mengenakan hotpant. Akan cukup bersyukur karena kaos ini bisa menutupi pantatku, walaupun aku tak yakin jika aku membungkukkan badanku, pantatku akan terekspos. Sialan ! Kenapa aku berfikir kotor seperti ini ?

Aku duduk diatas kasur dan menyalakan laptopku. Namun saat aku melihat foto Sam didalam laptopku. Pikiranku langsung berputar pada ucapan Leo kemarin bahwa Sam pria tidak normal.. Tapi bagaimana bisa ?

Mengambil ponselku diatas nakas kemudian mencari nama Sam di kontak teleponku dan aku mulai menelfonnya.

Tapi naasnya, nomer pria itu tidak bisa dihubungi lagi. Ada apa dengannya ? Pikiranku semakin berkecamuk.

Suara ketukan pintu menyadarkanku kedalam dunia nyata, aku menoleh dan disana aku mendapati kepala Leo menyembul dibalik pintu dan diikuti dengan tubuhnya.

Ia berjalan mendekatiku, kemudian duduk disebelahku. Melirik kearah laptopku sebentar, lalu menatapku "Kau sedang sibuk ?" Aku menggeleng sebagai jawaban sambil menatapnya.

"Ibuku menelfon." Ujarnya lembut, bukan ! Lebih tepatnya lesuh. Ia menundukkan kepalanya sebentar kemudian menatapku penuh pengharapan. "Ia meminta kita menikah minggu depan." Mataku membulat seakan ingin melompat meninggalkan kelopak mataku.

"Itu terlalu cepat, lagi pula aku tidak setuju." Balasku sambil menatapnya. Aku menggeleng. Ini tidak benar, kalau saja aku tidak menerima tawarannya. Hidupku tidak akan serumit ini. Jangan salahkan aku saja, ini juga salah Leo. Mengapa ia harus membohongi Ibunya ? Kalau saja ia menerima perjodohan yang telah direncanakan oleh Ibunya, pasti tidak akan terjadi seperti ini.

"Menikahlah denganku, Sia.." Dia melamarku ? Yang benar saja ! Aku tetap menggeleng menatapnya.

"Aku tidak mencintaimu.." Jawabku.

"Tidak ada cinta, Ms.Ragnar. Semuanya akan berjalan dengan baik tanpa adanya cinta.." Alisku mengerut, begitukah ? Apa sebegitu bodohnya dia mengenai cinta ?

"Semua orang menikah mengharapkan cinta, Mr.Haston.." Balasku malas.

Ia tersenyum kemudian menggeleng "Kau salah mengartikan cinta, Ms.Ragnar. Semua orang menikah mengharapkan harta dan bukan cinta.." Jadi, selama ini ia berfikir kalau hartalah yang membuat semua orang mau mengikat hubungan sakral.

"Cintalah yang utama, menikah dan saling mencintai itulah yang terpenting. Keluarga yang bahagia itulah harapannya. Kalau menikah tanpa adanya cinta, itu tidak akan berjalan dengan baik. Selalu ada pertengkaran dan hubungan mereka tidak akan bertahan lebih lama.."

Aku melirik kearah Leo sebentar, ia terdiam dan beranjak dari duduknya, kemudian membuka gorden dan memperlihatkan suasana kota Dubai yang begitu cerah.

"Kau melupakan gorden." Aku mengangguk.

Ia terdiam sejenak memunggungiku, kemudian membalikkan badannya dan duduk diatas sofa. "Jadi, selama ini kau ingin menikah karena cinta ?" Tanya Leo dan aku mengangguk lagi.

"Aku tidak pernah merasakan apa itu cinta selama bertahun-tahun, Ms.Ragnar.. Kau tahu sendiri, kalau aku tidak punya hati yang baik, bukan ? Aku memang begitu, aku tidak bisa tersenyum dan ramah kepada semua orang, kecuali dengan Ibuku, Adikku, dan dirimu."

Aku tertegun dengan pengakuannya, wajahnya yang datar tanpa ekspresi itu membuatku menelan ludah susah payah. Ia begitu sexy saat sedang menatapku intens seperti itu.

"Dan lagi.. Aku tidak bisa mencintaimu.." Alisku mengerut membentuk garis lurus, kenapa begitu ?

"Lalu mengapa kau ingin menikahiku ?" Tanyaku bingung.

Ia beranjak dari duduknya, kemudian berjalan kearahku dan duduk disebelahku.

"Sudah ku katakan, demi Ibuku."

Demi Ibunya, lalu bagaimana denganku ? Apa dia akan membiarkan aku menderita karena membutuhkan cintanya ? Aku tetap tidak bisa.

"Jika kau menyuruhku untuk mencintaimu, maka kau juga harus mencintaiku. Itu adil, Mr.Haston. Ku harap kau bisa mengerti." Paksaku. Ya, aku memaksanya, aku hanya ingin ia berbuat adil. Bukan hanya uang saja, tapi juga perasaan.

"Baiklah, aku akan mencobanya." Aku mengangguk.

"Dimana wanita tadi ?" Tanyaku dan ia beranjak dari duduknya, kemudian menatapku.

"Sudah ku usir." Apa ? Aku menggelengkan kepalaku heran. Pria ini memang kurangajar.

"Apa dia pacarmu ?" Lagi, pertanyaan konyol. Ia tersenyum kemudian membuka pintu.

"Kau cemburu ?" Tanyanya sambil menyeringai.

Aku menggeleng sebagai jawaban.

"Dia hanya orang asing." Ia tersenyum sekilas, kemudian menghilang ditelan pintu.

Apa benar aku cemburu ? Ah, tidak mungkin.

_____________

TBC

The Bad BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang