(5) Psychopath

2K 121 3
                                    

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali dan setelah semua nyawaku sudah terkumpul lengkap, barulah aku bangun kemudian berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan wajah dan menggosok gigi.

Setelah selesai, aku keluar dari kamar dan bertujuan untuk menuju kedapur. Namun, tepat diambang pintu, barulah aku tersadar bahwa Leo ada disini. Di apartemenku. Ya Tuhan. Pria itu sedang fokus dengan Ipadnya dan tanpa memperdulikan keberadaannya aku langsung berjalan menuju dapur dan mengambil sekotak sereal dan menuangkannya diatas mangkuk yang sebelumnya sudah aku isi dengan susu cair.

Saat ingin menyuapkan makanan kemulutku, tanganku langsung ditahan dan aku mendongak. Mendapati Leo yang tengah memandangi dengan tatapan datar.

"Aku sudah memesan makanan yang layak untuk kita.." Aku memicingkan mata, jadi menurutnya sereal dan susu cair tidak layak untuk dimakan ? Astaga.

Tidak lama bel apartemenku berbunyi, Leo langsung memerintahkanku untuk membukakan pintu. Aku memutar bola mataku saat langkahku sudah agak jauh darinya. Bukankah seharusnya aku yang memerintahkannya untuk membukakan pintu ? Aku lah sang pemilik kamar apartemen ini dan dia hanya tamu yang tak diundang. Astaga, menyebalkan sekali.

Setelah aku membuka pintu, disana memperlihatkan seorang pria yang memakai seragam berwarna hitam rapih langsung tersenyum padaku "Pesanan untuk Mr.Haston." Ucapnya memastikan dan aku mengangguk. Ia tersenyum kembali lalu memberikanku dua kantung plastik agak besar berwarna putih dengan cap nama restoran Canlis. Tunggu, Canlis ? Astaga, bukankah restoran ini menjual makan-makanan mahal ? Dan porsi yang dipesan oleh Leo pun sangat banyak menurutku. Pasti tagihannya juga akan lebih banyak.

"Berapa tagihannya ?" Tanyaku dan pria itu langsung memberikan selembar kertas padaku. Mataku membulat sempurna. $450 ?? Astaga, apa bos tampanku itu sudah gila ? Bahkan harga makanannya melebihi gaji karyawan. Bagaimana caranya aku membayar ? Bahkan Leo tidak memberikanku uang sepersen pun padaku.

"Ada masalah, Miss ?" Aku mendongak dan tersenyum kikuk. Ya, aku tidak mampu membayar makanan sialan ini.

"Sebentar." Aku membalikkan badanku, meletakkan dua kantung plastik ini di kotak tepat disebelah rak, kemudian aku mengambil sepatu bercorak blink-blink berwarna merah yang dibeli oleh Leo kemarin, kemudian aku menegakkan tubuhku dan berbalik kembali menghadap pria itu. Ku sodorkan sepatu itu padanya.

"Terima ini." Pria itu mengernyit bingung.

"Tagihannya $450 dan sepatu ini harganya melebihi $450, jadi kau bisa menjual sepatu ini..." Ia menatapku dan menggeleng. Sial.

"Saya menerima uang, Miss.. Bukan barang..." Aku terus memaksanya namun ia tetap tidak mau. Aku jengkel, ini semua gara-gara Leo yang tidak memberikanku uang.

"Kenapa lama sekali ?" Aku menoleh dan mendapati Leo yang tengah menghampiri kami.

"Aku ingin membayar semua makanan ini, tapi dia terus menolak, Mr.Haston." Ucapku sambil memperlihatkan dua kantung plastik.

Leo langsung menyambar kertas yang tengah ku pegang kemudian ia membacanya sebentar dan mengambil dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang kepada pria itu.

"Sisanya ambil saja." Pria itu mengangguk senang dan berucap terimakasih kemudian berlalu.

Leo berjalan mendahuluiku dan aku mengikutinya dari belakang. "Jika kau membayar dengan sepatu.. Itu sama saja kau adalah gadis bodoh yang tengah mengaku-ngaku bahwa kau lulusan terbaik di Harvard.." Ucapnya sarkastik. Aku mendengus kesal, sungguh.. Sindirannya sangat menusuk hatiku.

"Siapkan semua makanan itu.. 10 menit dimulai dari sekarang." Ucapnya tiba-tiba. Tentu saja aku langsung kualahan dan berlari kecil menuju ke dapur. Sialan kau Leonel Haston.

The Bad BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang