(1) Bertemu lagi

2.6K 136 7
                                    

Leo mendongak ketika melihat pintu ruangannya terbuka. Ditatapnya wanita yang tengah memakai kemeja warna abu-abu itu, kerutan didahinya kini semakin menjadi-jadi.

Langkah wanita itu terhenti dihadapannya, ia mendelik kala melihat Leo dihadapannya sambil menelan ludah.

Tatapan Leo menjadi lebih datar "Apa kau akan berdiri disitu terus ?" Tanya Leo sambil mengamati mimik wajah wanita itu yang sedang terkejut, lalu wanita itu pun duduk sambil memberikan map warna merah.

Dibukanya lembar isi map tersebut dan ditutupnya kembali. Matanya kini mengarah ke wanita itu.

"Siapa namamu ?" Tanya Leo sambil menyandarkan punggungnya dikursi putarnya.

"Siana Ragnar.." Jawabnya mantap.

"Kau tau, bukan ? Kalau sekarang hari minggu, lalu apa motivasimu datang kemari ? Bukankah sudah jelas kalau pendaftarannya hari senin sampai jum'at ?" Tanya Leo panjang lebar, ia jadi lebih ingin tahu kenapa wanita itu sangat gigih untuk mendaftar sebagai sekertaris barunya.

"Karena saya tidak ingin ada orang yang mendahuiku.." Jawabnya asal dan setelah itu ia menggigit bibir bawahnya.

Leo mengangkat satu alisnya keatas "Tunggu, siapa namamu tadi ?" Tanya Leo sambil memajukan badannya ke depan.

"Siana Ragnar.." Jawabnya.

"Siana Ragnar ? Sepertinya nama itu tidak asing ditelingaku.." Leo terus berfikir keras untuk mengangat dan kemudian ditatapnya wanita itu kembali.

"Siapa nama Ayahmu ?" Tanyanya.

"Eric Ragnar.." Jawabnya.

Leo menatap wanita itu dalam diam, pikirannya berputar mengenai nama itu Eric Ragnar. Ia langsung menggelengkan kepalanya.

"Kau ditolak."  Sia mengerutkan dahinya ketika mendngar penyataan tiba-tiba dari manusia yang ada dihadapannya itu.

"Kenapa ? Bukankah nilaiku sangat bagus ?" Tanya Sia heran, Leo langsung mendongakkan kepalany dan menatap Sia.

"Nilaimu kurang bagus dan kau tidak cocok untuk menjadi sekertarisku." Ucapnya dingin.

"Apa karena masalah kopi itu ? Aku sudah meminta maaf padamu.. Lalu–"

"Kau bisa pergi.." Perintahnya dan tentu saja itu membuat Sia bungkam, ia langsung beranjak dari duduknya, sebelum itu, ia mengeluarkan selembar kertas dan bolpoin. Ia menulis beberapa angka disana, kemudian menyerahkannya dimeja Leo.

"Jika kau berubah pikiran.. Aku sangat yakin kalau aku lebih pantas untuk kerja disini sebagai sekertarismu." Ucapnya dan setelah itu berlalu.

Leo mengambil secarik kertas itu diatas meja, ditatapnya kertas itu lebih dalam. Pikirannya masih melaju kesebuah nama yang tidak asing baginya. Memori mengenai nama itu terputar kembali dalam otaknya. Ia meremas kertas itu dan membuangnya kedalam tempat sampah.

Ia langsung mengambil ponselnya dan menekan sederet nomor untuk ia hubungi.

Akhirnya tersambung.

"Batalkan meetingnya sekarang. Dan gantikan jadwalnya minggu depan." Perintahnya tanpa basa basi.

"Tapi, Leo.. Kau tidak bisa seenaknya begitu, apa masalahmu sehingga–"

"Cukup batalkan saja !" Bentaknya dan setelah itu menutup sambungan teleponnya.

-----------------------------

Malam penuh kutukan pun hadir, Leo tengah mengenakan jas formal berwarna hitam dengan warna gold dibagian kerahnya. Ia menatap malas dirinya sendiri didepan cermin, kemudian ia mengusap wajahnya kasar dan pergi keluar dari kamar.

Dilihatnya Reine yang sudah siap untuk berangkat, wanita setengah baya itu masih terlihat cantik dan muda walaupun usianya sudah mulai cepat bertambah. Reine mengenakan long dress berwarna gold juga. Ia mendongak kala mendengar ketukan sepatu menyeruak ditelinganya. Ditatapnya Leo yang sudah rapih. Senyuman lebar kini mengembang dibibirnya.

"Ayo, cepatlah Leo.." Ucap Reine sambil merongoh tasnya untuk mengangkat telepon dan kemudian berjalan terlebih dahulu.

Leo hanya berjalan santai untuk keluar dari mansion. Belum juga Leo menyalakan mobil, ia bisa melihat kalau Ibunya itu sudah duduk dibangku penumpang bagian depan.

Ia masuk dibangku bagian pengemudi setelah itu menyalakan mobilnya dan tidak lama dari itu, mobil itu melaju normal.

Tidak ada percakapan apapun didalam mobil, Ibunya itu masih fokus menelfon beberapa seseorang dan ketika mobilnya sudah terparkir di restoran yang sangat mewah. Barulah Leo memejamkan matanya untuk membaca mantra agar terhindar dari masalah yang membuatnya semakin gila. Yaitu perjodohan.

Ia turun dari mobilnya, begitu juga dengan Reine. Mereka berjalan masuk kedalam restoran dan tepat di bibir pintu besar, mata Reine sudah menangkap sesosok wanita setengah baya sepertinya mengenakan dress tanpa lengan berwarna merah.

Ia menghampiri wanita itu dan Leo pun hanya mengikuti langkah Ibunya itu.

Tepat didepan wanita cantik berambut pirang dengan gayanya yang sangat elegan. Wanita itu tersenyum padanya, namun Leo tidak mengembangkan senyumnya sama sekali.

"Reine.. Apa kabar ?" Tanya wanita setengah baya itu.

"Aku sangat baik, Laila.. Dan.. Dia putrimu ?" Tanya Reine sambil menatap wanita berambut pirang itu.

"Iya, dia putriku.." Jawabnya sambil tersenyum.

"Cantik sekali.. Memang tidak salah kalau aku dan Laila menjodohkan kalian.. Sangat cocok.." Ucap Reine sambil melirik Leo, pria itu tetap acuh.

"Lalu, katakan padaku.. Apa Leo sudah memiliki kekasih ? Maksudku.. Aku hanya tidak ingin kalau di perjodohan ini ada yang mendua.." Reine tersenyum sejanak dan kemudian menjawab "Dia belum pernah memiliki kekasih.."

Leo menatap Laila lekat "Aku sudah memiliki kekasih.." Ucapnya dan tentu saja itu membuat Ibunya langsung menoleh cepat kearahnya.

"Kau bercanda ?" Tanya Reine sambil mengerutkan dahinya.

"Tentu saja tidak.." Jawabnya santai, walaupun tampangnya sesantai itu, ia masih bingung mencari alasan untuk nama pacar akuannya. Bodoh sekali.

"Lalu siapa pacarmu ? Kau tidak pernah mengatakan padaku." Ucap Reine kesal dan ketanggung malu setengah mati.

"Siana.. Namanya Siana."  Setelah itu, Leo menelan ludahnya susah payah. Ia sangat merutuki  dirinya sekarang, kenapa harus nama itu yang keluar dari mulutnya ?

----------------------------

Sesampainya dirumah, Reine terus meluapkan isi perutnya... Bukan, isi hatinya didepan Leo. Ia memarahi Leo setengah mati. Bisa-bisanya anak itu membuatnya sangat malu didepan Laila, hingga membuat perjodohan yang ia rencanakan batal kembali.

"Kenapa kau berbohong didepan kami semua ?" Tanya Reine kesal.

"Aku tidak berbohong." Jawabnya santai.

"Terserah, intinya.. Kau harus membawa pacarmu kemari, dihadapanku besok.." Ucap Reine kesal dan langsung meninggalkan Leo yang tengah kebingungan setengah mati. Ingin rasanya ia memotong mulutnya karena asal menyebut nama, ia bahkan hampir mengutuk dirinya sendiri karena mengatakan kalau Siana adalah pacarnya.

Dia mengacak-acak rambutnya frustasi kemudian aku mengambil kunci mobilnya diatas meja dan berlalu begitu saja.

Ia merasa bodoh sekarang.

------

To be continue..

sedikit dulu ya teman teman..

tenang.. sedikit lama-lama akan jadi bukit.

Vote + Comment

The Bad BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang